Haiii, good morning
Tidak perlu basa-basi, langsung aja✨Happy reading ✨
Gia berlari menuju rumah sakit dengan kencang, tak memperdulikan orang-orang yang menatapnya bingung. Rea yang dibelakangnya juga turut mengejar Gia yang sudah sangat brutal. Bahkan suster saja didorong olehnya.
"Eh, maaf dok, temen saya lagi panik," ucap Rea lalu kembali menyusul Gia.
Tepat di depan UGD, Gia berhenti dan kebetulan dokter baru saja keluar dari ruangan itu.
"Dokter, apa disini tempat pasien atas nama Gio?" Gia langsung bertanya tanpa basa-basi kepada sang dokter.
"Keluarganya?" tanya dokter membuat Gia berdecak namun kemudian mengangguk.
"Dokter, bagaimana keadaan anak saya?" Naya dan Revan yang baru saja sampai langsung menanyakan bagaimana keadaan Gio.
"Kedua anak ibu dan bapak masih belum sadar, namun anak bapak yang laki-laki keadaannya lebih parah dari anak bapak yang perempuan," jelas dokter membuat mereka semua mengernyit. Anak perempuan? Padahal kan Gia masih sehat gini.
"Itu bukan anak saya dok," ucap Naya dan justru membuat dokter bingung.
"Maksud---
"Dokter, pasien sudah sadar," ujar suster membuat dokter yang ber name tag Doni itu langsung masuk ke dalam.
"Semoga aja itu Gio," gumam Gia berdoa. Tanpa sadar air matanya sudah menetes deras. Jarang sekali Gia menangis karena hal-hal seperti ini, tapi sekarang...
Rea yang melihat itu langsung memeluk sahabatnya erat.
"Lo tenang, pasti itu Gio," ujarnya berusaha menenangkan.
________________
"Jika pasien bernama Gio sampai besok masih belum sadar, maka mohon maaf kami nyatakan dia mengalami koma"
Gia terus menatap lantai dengan tatapan kosong. Setelah perkataan dokter beberapa jam lalu, rasanya dunia Gia runtuh. Tidak tahu kenapa, rasanya dirinya tidak bisa melakukan apapun.
"Gia, lo makan dulu. Ntar badan lo jadi kurus krempeng gimana, terus nggak body goals lagi dong." Sudah hampir sejam pula Rea membujuk Gia yang sama sekali tidak mau makan padahal hari sudah hampir malam.
"Giaaa lo jangan ngelamun begitu, ntar kerasukan setan rumah sakit gimana?" paniknya sembari menggoyangkan tubuh Gia brutal.
Sang empu yang diperlakukan seperti itu langsung menatap pelaku nyalang. Seketika nyali Rea menciut, ia cukup iba dengan keadaan Gia yang seperti ini.
Ia tahu bagaimana perasaan Gia, karena yang Rea tahu kebanyakan anak kembar itu memiliki perasaan yang sama atau istilahnya telepati.
(source google)"Nggak usah sedih gitu dong, lo kan Gia. Gia pasti seterong." Rea berusaha membuat Gia tertawa dan hasilnya...
Yap Gia tertawa.
"Iya, gue seterong,..."
"Stress tak tertolong," lanjutnya dengan tawa terpaksa membuat Rea langsung kikuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twins Story [end]
Teen FictionSequel of Nikah Muda SUDAH END TIDAK DI REVISI Menceritakan tentang dua orang anak kembar beda jenis yang juga masing-masing beda sifatnya. Tidak hanya kisah percintaan mereka melainkan juga masalah kecil yang terjadi baik di keluarga maupun lingkun...