14

32 12 1
                                    

Malam ini terdengar sangat riuh, jalanan dipenuhi banyak pemuda-pemuda yang sedang bersorak ria ditengah jalan, menyaksikan banyaknya pemuda yang mengikuti balap liar.  "Lo siap Rey?" Ucap Glen disampinh Rey yang hanya fokus dengan jalanan yang terlihat becek.

"Lo gak usah tanya gue udah siap atau belum, buktinya gue dateng kesini," jawab Rey menatap tajam Glen yang hanya tersenyum sangat tipis, kedua pemuda yang hanya beda 5 tahun ini sudah siap untuk memulai balapan.

Motor sport Rey sudah berbunyi dan siap untuk di gas, sama dengan Glen, lelaki yang kini berumur 23 tahun, seorang gadis dengan pakaian yang begitu terbuka berdiri didepan kedua pemuda itu, dengan kain berwarna merah yang dipegang dikedua lengannya, gadis itu mulai mengibarkan kainnya dan mulai saja Rey dan Glen melajukan motornya dengan kecepatan tinggi, mereka saling susul menyusul untuk lebih cepat sampai kefinis.

"Gawat nar, kita telat halangin tuh bocah." Ucap Jule ketika sampai dan mulai menuruni motornya, mereka berlari kearah jalanan yang juga dipenuhi dengan anggota Divar's.

"Dark Pegasus...!!" Teriak Ben salah  satu anggota Divar's yang mulai mendekat kearah Naren dan yang lainnya, Naren menatap tajam kearah Ben dan kelima anggota Divar's yang lainnya. "Lo pikir lo siapa Ben, lo pikir kita takut sama lo?" Ketus Raka meunjuk Ben dan yang lainnya, semua hanya diam tak adayang menanggapi ucapan Raka, Niko disamping Glen hanya diam mengepalkan lengannya membentuk tinju, jika Raka bukan anak dari teman ayahnya munhkin sekarang Raka sudah babak belur karna ulah Niko.

"Rey gue gak akan biarin lo nyentuh Deyra sedikitpun!!" Teriak Glen menyelipkan motornya hingga Rey berada jauh dibelakang Glen,

"Gue emang suka sama Deyra, tapi gue bukan orang brengsek yang gitu  aja nyentuh cewe orang."  Gumamnya menjawab apa yang Glen ucapkan, ia menyusl Glen yang sudah jauh darinya, Rey lelaki itu mengratkan giginya hingga berbunyi, dan mulai menancapkan gas, jalanan sangat licin karna air hujan, tak ada besitan sedikitpun  dari pikiran kedua pemuda itu tentang celaka, hanya ada siapa yang akan menang dan siapa yang akan kalah.

                               ••••

Hatchi....

Deyra terbaring diatas ranjang miliknya, dengan wajah pucet dan hidungnya yang sangat merah, ia terus mengelap hidungnya dengan tisu yang mengeluarkan cairan dari hidungnya, berkali-kali gadis ini bersin tanpa ada istirahat semenitpun. "Dey kamu demam, kita kerumah sakit aja yah? Panas kamu juga gak turun-tutun." Ucap Feya duduk ditepi kasur sambil mengompres kening Deyra yang terasa panas. "Yaudah deh tan, Deyra nurut aja." Ucap Deyra pasrah, matanya menatap jam dinding yang sudah menunjukan pukul 08:45, hari ini ia tidak masuk sekolah karna keadaannya yang kurang menbaik.

"Pah Aska udah berangkat?" Tanya Deyra pada Faiz yang kini sedang berdiri didekat Feya, Faiz mengangguk lalu duduk diasamping Deyra ketika Feya mulai banhkit dari kasur.

"Yu sayang kita kerumah sakit," ajak Faiz pada Deyra yang hanya dijawab anggukan oleh Deyra, gadis itu memakai kerudung bergo instan berwarna  hitam serta baju kaos pink dan celana kulot hitam panjang, Deyra berjalan sambil dipapah oleh Faiz dan Feya, melihat Devan yang sedang bersiap  untuk kekantor, sebenarnya Deyra tidak perlu dibawa kerumah sakit karna Faiz adalah seorang dokter, tapi sekalian saja Faiz kerumah sakit karna ada pasien yang keadaannya kritis.

Deyra duduk disamping Feya sedangkan dibangku depan terdapat Zaki dan Faiz yang menyetir mobil, Devan mengendarai mobil milik Alaska yang kini bersebelahan dengan mobil milik Faiz. "Ah tan, mata Deyra bener-bener berat." Keluh Deyra menyenderkan kepalanya kebahu Feya yang ditutupi dengan kerudung pasmina yang terpasang sangat rapi.

"Sabar yah, ini bentar lagi sampe," ucap Feya menenangkan ponakannya yang tertidur lelap dibahunya, Zaki menatap Deyra yang menahan perutnya yang terasa sakit, ia tau jika Deyra mempunyai penyakit mag, itu karna dari kemarin Deyra belum  sempat memasukan makanan kedalam perutnya, sehingga magnya kambuh.

"Iz, bisa lebih cepet gak? kayanya mag Deyra kambuh lagi." Ucap Zaki membuat Faiz menganggukan kepalanya dan mengambil jalan pintas menuju rumah sakit, beberapa jam akhirnya sampai Feya memapah Deyra untuk segera memasuki rumah  sakit, sedangkan Zaki dan Faiz mengikuti Feya dan Deyra dibelakang.

Feya membaringkan tubuh Deyra keatas brangkar rumah sakit yang cukup kecil, Deyra gadis itu hanya menahan perutnya yang terasa sakit, dengan cepat Faiz menghampiri Deyra dan memeriksa nya untuk beberapa menit, setelah pemeriksaan selesai Faiz menghampiri Zaki dan Feya yang duduk disofa dekat brangkar. "Fey, lebih baik Deyra dirawat sementara disini, mag nya cukup parah mana lagi dia lagi demam, butuh perawatan yang cepat." Jelas Faiz membuat Feya  mengangguk, setelah itu Deyra dipindahkan keruang rawat, sementara itu Faiz pergi untuk menangani pasien yang sedang kritis katanya.

"Dey kamu istirahat dulu yah, tante sama om Zaki mau kekantin dulu," lamit Feya mengelus puncak kepala Deyra yang dibalut dengan kerudung bergo instan berwarna hitamnya, Deyra mengguk lalu Feya dan Zaki mulai keluar dari ruangan Deyra.

                             ~○○○○~

Rey berjalan menyusuri lorong-lorong mencari seseorang, ia ingin menagih jaket dari seseorang yang malah orang itu tidak hadir, Aisya keluar dari kelas sambil menundukan kepalanya, diam-diam gadis itu mengagumi seorang Rey, tapi ia lebih baik menyimpan rasanya daripada harus diumbar-umbar.

"Sya, Deyra hari ini gak masuk?" Tanya Rey berdiri dihadapan Aisya yang terus menunduk, Aisya menggeleng lalu pergi karna debaran jantung nya yang tidak aman, Rey menatap kepergian Aisya lalu mulai melanjutkan jalannya, melihat respon dari Aisya Rey mulai pergi mencari tau mengapa Deyra tidak masuk hari ini.  "Ka tadi malem gue denger Rey kalah balapan sama anak geng Divar's." Ucap Juna disamping Alaska yang hanya diam mendengar sahabatnya yang tengah berbicara, Alaska berhenti sejenak menatap tajam Rey yang juga menatap Alaska.

"Lo mau ketawa karna gue kalah?" Ucap Rey mengepalkan lengannya membentuk tinju, "ck, buat apa gue ketawain lo," ketus Alaska mulai pergi yang diikuti Juna dibelakangnya, mendengar itu Rey menarik bahu milik Alaska dan meninju ujung bibirnya hingga memar. Alaska mengelap ujung bibirnya yang terasa sangat panas, tidak mau kalah Alaska meninju balik perut Rey hingga Rey lelaki itu hampir terjatuh, Juna hanya diam tak  tau harus berbuat apa kali ini.

Alaska meringis ketika perutnya terasa sakit karna Rey yang menendangnya, kini di koridor dipenuhi banyak murid yang menyaksikan perkelahian antara Rey dan Alaska, keduanya sudah babak belur.

"ALASKA ALDEBARAN RIVANDRA, REYGANTARA, APA YANG KALIAN LAKUKAN...!!!"  teriak pak Jeki menbawa sebuah penggaris kayu, yang setiap hari ia bawa.

Alaska dan Rey memusatkan pandangannya pada pak Jeki yang berdiri dikerumunanan para murid-murid, Rey menatap tajam Alaska sambil terus menginjak kaki Alaska, begitupun Alaska menginjak balik kaki Rey yang beralaskan dengan sepatu berwarna hitam.

"Ikut bapa kekantor..!" Bentak pak Jeki membuat kedua pemuda itu mengangguk lalu berjalan membuntuti pak Jeki didepannya, Alaska berdecak kesal menatap tajam Rey yang juga menatap tajam kearah Alaska,  saking fokusnya bertatapan sampai tak sadar jika pak Jeki terus  memerhatikan kedua pemuda itu.

Ctak...

"Matanya liat kedepan, gak liat ada orang tua didepan?" ucap pak Jeki melayangkan penggaris kearah kening Alaska dan Rey, kedua pemuda itu dengan kompak menatap lak Jeki  yang gemas melihat kedua pemuda itu, ingin sekali rasanya pak Jeki menendang bokong kedua pemuda yang selalu membuatnya naik pitam.

***


Asalamualaikum gais, aku up setiap jum'at yah, karna hari sebelumnya  tuh bakal sibuk sama pelajaran sekolah.

Semoga kalian suka sama ceritanya.
Insya Allah aku bakal tetep semangat up cerita..!!

Next?

3-04-22

ALASKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang