07. Jealous or ......

1.6K 109 6
                                    

Setelah pertemuannya yang tidak sengaja dengan Agas tadi, Gia jadi lupa kalau awal dia kesini bersama Gio.

"Emangnya si Gio nya diem aja?"

Ya, Gia menceritakan bagaimana dia bisa sampai sendirian meninggalkan Gio. Satu lagi yang membuat Gia kaget karena Agas adalah tetangganya Devina. Jadi cowok itu tahu bagaimana sikap Devina.

"Sumpah gue gak habis pikir. Masa si Gio diem aja, terus sekarang. Mana dia? Nggak nyusulin gue sama sekali. Jangan-jangan dia jalan sama Devina terus lupain gue." Matanya sudah berkaca-kaca. Air mata siap mengalir di pipinya namun Gia tahan karena jaga image di depan crush.

Agas menarik pelan lengan Gia kemudian memeluk gadis itu. Gia yang langsung dipeluk justru kaget. Baru pertama kali ini ia dipeluk oleh laki-laki selain ayah, Abang dan keluarganya.

Percayalah, jantung Gia kini sedang jedag-jedug. Gia saja sampai mengatur napas berkali-kali agar napasnya kembali normal. Kegiatannya itu tak luput dari pandangan Agas.

Laki-laki itu tersenyum. Lucu juga gadis ini.

"Kenapa jantungnya?" tanya Agas membuat Gia malu dan membernarkan duduknya seperti semula.

"Eh, ng-nggak," jawab Gia dengan gugup. Ah, sungguh dia tidak mengerti jantungnya kenapa berdetak cepat sepeti ini.

"Oh iya, lo sahabatnya Rea pasti tau lah nomor teleponnya dia," celetuk Agas membuat Gia terdiam.

Gia tersenyum tipis kemudian mengangguk.

"Iya, tau kok. Lo mau?"

Agas dengan cepat mengangguk. Ia membuka ponselnya dan mulai mengetik nomor yang disebutkan Gia. Mungkin memang Gia terlihat tidak keberatan, tapi hatinya berkata lain. Entah kenapa hatinya sesak ketika Agas bertanya tentang nomor telepon Rea sahabatnya.

"Thanks, lo mau pulang?" Gia mengangguk. Ia juga tidak mau lama-lama disini. Mood nya sudah hancur. Lebih baik ia nonton drakor saja.

"Yaudah, yuk gue anter. Kebetulan gue bawa motor," ajak Agas dan dengan senang hati Gia mengangguk. Sekalian hemat tenaga masa iya jalan mulu.

Di lain tempat, Gio sudah pusing mencari dimana keberadaan Gia. Dia kesal sekali dengan Devina, coba saja tadi Devina tidak menahannya pasti ia tidak akan kehilangan jejak Gia.

"Gia lo dimana?" gumamnya khawatir. Bahkan ponsel Gia berdering namun tidak diangkat sama sekali membuat Gio semakin panik.

Karena sudah lelah memutari taman, akhirnya Gio memutuskan untuk pulang, siapa tau tadi Gia memilih pulang.

Namun ketika sampai rumah, sandal yang tadi digunakan Gia tidak ada. Tidak mungkin gadis itu membawa sandal masuk ke rumah atau bunda akan marah karena membawa sandal luar ke dalam.

Lalu Gio mendengar suara motor berhenti di depan pagar. Gio mengintip sebentar. Terlihat 2 orang sedang berbincang dan Gio kenal siapa orang itu.

Gio hanya memperhatikannya tanpa berniat untuk menghampiri mereka. Entah kenapa Gio sedikit tidak suka Gia dekat dengan Agas.

Gia masuk ke dalam tak lupa juga menutup pagar yang sempat ia buka. Matanya melihat Gio yang berdiri di dekat pintu masuk.

"Ingetin gue kalo lagi ngambek sama dia," batinnya. Lalu dengan mantap ia berjalan menuju pintu dengan mata yang sama sekali tidak menatap Gio.

Bahkan saat masuk rumah pun Gia tidak seperti biasanya, ia langsung saja masuk kamarnya dengan wajah murung dan bibir ditekuk.

Gio yang melihat itu hanya menghela napasnya. Ia segera berlari menemui Gia namun sepertinya telat. Gia sudah lebih dulu masuk kamar bahkan mengunci pintunya.

Twins Story [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang