Bangun

18.2K 1.8K 93
                                    

Bangsal rumah sakit masih ditiduri oleh sesosok Kim dokja yang terbaring lemah tanpa ada tanda-tanda akan terbangun dari tidur lamanya.

Kulitnya semakin pucat ditelan oleh waktu.

Para sahabat dan companionnya berjanjian untuk mendatanginya secara bergantian.

Namun, hanya ada satu orang yang setia menemani Kim dokja hingga rela tak beranjak dari kursi yang berada tepat disamping kasur rumah sakit yang sudah dicap menjadi miliknya.

Yoo Jonghyuk berdiri dari kursi dan menghampiri kalender yang sempat menarik perhatiannya.

Ia menghela napasnya panjang ketika menyadari sudah hampir tepat 1 tahun life and death companion-nya tak sadarkan diri.

"Hhh. Kapan sialan ini akan terbangun?" Tangan kanannya ia angkat untuk meremas kepalanya. "Aku sudah lelah menunggunya, sungguh."

Matanya terpejam dengan napasnya yang terhembus kasar sebelum akhirnya ia kembali menatap tubuh Kim dokja yang tak berkutik selama hampir setahun semenjak dirinya koma.

"Kupikir kau akan menyerah untuk menungguinya setiap saat. Ternyata aku salah. Kau sudah melakukan yang terbaik tapi dia tidak akan bangun, Yoo Jonghyuk." Yang diajak bicara tahu betul suara melengking siapa yang sedang menjadi lawan bicaranya sekarang.

Ketika ia menoleh ke arah pintu kamar rumah sakit, matanya hanya tertuju pada Han Sooyoung yang dengan santainya sedang bersandar dengan kedua tangannya bersedekap.

"Sekarang giliran mu menjenguknya?" Wanita itu mengangguk malas sebagai jawabannya atas pertanyaan tak jelas Jonghyuk.

Wanita itu berjalan mendekati kasur dimana Kim dokja tertidur dan melihatnya dengan penuh harap.

"Sialan ini mau tidur berapa lama, sih?" Walaupun Han Sooyoung mengatakan hal itu tanpa ada satu pun ekpresi yang terpampang diwajahnya, namun Yoo Jonghyuk tahu kalau rekannya ini juga berharap suatu saat Kim dokja terbangun dan menyapa mereka dengan wajah idiot-nya dan seringaian khas miliknya.

"..." Baik Yoo Jonghyuk maupun Han Sooyoung tak mengeluarkan satu kata pun dan keheningan menyelimuti mereka.

Biasanya disaat seperti ini, Kim dokja yang akan mencairkan suasana dengan rencana anehnya yang memusingkan sang protagonis maupun penulis asli novel yang sering ia baca.

"Ah, tidak menyenangkan terkurung di ruangan ini bersamamu. Aku tidak suka keheningan yang menusukku seperti ini." Cibir Han Sooyoung tanpa memperkirakan akibat dari perkataannya.

Yoo Jonghyuk hampir saja mengeluarkan aura membunuhnya kalau saja Han Sooyoung tidak segera berpamitan dengan ucapan anehnya.

"Jangan merindukanku dan rawat saja istrimu itu, Yoo Jonghyuk. Barangkali sebentar lagi ia akan terbangun. Bye~"

Sang protagonis sudah bersiap menyabet pedangnya dan menebas tubuh Han Sooyoung jika saja ia tidak teringat akan etika bertamu di rumah sakit.

Karena rumah sakit ini sudah menjadi rumahnya dan Kim dokja semenjak scenario terakhir itu.

Jonghyuk kembali duduk di samping dokja dan merenung. Sejak kapan dirinya terikat dengan Kim dokja?

Pertanyaan itu terus berputar dikepalanya.

Selain karena Kim dokja adalah life and death companion-nya, Jonghyuk tak mendapatkan alasan logis lainnya.

Namun, hatinya berpikir bahwa keterikatannya bukan sekedar dari alasan logis belaka.

Entahlah, Yoo Jonghyuk sudah pusing untuk memikirkan hal rumit yang melibatkan perasaan pribadinya.

Ia sudah sering terluka akibat itu.

Tangannya mengelus pelan pucuk kepala Dokja. Dan helaan napas berulang kali terdengar.

Hingga akhirnya, helaan Yoo Jonghyuk bukan satu-satunya suara yang memenuhi ruangan itu.

"Ngh."

Alis sosok itu berkedut dua kali. Tangan kasar Yoo Jonghyuk kembali meraba alis tersebut tak percaya.

"Ngg." Kali ini matanya yang berkedut.

Yoo Jonghyuk mengerjapkan matanya beberapa kali dengan tatapan aneh.

"Kim dokja?" Yoo Jonghyuk akhirnya memilih untuk mendekatkan mukanya.

Menghembuskan napas tepat di depan Dokja untuk menyuruhnya segera bangun.

"Mmm." Sosok tersebut mengerjapkan matanya pelan.

Matanya bolak-balik menyipit sambil berusaha beradaptasi dengan cahaya lampu.

"Kim...Dokja?"

Sang empu menoleh dan mendapati sosok pria kekar nan tampan itu tengah meremas tangan mungilnya.

Yoo Jonghyuk menatapnya dengan tatapan tak percaya.

Sosok yang sudah setahun ini meninggalkannya akhirnya terbangun.

Tanpa memedulikan Jonghyuk, Kim dokja yang masih lunglai itu memaksakan diri untuk bangun.

Namun, badannya yang masih rapuh tak bisa berbohong.

Badannya bisa saja terhempas keras ke kasur kalau saja Yoo Jonghyuk tidak menangkap punggung pria itu dengan cepat.

Kim Dokja membeku di tempat. Matanya sayup dan bibirnya yang pucat bergerak perhalan.

"Kim dokja?" Panggil pria itu lagi.

Yoo Jonghyuk merasa aneh dengan tingkah Kim Dokja.

Karena merasa khawatir, tangannya yang lain membelai poni rambut dokja dan mendekatkan pucuk dahinya kearah dahi dokja.

Kim dokja memejamkan matanya dan membiarkan Yoo Jonghyuk mengukur temperatur tubuhnya.

"Pftt," tawa Kim Dokja tiba-tiba dengan suaranya yang masih serak.

Yoo Jonghyuk mengernyitkan alis. Ia merasa tingkah Kim Dokja semakin aneh.

Tapi, Kim Dokja yang terkejut saat memperhatikan reaksi Yoo Jonghyuk hanya terkekeh.

"Hahaha. Senang bertemu denganmu lagi, sunfish bastard."

Perempatan imajiner muncul di pucuk dahi Yoo Jonghyuk saat melihat senyum sumringah dari Kim Dokja.

Kim Dokja yang puas menggoda Yoo Jonghyuk langsung melingkarkan kedua tangannya di leher pria itu.

"Kau tidak merindukanku? Jahat sekali." Ucap Kim Dokja sarkas.

"Hn." Balas Yoo Jonghyuk yang memutar bola matanya malas.

Tangannya masih bertengger di pinggang Dokja--menahan tubuh pria itu agar tak terjatuh.

Ia mengalihkan muka ke samping. Berharap Kim Dokja tak melihat semburat merah di wajahnya.

Yoo Jonghyuk pun menepis pemikiran absurd-nya dan menundukkan kepalanya sambil memejam matanya lega.

"Akhirnya kau bangun juga. Dasar bodoh."

While You're Sleeping [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang