20. Perlahan Terkuak

35 11 42
                                    

ASSALAMU'ALAIKUM, SEBELUM BACA
CERITA INI USAHAKAN PENCET DULU
BINTANG DI  POJOK BAWAH, YA-!!

SILENT READER: REJEKINYA SEMPIT!

~ HAPPY READING! ~

***

"Kalau ada yang menyakiti kamu, beri tahu aku, ya! Aku adalah superhero yang bakalan selalu melindungi kamu dari orang-orang yang jahat!" —dinda;

***

DINDA langsung terdiam seribu bahasa, dengan benaknya yang sudah di penuhi oleh jutaan tanda tanya yang bersarang. Apakah Adam tidak menceritakan sebelumnya tentang rencananya yang ingin berhenti sekolah sejak lusa kemarin? Apalagi, terhadap teman-temannya sendiri?

"Kemarin dia sempat kok, ke rumah aku sampe sore temenin aku bikin cireng. Tadi pagi aja dia juga chat aku," jawab Jessie sekenanya.

Arya mengacak-acak rambutnya frustasi. "Gue bingung banget kenapa Adam segitunya mau merahasiakan kalau dia sekarang kerja jadi OB. Padahal, kan, menurut gue itu bukan masalah," ujarnya.

Jessie langsung melotot, terkejut bukan main. "Lho, ternyata kak Adam kerja jadi OB?" Ia melirik Dinda. "Apa lo juga tau, Din, kalau kak Adam kerja jadi OB?" tanyanya.

Dinda menghembuskan napas berat. "Iya, gue tau kalau kak Adam kerja,"

Arya langsung ikut terkejut. "Adam cerita semuanya ke elo, kan? Apa lo juga tau kenapa dia juga enggak masuk sekolah hari ini?"

"Dia kan, kerja sebagai OB, kak. Hampir seharian harus kerja dari pagi sampai malam. Enggak aneh kan, kalau dia putus sekolah," jawab Dinda.

Arya langsung merasa jantungnya seperti di setrum oleh aliran listrik ribuan volt. "A–apa, maksudnya? Adam putus sekolah?"

Sepertinya, teman-teman Adam lainnya juga tak mengetahui jika Adam putus sekolah. Mengapa cowok itu segitunya ingin menutupi semuanya dari sahabatnya sendiri?

"Iya, dia putus sekolah," jawab Dinda.

***

ADAM menatap tubuhnya yang shirtless di depan cermin kamar mandi. Ia menyangga tubuhnya di wastafel, dengan napas yang terengah-engah. Matanya membengkak seperti orang yang habis menangis. Bekas luka dan lebam juga menghiasi tubuhnya.

Suara air keran memecah keheningan. Lelaki itu benar-benar kehilangan arahnya. Dirinya tak tahu harus bagaimana caranya untuk mengambil langkah selanjutnya.

Pintu kamar mandi terbuka menyita perhatian Adam sejenak. Ia mendapati Rano yang muncul dari ambang pintu seraya menatap Adam terkejut.

"Badanmu... kenapa? Kamu luka-luka," Rano mendekati Adam.

Adam buru-buru langsung kembali memakai bajunya. "Adam enggak apa-apa kok, Yah,"

"Kamu habis bertengkar?"

"Enggak, kok,"

"Kamu yakin kamu enggak apa-apa?" tanya Rano lagi dengan raut wajah khawatir.

HAIDAR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang