Seventeen

898 101 0
                                    

🌵🌵🌵

Jaemin meraih tangan yang masih terdapat selang infus, menggenggam tangan milik sang kekasih dengan hati-hati.

"Jen, kamu bangun dulu ayo sarapan." Jeno membuka matanya perlahan, melihat sang kekasih dan tersenyum lembut meski bibir keringnya menghalangi untuk tersenyum lebih lebar.

Sudah seminggu semenjak kecelakaan itu, Jeno tidak ingat pasti apa yang terjadi dengan dirinya. Dokter juga tidak memperbolehkan Jeno mengingatnya jika dia tidak mengingatnya.

Jaemin menuntun Jeno untuk bersandar pada kepala ranjang rumah sakit.

"Sebentar aku ambilkan buburnya dulu."

Sebelum Jaemin berbalik tangan Jaemin di genggaman Jeno, Jaemin berbalik.

"Ada apa Jen? Kamu butuh sesuatu?" Ucap Jaemin sembari mengusap dahi Jeno yang berkeringat.

Jeno hanya menggeleng, ia menepuk tepi ranjangnya, mengisyaratkan sang kekasih untuk duduk bersamanya.

Jaemin yang mengerti ikut duduk di atas ranjang, ia memandang mata Jeno lagi. Wajah yang pucat dan memar biru yang masih jelas membuat hati Jaemin tersayat.

Tangan Jaemin terulur untuk menyentuh lebam dan luka-luka pada wajah tampan Jeno. Jeno hanya bisa memejamkan matanya, afeksi yang dia sukai, afeksi dari Jaemin-nya.

"Aku tidak akan memaafkan orang yang membuat mu seperti ini." Ucap Jaemin di tengah kegiatan merabanya.

Jeno membuka matanya, "Aku juga tidak akan memaafkan dia. Dia telah membuat Nana ku menangis dan khawatir." Balas Jeno membuat Jaemin sedikit tersipu, hanya sedikit. Mungkin.

Selama mereka berstatus pacaran, mereka belum pernah sedekat ini lagi, karena kesibukan Jaemin dan Jeno membuat mereka tidak dapat waktu luang.

Meski begitu komunikasi tetap mereka lakukan setelah pekerjaan mereka selesai, karena inilah Jaemin jadi mudah untuk tersipu akibat perkataan Jeno.

Pintu di ketuk membuat atensi keduanya teralihkan. Jaemin turun dari ranjang setelah tahu siapa yang masuk ke dalam.

"Kak Doy?!"

Doyoung, tersenyum hangat pada Jaemin saat masuk ke dalam ruangan. Jaemin sedikit terkejut akan kehadiran tiba-tiba sang teman lama.

Jeno teringat dengan perkataan Taeyong tentang obsesi Doyoung pada Jaemin. Jeno sedikit menarik Jaemin untuk mundur, mendekat kearahnya.

Jaemin ntah lupa atau apa, dia justru tersenyum hangat pada pria di depannya. Jeno sedikit terkejut dengan tindakan Jaemin.

"Hai Na, lama tidak bertemu." Sapanya.

"Hai juga kak, sudah lama aku tidak melihat mu. Uh- dari mana kamu tau aku ada di sini?" Tanya Jaemin yang sadar ada yang aneh di sini.

"Uh- aku tadi tanya dengan paman Tae. Kebetulan aku lewat depan rumah sakit, aku ingin ke apartemen. Tapi bertemu beliau." Jelas Doyoung.

Jeno sedikit mengernyit, ada rasa yang aneh tentang Doyoung, aura yang di pancarkan laki-laki itu begitu menakutkan bagi Jeno. Bukan, bukan. Jeno bukan takut dengan Doyoung, tapi aura dia seperti aneh bagi orang yang normal.

BUNDA ᗒᗕ Nomin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang