4

1K 145 39
                                    

Seorang pria berdiri menyandar pada dinding gedung di belakangnya dengan tangan yang memegang handphone menempel di telinga. Tengah menghubungi seseorang.

"Halo!?" sapa seseorang di seberang sana setelah panggilan terhubung.

"Bantu aku!" Pria itu berbicara dan tanpa basa-basi langsung memerintahkan.

"Dasar! Kau tidak ingin bertanya mengenai kabarku dulu? Menghilang tanpa kabar dan muncul-muncul memberiku perintah begitu saja." Orang di seberang telepon langsung menggerutu tidak senang.

"Aku sedang tidak ingin berbasa-basi sekarang."

"Memangnya kenapa?" tanya orang di seberang telepon lagi.

"Aku butuh kau mencari tahu tentang seseorang."

"Hei, kau belum menjawab pertanyaanku!"

Pria itu mengabaikan seruan di seberangnya. "Wang Yibo. Namanya Wang Yibo."

"Ck! Terserahlah. Kapan kau membutuhkannya?"

"Besok pagi!"

"Oke."

Mendapat apa yang diinginkannya, pria itu langsung mematikan sambungan telepon begitu saja. Tidak peduli jika orang di seberang menyumpahinya habis-habisan.

"Bedebah itu!!! Aku akan mendisiplinkannya setelah kembali."

Kemudian, orang itu sadar jika dia sedang berada di tengah-tengah rapat bersama para pimpinan MSS, yang sekarang menatapnya dengan tatapan aneh.

"Ah! Maaf! Maaf! Mari lanjutkan," ujarnya sembari mulai membaca apa yang tertera di tangannya.

"Bowen, itu dia?"

Li Bowen berbalik menghadap pada orang yang sudah bertanya. Wang Yizhou, Direktur Departemen Investigasi Pusat di Beijing. Bowen lalu mengangguk dan berkata, "Ya, Direktur. Sepertinya dia mulai mendapat petunjuk dan memintaku membantunya."

Wang Yizhou mengangguk mengerti. "Itu bagus. Dengan begini, semua akan semakin mudah."

Bowen merasa ada yang salah tapi tidak menemukan apa yang salah tersebut. Dia menggeleng samar untuk menghilangkan pemikiran tersebut.

Selanjutnya, Bowen mulai menjelaskan satu persatu mengenai semua informasi yang dia dapat kepada orang-orang yang duduk di meja bundar di depannya.

Sementara itu, 'Dia' yang dimaksud oleh Yizhou telah beranjak dari posisinya. Dia melangkah menyusuri jalan dengan tangan memainkan cincin yang terpasang di jari manis sebelah kirinya.

"Apa yang harus aku lakukan selanjutnya?" tanyanya dengan gumaman.
.
.
.

"Berhenti bermain-main. Kalian harus belajar lebih keras karena ujian sudah tidak lama lagi. Jangan sampai nilai kalian yang rendah mempermalukan saya."

Xiao Zhan menopang kepalanya dan mendengarkan ucapan guru wali kelasnya, Shen Laoshi, dengan malas.

Ught! Dia mengantuk.

"Xiao Zhan, kau mendengar?"

Pertanyaan Shen Laoshi membuat Xiao Zhan refleks menegakkan kepalanya. "En, Shen Laoshi. Aku mendengar."

"Jangan hanya mendengar. Tapi, kau juga harus melakukan. Ini penting bagimu karena nilaimu yang paling mengkhawatirkan," ujar Shen Laoshi dengan nada mengkritik.

Ringisan langsung terlihat di wajah Xiao Zhan. "En. Akan aku lakukan," ujar Xiao Zhan sembari mengangkat dua jarinya untuk berjanji.

Anggukan tidak yakin diperlihatkan oleh Shen Laoshi. Tapi, dia tidak mengatakan apa pun lagi. Lanjut berkata dan memberikan nasihat kepada murid-muridnya.

Confidential (YiZhan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang