7

765 115 45
                                    

Untuk beberapa saat, Xiao Zhan memperhatikan dengan seksama Wang Yibo yang tengah berjalan di lorong sekolah sampai akhirnya pemuda itu menghilang di balik tikungan. Helaan napas dia keluarkan tepat setelah pemuda nerd itu tidak lagi tertangkap oleh retina matanya.

"Kenapa rasanya sekolah cepat sekali berakhirnya?" keluhnya pada Song Jiyang yang tengah meneguk minuman kaleng di sampingnya.

Song Jiyang mendesah puas dan menghapus noda di bibirnya lebih dulu sebelum menjawab. "Kalau kau sebegitu inginnya berlama-lama bersama Yibo, kenapa tidak mengikutinya saja?" ujarnya kalem. Sudut bibirnya terangkat membentuk senyum geli yang tidak disadari Xiao Zhan karena pria muda itu fokus melihat ke arah di mana Wang Yibo tadi menghilang.

"Nah, bagusnya iya, 'kan?" Xiao Zhan memajukan bibirnya. "Tapi aku harus bekerja. Ah! Tidak menyenangkan sama sekali."

Semakin geli, Song Jiyang hanya bisa menepuk bahu Xiao Zhan untuk mengungkapkan keprihatinannya. "Tenang saja. Siapa tahu ketika kau bekerja nanti akan ada kejutan tidak terduga?!"

Xiao Zhan melihat Jiyang dengan bingung. "Kejutan apa?"

"Bukan kejutan namanya kalau aku memberitahu sekarang. Sudah, ayo kita susul A Cheng. Entah apa yang dia lakukan berlama-lama di ruang kesehatan."

"Kau tidak lihat? Tangannya terluka dan pelipisnya ada goresan panjang. Aku rasa dia sedang mengobatinya."

"Ck ck ck! Hobi sekali dia terluka." Song Jiyang mendengus dalam langkahnya.

"Yibo juga," balas Xiao Zhan pelan.

"Dia 'kan langganan bully." Song Jiyang tertawa karena perkataannya sendiri.

"Jangan menertawakannya," ujar Xiao Zhan sembari memukul bahu Jiyang pelan.

"Iya, iya. Cuma tertawa, apa salahnya?" balas Song Jiyang dengan nada menggoda.

Xiao Zhan tidak menggubrisnya. Dia hanya melihat malas dan tetap mengayunkan kaki panjangnya.

"Apa ini akan berhasil?"

Jiyang menolehkan kepalanya untuk melihat Xiao Zhan. "Kau mengatakan apa?" tanyanya ragu karena dia merasa Xiao Zhan menggumamkan sesuatu dengan tidak jelas.

Xiao Zhan tersentak dan dengan cepat menggelengkan kepalanya. "Tidak ada," ujarnya.

Sebenarnya Song Jiyang masih merasa ragu tapi tidak bisa memaksa Xiao Zhan untuk menghilangkan keraguannya itu. Jadi, dia hanya bertanya hal lain untuk mengalihkan pembicaraan.

"Kenapa kau tinggal sendiri?"

Xiao Zhan merenung sebentar lalu menjawab. "Karena orang tuaku sudah mati," jawabnya rendah.

"Kau 'kan bisa tinggal bersama kerabat. Kenapa ingin hidup sendiri dan bersusah-susah seperti ini?" tanya Song Jiyang lagi.

Xiao Zhan mengangkat sudut bibirnya. "Ayah dan ibuku anak tunggal. Kakek dan nenekku juga sudah tiada. Jadi, aku bisa dibilang sebatang kara. Juga, soal hidup sendiri, eii aku 'kan sudah besar. Apa salahnya? Kau juga hidup sendiri 'kan?"

Song Jiyang diam untuk beberapa saat. "Awalnya iya. Tapi, sekarang aku tinggal bersama Haoxuan."

"Senangnya memiliki kekasih," Xiao Zhan berkata dengan wajah berkerut iri.

Song Jiyang menggaruk kepalanya malu. "Kau jadikan saja Yibo kekasih. Nanti kau bisa tinggal bersamanya. Dia juga tinggal sendiri tuh," ujarnya menggoda Xiao Zhan yang langsung memerah.

Xiao Zhan akan membantah ketika dia merasa ada yang janggal. "Bagaimana kau tahu Yibo tinggal sendiri? Dan sepertinya, kau sangat ingin aku bersama dia." Xiao Zhan mengungkapkan keraguannya.

Confidential (YiZhan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang