8. Mine

57 15 20
                                    

HAI PECINTA COGAN! SELAMAT PAGI, SIANG, SORE ATAU MALAM. SEMOGA KAMU HARI INI DAN SETERUSNYA BISA TERUS MENJALANI HIDUP YANG BERAT INI, YA. PADAHAL KITA GA NGAPA-NGAPAIN 😭🔪.

JANGAN LUPA UNTUK SELALU SUPPORT AUTHOR GANTENG YANG SATU INI, MANTEMAN!

~ HAPPY READING! ~

***

"Tidak mungkin matahari akan mengejar bulan, karena takdir mereka pada dasarnya sudah ditentukan pada garis edarnya masing-masing," - Yassin: 40

***

DINDA keluar dari kelasnya bersama Jessie di tengah-tengah kerumunan siswa-siswi lainnya yang memadati lorong lantai dua saat itu. Bel pertanda berakhirnya pelajaran melengking panjang mengakhiri hari yang panjang di sekolah.

Tatapan itu, membuat Dinda merasa sangat risih dan jengkel. Mereka menatapnya sambil berbisik-bisik seperti sedang membicarakannya. Sejak tadi pagi pun, ia juga mendapatkan perlakuan yang sama.

"Jangan di lihatin," ucap Jessie yang mengerti isi hati Dinda saat itu.

Dinda mengangguk kecil. "Kayak apaan aja dah, enggak pernah lihat cewek secantik gue, apa?"

"Masih cantikan gue, kali," jawab Jessie sambil terkekeh pelan.

"Tapi, emang lo enggak risih di lihatin kayak begini?" tanya Dinda.

"Hmm... risih, lah. Tapi gue malah seneng, gue berasa jadi artis tau banyak yang kenal gue begini," Jessie menyombongkan diri.

Dinda menghela napas pelan. "Artis pala lu pe'ang! Di-ghibahin satu sekolah itu momen terbangsat, tau!"

"Malah bagus, lah! Di-ghibahin itu menggugurkan dosa-dosa kita, terus pahala kita nambah. Double kill nggak tuh," ujar Jessie.

Dinda mengangguk setuju. Ternyata, ada manfaatnya juga menjadi artis dadakan di sekolahnya. Ya... walau pun bisa di bilang yang membuat namanya tiba-tiba di kenal banyak orang menyangkut kontroversi, sih. Akan tetapi, Dinda kan memang tidak merebut Adam dari siapa pun. Adam sendiri juga mengatakan kalau dia tidak sedang menjalin hubungan pacaran dengan siapa pun.

Saat sudah keluar dari gerbang sekolah, Jessie sudah lebih dahulu pergi pulang menaiki bis. Dan, Dinda? Seperti janji Adam, cowok itu akan mengantarnya pulang. Lebih baik ia menunggu saja, dari pada harus mengeluarkan sisa uang jajannya untuk pulang menaiki angkot.

"Hei, lama ya?" tanya Adam yang baru saja datang dengan motor sport serta helm lucu bermotif bentuk hati itu.

"Iya, lama!" jawab Dinda sambil merengut kesal.

"Hehe, maaf atuh. Tadi ada kerjaan bentar sama anak-anak. Ayo naik," Adam memberikan helmnya kepada Dinda sambil menepuk jok motor belakangnya.

Dinda memakai helmnya, lalu naik ke atas jok motor. "Sejak kapan kakak punya anak-anak?"

"Anak-anak Xeagle maksudnya. Kamu mau kenalan sama mereka?" tawar Adam.

Dinda langsung menggeleng kuat. Mendengar nama Xeagle saja sudah membuat bulu kuduknya berdiri mengingat betapa garang dan seramnya perkumpulan geng motor terbesar di Jakarta itu.

HAIDAR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang