07

30 21 8
                                    


Deyra memasuki kamar mandi untuk membersihkan dirinya, ini adalah hari pertama Deyra haid, hari pertama yang membuatnya terasa di tusuk-tusuk perutnya,  ia meringis  karnaa kesakitan, meringkuk di bawah selimut sambil memegang perutnya yang terasa sakit, ia terus berguling-guling hingga seprey milik  nya berantakan dan berjatuhan.

“huhu Abi perut Deyra sakit bi,”  rengek Deyra memanggil Abinya, ia sangat ingin memasuki kamar mandi, tapi ia tak sanggup untuk duduk karna rasa sakitnya semakin menjadi-jadi.

Cklek..

 

Seseorang membuka pintu kamar Deyra terlihah bi Inah yang membawa semangkuk sup dan susu hangat, ketika melihat tingkah Deyra bi Inah mulai berlari kecil dan menyimoan nampan berisi makanannya di atas nakas kecil samping kasur Deyra.

“Astagfirullah non, non Deyra kenap?”  ucap bi Inah memegang lengan Deyra, Deyra terus mengulingkan tubuhnya.

“bi—bi  pe—perut Deyra sak-it,”  ucap Deyra berusaha untuk berbicara, bi Inah mulai keluar dan mengambil minyak kayu putih, awalnya ia ingin mengambil bawang dan minyak kelapa untuk dibalur keperutnya, tapi ia sadar jika Deyra alergi bawang merah jika menyentuhnya  ia akan merasa panas dan getel-gatel, setiap  kali bi Inah masak ia selalu memakai bawang bombai.

“non Deyra bibi balur yah perutnya,”  ucap wanita paru baya itu duduk di samping Deyra yang terus meringkuk, Deyra menggeleng ia tidak tahan lagi  dengan rasa  sakitnya.

Setelah lama Deyra dibalur oleh bi Inah, ia lebih memilih untuk segera tidur agar sakitnya tak terasa lagi.

***

 
Alaska selesai keramas ia mengelap rambutnya dengan handuk dan melingkarkannya di leher, ia mengambil ponselnya di atas nakas, melihat pesan dari keempat sahabatnya kemarin, tidak peduli mereka mengirim pesan apa, Alaska mulai mematikan ponselnya, ia pergi meninggalkan kamar melihat sang kaka yang tengah asik menonton drama thailand,  dengan jahil Alaska melempar mainan laba-laba agar  sang kaka tidak terlalu fokus dengan filmnya.

“tai lo ka, gue kerjain balik lo...!!”  teriak Devan dari lantai bawah, Alaska berlari menuju kamarnya, ia mengunci pintu agar Devan tidak macaam-macam dengannya.

Alaska mulai merebahkan tubuhnya diatas kasur king size miliknya. Matanya menatap langit-langit ruangannya, mengingat sesuatau yang pernah ia lakukan bersama seseorang, Alaska kembali duduk dan mengambil sebuah koper kecil yang sudah lama tidak ia buka, debunya menumpuk diatas koper.

Ia membuka perlahan kopernya, beberapa bingkai dan beberapa album, apalagi banyak barang-barang yang tersimpan didalam koper, matanya tak sengaja menatap selembar foto yang ia tidak kenal sama sekali.

“oi buka pintunya, lo mau ini gak? Ini nih..!”  teriak Devan terus menggedor pintu hingga Alaska hampir saja menjatuhkan kopernya, ia meletakannya diatas kasur dan berjalan kearah pintu.

 
Alaska membuka pintu kamarnya menatap sang kaka yang bembawa sekotak martbak manis kesukaannya, Ayah nya baru saja pulang, dan sekarang Faiz sedang membersihkan dirinya, tanpa punya rasa sopan Devan nyelonong masuk tanpa izin Alaska, lelaki berbadan kekar itu mulai duduk di kasur untuk membereskan koper yang ia lihat tadi.

“kamar lo udah kaya kapal pecah aja,”  ucap Devan terus memandangi isi kamar milik sang adik. Alaska menggaruk tengkunya yang tak gatal.

Drttt....drttt

 
Suara ponsel Alaska bergetar didalam saku celananya, ia mengambil ponsel milik nya, nomor milik seseorang  yang tidak sempat ia save.

ALASKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang