5

959 131 84
                                    

"Ini ... bagaimana cara mengatakannya?" Qi Pei Xin, ahli TI dan hacker junior paling berbakat di Divisi Investigasi Pusat memiringkan kepalanya dengan raut wajah bingung.

Dia lalu menunjukkan tabletnya pada Li Bowen, yang memperlihatkan salinan Pendaftaran Penduduk, milik Wang Yibo. "Aku sudah mencari seharian, mencoba melihat apakah ada yang menutupi identitas Wang Yibo. Tapi, aku tidak mendapatkannya. Maksudku, sama sekali tidak ada yang aneh pada Wang Yibo. Riwayat hidupnya bersih. Hanya saja, tidak ada catatan mengenai masa lalunya. Seperti ada yang dengan sengaja telah menghapus jejak masa lalunya."

Bowen mengerutkan dahinya. "Kenapa begitu?" tanyanya ikut bingung.

Pei Xin menggaruk kepalanya. "Bukankah rata-rata anak muda zaman sekarang pasti memiliki media sosial ataupun jejak daring? Nah, dia sama sekali tidak memilikinya. Dia sangat bersih."

"Mungkin dia tidak menghapusnya," gumam Bowen setelah berpikir beberapa saat. Dia melihat nama Wang Yibo yang tertulis di dalam Salinan Pendaftaran Penduduk.

"Maksudnya?" Pei Xin tampaknya semakin kebingungan karena perkataan Bowen.

Bowen menghela napas dan berkata, "Bagaimana jika nama ini adalah nama samaran. Mungkin saja, Wang Yibo tidak pernah ada."

"Begitukah?" Pei Xin menunjukkan wajah terkejut.

Bowen menepuk pundak Pei Xin. "Baiklah, aku akan menghubungi bedebah yang seenaknya itu sekarang."

Dia lalu keluar dari ruangan Pei Xin. Kembali ke kantornya sembari mengeluarkan ponsel pintarnya untuk menghubungi bedebah yang dia maksud tadi.

"Ini aku," ujarnya setelah panggilannya diangkat.

"Kau terlambat, bodoh. Seharian. Aku minta hasilnya dikirimkan pagi ini. Bukan dua belas jam setelah pagi."

Suara di ujung sana penuh dengan tekanan. Memperlihatkan betapa marahnya orang di seberang.

Bowen memijit dahinya. "Kau pikir semudah itu? Pei Xin sudah berusaha tapi tidak ada hasilnya. Kau bisa melihatnya di email. Aku sudah mengirimkannya kepadamu."

Terdengar suara grasak-grusuk di seberang dan tidak lama kemudian pertanyaan menyapa indra pendengaran Bowen.

"Bagaimana bisa? Apa dia menggunakan nama samaran?"

Bowen mengangguk. Namun, ketika sadar orang di seberang sambungan telepon tidak akan bisa melihat anggukannya, dia dengan cepat berkata, "Aku juga berpikir seperti itu."

"..."

Ada keheningan singkat sebelum kemudian sambungan telepon terputus.

Lebih tepatnya, diputuskan begitu saja.

"Bedebah sial. Tidak tahu terima kasih. Aku ketuanya, tapi dia bersikap seolah dia yang seorang ketua. Dan aku, mau-maunya diperintah. Sialan!!"
.
.
.

"Zhan, kau bilang kau sudah mendapat pekerjaan. Di mana?"

Xiao Zhan mengalihkan pandangannya dari Zhuo Cheng yang berjalan menuju mereka, sekembalinya dari kamar mandi dan menatap Song Jiyang yang bertanya. Dia lalu menjawab, "Di sebuah bar. Aku bekerja sebagai pelayan di sana."

"Bar?" Jiyang membeo. "Bar apa?"

"Heumm, entahlah!" Xiao Zhan mengetuk-ngetuk pelan dahinya. Mencoba mengingat nama bar yang akan menjadi tempat kerjanya untuk hari ini dan ke depannya. "Eh, aku tidak ingat," ujarnya pada akhirnya.

"Tapi aku ingat tempatnya," ujarnya buru-buru setelah melihat Jiyang yang terperangah.

Jiyang masih melihat Xiao Zhan dengan mata yang membesar. Dia melihat Xiao Zhan seperti melihat seorang idiot besar. Dia lalu menggeleng tidak percaya. "Aku tahu kau bodoh. Tapi, tidak berharap kau sebodoh ini. Bagaimana bisa kau bekerja tanpa tahu nama tempat kau akan bekerja. Bar lagi."

Confidential (YiZhan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang