06

32 22 7
                                    


Deyra sampai di depan ruang UGD  tante dan om nya sudah datang lebih awal, Deyra menghampiri kedua manusia paruh baya itu, sambil menahan airmatanya.

“tante, abi gimana, abi sakit apa? Kenapa Deyra gak tau?” ucap Deyra menggoyangkan bahu milik Feya, Feya merasa pilu ia sangat bersalah dirinya selalu merahasiakan apa yang Deyra tidak tau, Feya terdiam sejenak ia mulai memeluk Deyra sangat kencang, Deyra menangis membuat Feya ikutan menangis.

“maafin tante dey, tante selalu rahasiain semuanya dari kamu,”  isak Feya sesegukan, Deyra merasa sesak mendengar ucapan Feya, selama ini  apa yang mereka sembunyikan dari Deyra?

 
Alaska duduk di kursi tunggu menunggu kabar dari Faiz, ia hanya diam tak mencampuri urusan Deyra dan keluarganya, setelah menunggu beberapa jam, Faiz keluar dari UGD dengan wajah kusut, ia menyenderkan kepalanya dipintu UGD semua menatap Faiz yang keluar dengan keadaan berantakan, wajahnya pucet dan berkeringat, Deyra menghampiri Faiz dengan   berjalan pincang.

“om abi Deyra mana om? Abi gaapa-apakan?  Om jawab Deyra om,”  rengek Deyra memegang pergelangan Faiz yang terasa dingin,  Deyra terus menangis air matanya tak bisa berhenti mengalir, Faiz belum menjawab ia terus diam menatap Deyra dengan tattapan memelas.

“maafin om Dey, abi kamu gabisa diselamatkan,”  ucap Faiz dengan perasaan berat, ia mengusap  wajahnya, Deyra membulatkan matanya mendengar ucapan Faiz, ia terus menangis sambil memukul lengan Faiz didepannya, semua menangis mendengaar ucapan Faiz, Feya menangis sesenggukan bahunya naik turun nafasnya tak teratur, Zaki sang suami hanya bisa menenangkan sang istri, ia merasa sedih atas kehilangan kaka iparnya.

“om jangan bohong, abi Deyra masih ada, abi gak mungkin tinggalin Deyra, om boong, Deyra mau ketemu abi,”  Deyra meronta ketika Feya memeluknya, ia terus memukuli lengan Faiz berkali-kali.  Alaska berdiri menghampiri Deyra ia memegang bahunya dan mencengkramnya kuat.

“jangan kaya anak kecil, lo liat orang-orang disini, semua juga sedih, gak cuma lo yang ngerasa kehilangan,”  ucap Alaska menatap Deyra tajam, Deyra hanya menangis sesegukan mengusap wajahnya yang dibasahi air mata.

Jenazah sang ayah mulai dibawa untuk dimandikan, Deyra melihat tubuhnya yang audah tak berdaya, seluruh tubuhnya ditutupi kain putih, Alaska melepaskan cengkramannya dan mulai duduk kembali di kursi, Zaki dan Feya ikut duduk disamping Alaska sedangkan Deyra memeluk Faiz yang menahan tangisnya.

“om Deyra gamau tinggal sendiri,”  gumam Deyra masih dipelukan Faiz, Faiz yang mendengar itu matanya langsung tertuju pada Alaska yang tengah asik memainkan ponselnya.

“Deyra gak sendiri nak, Aska bakal ada untuk Deyra,”  ucap Faiz mengelus rambut hitam milik Deyra, Deyra mulai melepas pelukannya menatap Alaska yang hanya diam mengalihkan pandangannya.

“ko Aska? Kenapa gak om aja jadi papa baru Deyra,” celetuk Deyra membuat Alaska mulai berdiri menatap gadis cantik yang tengah duduk didekat Faiz, Alaska mengusir Deyra yang masih memeluk Faiz.

“sialan lo, gatel banget  jadi cewe, minggir bokap gue ini,”  cibir Alaska membuat Deyra berkaca-kaca Feya dan Zaki terkekeh melihat tingkah kedua pemuda yang tengah meributkan Faiz,  Faiz ikut terkekeh melihatnya ia mulai memegang lengan Deyra dan lengan Alaska, kedua pemuda itu saling bertatapan dengan muka juteknya.

“kalian berdua bisa tinggal bareng,”  ketus Faiz membuat Deyra ternganga, begitupun Alaska ia membulatkan matanya sambil menatap sang Ayah,

 
“ngga,”  ucap Alaska dan Deyra berbarengan menatap Faiz yang hanya tersenyum, tiba-tiba saja mata Deyra teralih melihat Rudy yang sedari tadi hanya diam, tak mau banyak omong Deyra menghampiri Rudy di samping Faiz.

ALASKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang