Fifteen

925 100 2
                                    

🌵🌵🌵
Two years later


Setelah semua kemungkinan yang di katakan Taeyong, Jaehyun, Jaemin, dan semuanya langsung mencari tahu tentang Doyoung dan seluruh informasi tentang keluarganya, apa yang mereka lakukan, apa ada yang aneh atau tidak, semua tenaga mereka kerahkan. Tapi nihil, Doyoung dan seluruh keluarganya tidak ada tanda-tanda yang aneh. Taeyong dan lain hanya pasrah karena kemungkinan apa yang Taeyong perkiraan itu tidak benar.

Dan untuk Doyoung yang terobsesi dengan Jaemin, tidak ada yang tahu. Semuanya tidak ada yang tahu kecuali Doyoung sendiri.

"Na, apa kau baik-baik saja?"

"Oh, hai Jen..." Jaemin mengangguk, "Iya aku baik-baik saja."

Jeno tahu Jaemin sedang berbohong, dia menghampiri Jaemin, duduk di sebelah si manis dan mendekap tubuh kurus miliknya.

"Jisung akan kembali padamu, aku yakin itu. Kamu bunda yang hebat, semuanya akan baik-baik saja."

Jaemin hanya bisa tersenyum, air matanya habis, dua tahun sudah setelah hilangnya Jisung, ia tidak bisa menemukan apapun. Lelah, setiap malam harus menangis sendirian, lelah setiap malam harus membayangkan bagaimana keadaan sang anak. Jaemin selalu memikirkan apakah Jisung sudah makan, apa Jisung sudah minum, apa Jisung sudah mandi, apa Jisung kedinginan, apa Jisung... Apa Jisung... Apa Jisung... Semua Jaemin pikirkan.

Dua tahun semenjak Jisung hilang, dua tahun itu pula Jaemin tidak bisa tidur. Dulu saat Jaemin tidak bisa tidur ia hanya perlu sendirian di balkon rumah sembari melihat langit, bercerita dengan kedua orang tuanya. Tapi kini, Jaemin harus mengonsumsi obat tidur agar ia bisa terlelap dalam malamnya.

"Iya Jen, Jisung harus kembali pada bundanya, kalau tidak aku akan memarahi dirinya hingga aku puas."

Jeno mengeratkan pelukannya, ia tak tega, orang yang selama ini ia tunggu, orang yang selama ini ia cintai sangat-sangat rapuh. Sunyinya malam menjadi saksi bagaimana Jeno benar-benar menjaga separuh nyawanya.

Apa malam ini adalah malam yang tepat? Inner Jeno.

"Jen..." Panggil Jaemin yang masih dalam posisi diam, tidak berniat untuk membalas pelukan lelaki yang selalu bersamanya dua tahun terakhir.

"Iya Na? Kamu ingin tidur? Jangan mengonsumsi obat tidur lagi, aku di sini. Aku akan menemanimu sampai kamu tidur ya..."

"Tidak Jen, tidak perlu. Aku ingin mengatakan sesuatu."

Jeno melepaskan pelukannya, melihat lebih jelas wajah indah Jaemin yang di terpa sinar rembulan malam.

Jeno mengangguk sebagai isyarat untuk Jaemin melanjutkan kalimatnya.

"Aku──

Jeno mengangguk, ia menunggu, ia akan selalu menunggu. Jaemin menoleh,

──Aku suka dengan mu Jeno."

Jeno tersentak, ia tidak mengira Jaemin akan mengungkapkan perasaannya malam ini.

Diamnya Jeno membuat Jaemin semakin gugup, ia takut Jeno akan risih, apa ia terlalu cepat mengatakan bahwa dia menyukai Jeno? Jaemin adalah tipe orang yang tidak pandai memendam perasaan, ia sudah tidak sanggup menahannya.

Memang ini bukan waktu yang tepat, mengingat anaknya masih ntah berada dimana, namun Jaemin hanya ingin mengungkapkan apa yang ia rasakan.

Tentang Jeno membalas──

BUNDA ᗒᗕ Nomin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang