3

1.1K 149 19
                                    

"Huh, dia benar-benar ahlinya dalam melakukan pembohongan publik."

Wang Haoxuan menunduk untuk melihat kekasihnya yang sedang duduk bersandar padanya. Tangannya terangkat untuk menyapu poni yang menutupi mata Jiyang dan berkata, "Memangnya dia melakukan apa, hum?"

"Jangan bilang kau tidak tahu bagaimana dia ketika berada di sekolah," ujar Jiyang tanpa melepaskan tatapannya dari Wang Yibo yang sedang beradu fisik di atas arena. Dia tiba-tiba berdiri dari duduknya ketika Wang Yibo berhasil menjatuhkan lawannya dengan satu tendangan berputar.

"Yash! Buat dia tidak bisa bangun lagi, Yibo!!" teriaknya, "tidak sia-sia aku bertaruh untukmu."

Haoxuan terkekeh geli melihat Jiyang yang terlihat bersemangat sampai-sampai lupa jika mereka tengah berbicara dengan lumayan serius. Dia mengulurkan tangan dan menarik Jiyang agar duduk di atas pangkuannya.

"Bagaimana aku bisa tahu? Aku tidak berada di sana," ujarnya membalas perkataan Jiyang tadi.

Jiyang menepis tangan Haoxuan yang menyusup ke balik bajunya. Dia mendelikkan matanya pada pemuda yang lebih besar darinya. "Bicara ya bicara saja. Tanganmu jangan ke mana-mana."

"Apa salahnya?" tanya Haoxuan. Dengan santai kembali menyusupkan tangannya ke dalam baju Jiyang.

"Aku ingin melihat pertarungan Yibo dulu. Aku harus memastikan jika yang menang malam ini adalah Wang Yibo."

"Kamu bertingkah seperti tidak tahu Wang Yibo saja," ujar Haoxuan dengan senyuman sembari mendaratkan ciuman di leher Jiyang.

"Ck. Tapi tetap saja melihat dia bertarung tidak pernah membosankan." Jiyang berseru antusias namun tidak lama kemudian dia menjauhkan kepalanya dengan kesal. "Berhenti sekarang sebelum aku marah."

Haoxuan akhirnya berhenti. Namun, tidak melepaskan Jiyang. Dia tetap merangkul Jiyang dan tampaknya pemuda yang lebih kecil tidak keberatan dengan itu.

"Jadi, seperti apa dia di sekolah?" Haoxuan kembali berbicara mengenai topik sebelumnya.

Jiyang mendengus. Dia memainkan jemari Haoxuan yang berada di pinggangnya dan berkata, "Sangat jauh berbeda dari yang kau lihat sekarang. Jika kau bertemu dengannya di sekolah, kau tidak akan menduga jika mereka adalah orang yang sama."

Haoxuan mengangkat alisnya, "Benarkah?"

"Tentu saja," ujar Jiyang menganggukkan kepalanya. "Jika di sini dia yang memukuli orang. Maka, di sekolah, dialah yang akan dipukuli sampai babak belur. Lihat luka di dahinya itu." Jiyang menunjuk dahi Wang Yibo yang berada di kejauhan, lanjut berkata, "Itu karena dia habis dipukul dengan kursi oleh Jingyu."

"Kau melihatnya? Bagaimana reaksi Yibo?" tanya Haoxuan penasaran.

Dia tidak yakin jika Wang Yibo akan diam saja diperlakukan seperti itu.

Jiyang memutar bola matanya. "Sudah aku katakan sebelumnya. Di sana dia hanya menjadi orang yang dipukuli. Dia diam saja bahkan setelah kepalanya berdarah."

Jiyang sendiri tidak menyangka Wang Yibo bisa bertahan seperti itu.

"Tidak heran belakangan ini dia selalu mengamuk di arena. Ternyata untuk melampiaskan emosinya." Haoxuan menghela napas.

"Aku lihat juga begitu," ujar Jiyang membenarkan, "tapi, kenapa baru sekarang dia melampiaskan emosinya? Padahal, dia sudah dirisak sejak awal sekolah dulu."

Wang Haoxuan mengendikkan bahu tidak peduli. "Mungkin dia sudah berada di ambang batas. Tunggu dan lihat, sebentar lagi orang bodoh yang kamu bilang itu akan mendapatkan balasannya. Dia telah mengganggu orang yang salah."

Confidential (YiZhan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang