28. Berubah

1.1K 98 2
                                    

Halooo
Ga kerasa udah 2022
Semoga di tahun ini lebih baik dari tahun sebelumnya ya
Ga kerasa juga bentar lagi cerita ini akan tamat
Hiyahh cepet bener

✨Happy new year & happy reading ✨


Hari ini Gio sudah diperbolehkan pulang ke rumah, itu artinya tugas Gia akan bertambah yaitu membuat Gio ingat segalanya.

"Ayo gue bantu jalan." Baru saja akan memegang lengan Gio, tangan Gia langsung ditepis membuat gadis itu tersenyum.

"Gapapa, hari ini kan lo amnesia. Awas aja kalo udah sembuh gue bakal bales dendam," batinnya kesal.

"Haiii Gio." Pintu ruangan terbuka lebar dan muncullah Devina bersama antek-anteknya. Gia memutar bola matanya malas.

"Ngapain lo kesini?" tanyanya lalu berpindah tempat menjadi di depan Gio. Dia tidak mau kembarannya itu mendapatkan ucapan-ucapan buruk dari Devina.

"Jenguk pacar gue dong," jawabnya santai lalu ingin memeluk Gio lalu ditahan oleh Gia.

"Etssss gabisaa"

Devina berdecak kesal kemudian mendorong Gia hingga hampir terjatuh. Untung saja ada lengan Gio yang bisa ia gunakan untuk pegangan.

"Ihhh apa-apaan sih lo"

Bruk

Gia mendorong Devina hingga terjatuh. Ia sangat-sangat tidak suka jika Devina dekat dengan kembarannya.

"Gia!" bentak Gio membuat Gia menoleh dan mengerjap pelan.

"Bantu dia. Memang benar ya, sudah terlihat dari sikap kamu jika kamu itu kasar," ucapan Gio membuat Gia mematung. Entah tiba-tiba dadanya terasa sesak bahkan matanya sudah berkaca-kaca.

Ia melirik ke arah Devina yang sedang ditolong oleh Gio. Gadis itu tersenyum dengan penuh kemenangan.

"Gio, kamu baik banget," ucapnya manja namun tangannya segera disingkirkan oleh Gio.

"Maaf, saya tidak kenal anda. Sebaiknya anda keluar karena saya akan segera pulang," jelasnya kemudian Gio sudah keluar lebih dulu meninggalkan Gia dan Devina yang masih terdiam di dalam sana.

Gia mengusap air matanya yang tiba-tiba jatuh. Ia segera berlari mengejar Gio yang sudah keluar terlebih dahulu.

"Kenapa Gio bisa lupa sama gue?" tanya Devina dalam hati.

"Gio, tungguin gue." Gia menarik baju Gio agar bisa mengimbangi jalan cowok itu.

"Loh ini kok pada lari-lari?" tanya Revan yang baru saja masuk pintu rumah sakit.

"Sini ayah bawain tas nya"

"Bunda mana yah?"

Revan melirik sejenak ke arah parkiran dan Gia menganggukkan kepalanya.

"Ayo, kita pulang." Gia menggenggam tangan Gio erat walaupun laki-laki itu terlihat sangat risih.

_____________________

"Ini dia rumah lo." Gio memandangi rumah yang katanya itu adalah rumahnya. Kepalanya berdenyut pelan, hingga akhirnya Naya menyuruh mereka masuk.

Sesampainya di ruang keluarga, Gio kembali di buat bingung dengan bingkai besar berisi foto keluarga yang terletak di sana.

Gia yang mengerti arah pandangan Gio tersenyum tipis.

"Itu foto keluarga kita, ada lo, gue, bunda sama ayah. Itu foto kita tahun lalu pas kelulusan SMP. Lo inget kan?"

Gio masih diam membeku sembari menatap foto keluarga itu. Memang nampaknya sangat-sangat tidak asing, namun Gio tidak bisa mengingatnya.

"Sudah-sudah, ayo ajak Gio ke kamar"


"Gio, ini kamar kamu. Jika butuh apa-apa panggil ayah, bunda atau Gia ya. Jangan sungkan untuk meminta tolong," ucap Naya dan diangguki Gio. Naya dan Revan pun keluar dan meninggalkan Gio serta Gia di dalam.

"Kamu ngapain? Sana pergi," usirnya sembari membuka jaket yang ia kenakan.

"Nggak mau minta tungguin nih? Biasanya begitu. Sekarang sok-sok ngusir," ketus Gia.

"Nggak butuh. Sana pergi," usirnya lagi membuat Gia geram dan melempar Gio dengan bantal. Setelah itu ia pun keluar dan menuju kamarnya sendiri.

"Kamar gue di sebelah, kalo mau minta tolong panggil aja," ucapnya lagi kemudian benar-benar keluar dari kamar Gio.








"Sumpah, gue gak ngerti lagi sama Gio. Masa dia sedingin itu sih sama gue, bahkan tadi dia bentak gue gara-gara gue dorong si jablay."

Sekarang Gia tengah rebahan di kamarnya sembari mengadu kepada Rea.

"Ya lo nya sih, pake segala dorong si jablay ngapain?"

"Dianya dorong gue juga terus mau peluk Gio ya gue halangin dong. Pake ngaku-ngaku pacar Gio segala. Untung ya Gio nya nggak percaya, dia malah ninggalin kita berdua keluar," jelas Gia panjang lebar membuat Rea mengangguk.

"Besok Gio sekolah kan? Lo jagain tuh baik-baik si Gio. Takutnya dia dihipnotis sama si jablay"

Benar juga. Otak si Devina kan licik, bisa aja dia menghipnotis Gio dan akhirnya mereka berpacaran. No! Gia nggak sudi ya.

Gia melirik ke arah jam, sudah menunjukkan pukul 7 yang artinya waktu makan malam.

Gia bangun dari tidurnya dan pergi ke kamar Gio dengan semangat.

"Gio ayo makan malem." Gia membuka pintu kamar Gio dengan cepat membuat sang empu kaget.

Gia tersenyum kemudian mendekat ke arah Gio.

"Ngapain lo liatin foto gue? Cantik ya?" ucapnya dengan pede membuat Gio berdecak.

"Kepedean," jawabnya datar membuat Gia berdecak kesal. Kenapa malah nada bicaranya jadi datar?

"Yaudah ayo makan," ajaknya sembari menggenggam tangan Gio.

"Lepas,"

"Ishhh gausah sih. Takutnya lo nyasar kan bahaya"

"Gia, lepas"

"Kenapa? Lo nggak seneng?" tanya Gia sembari berkacak pinggang.

"Kamu nggak usah sok peduli sama saya," ucapnya membuat Gia berdecak. Kemudian ucapan Gio selanjutnya membuat Gia bungkam.

"Saya nggak butuh orang seperti kamu di samping saya"














Anjay sadis
Udahlah makin lama alurnya makin tidak jelas
Bentar lagi bakal tamat dan ada cerita baru pastinya
Okelah baybayyyy
Besok aja lah ya double up nya
See u👋

Twins Story [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang