six

98 33 11
                                    

Happy reading!

***

Teriknya sinar mentari siang ini sepertinya cocok menggambarkan suasana kelas XI IPA 2. Sama-sama panas. Persaingan Shaina dengan Kenza untuk mendapatkan perhatian Melvin memang asyik untuk ditonton. Semua orang tahu, mereka bertiga terlibat cinta segitiga. Hanya saja, kepada siapa Melvin menaruh hati, itu akan menjadi rahasianya.

Perbedaan perlakuan Melvin kepada kedua gadis itu terlalu kentara. Kenza terlihat selalu mudah berada di dekat laki-laki itu. Penghuni kelas IPA 2 pun yakin kalau Kenza dan Melvin mungkin saja memiliki perasaan kepada satu sama lain sekarang ini. Namun, tidak yakin apakah Shaina juga memiliki kesempatan dekat dengan Melvin.

"Gue ke kantin aja lah. Percuma nggak ada Dion. Nggak semangat gue," ucap salah satu perempuan di ruangan kelas itu diikuti beberapa siswi lain.

Kondisi ruangan sudah sedikit sepi. Sebagian besar siswa-siswi berhamburan ke kantin. Menyisakan segelintir orang yang masih di dalam kelas.

Bangku Melvin terletak di pojok kiri kelas baris ke-tiga, di sebelah jendela, dengan Nicko di sebelahnya. Sedangkan Dion yang saat ini absen, tempat duduknya berada di belakang bangku Melvin.

"Melvin, ikut gue sebentar!"

"Vin, ke kantin, yuk."

Melvin bergantian memandangi kedua gadis yang berdiri di sisi tempat duduknya. Pandangannya beralih ke samping. Laki-laki itu menatap orang yang duduk satu bangku dengannya. Sahabatnya itu mengedipkan mata beberapa kali kepadanya. Itu kode. Melvin mengerti apa yang dimaksud oleh dia.

Ragu-ragu, Melvin menegadahkan kepala. "Gue belum laper, Za. Maaf, ya. Lo ke kantin duluan sama Nicko."

Nicko tersenyum lebar, lalu berdiri. "Yuk, Za. Gue udah laper nih," ucap Nicko antusias lalu menarik lengan Kenza dan keluar kelas.

Sebelum pergi, Kenza sempat memperhatikan ekspresi muka Shaina. Entah kenapa, tatapan Shaina kepadanya membuat dia tidak nyaman. Sebenci itukah Shaina kepadanya, hingga selalu menaruh pandangan seperti itu?

Masa kelas sepuluh pun, ketika Kenza memberitahukan perasaan suka terhadap Melvin--siswa yang menyita perhatiannya sejak pandangan pertama.

Saat itu, Kenza dengan Melvin sedang menyiapkan ujian kenaikan kelas. Mereka terkadang belajar di perpustakaan kota, jika Melvin memiliki waktu luang dari pekerjaan paruh waktunya.

Melvin memperlakukan Kenza dengan penuh perhatian. Gadis itu sebelumnya belum pernah merasa senyaman itu saat dekat dengan laki-laki, tetapi Melvin tidak sama dibandingkan dengan mereka.

"Vin, gue ... suka sama lo," ucap Kenza saat itu di perpustakaan.

Laki-laki di depannya menghentikan gerakan membalikkan halaman buku. Bola matanya naik, menatap Kenza. Mengerutkan keningnya samar, dia terdiam sejenak.

Sebelum Melvin berkata, Kenza angkat bicara kembali. "Terlalu mendadak, ya?" Gadis berbaju merah muda itu terkekeh. Merasakan suasana canggung, dia mengatupkan mulutnya. "Lupain aja, Vin. Anggap aja, gue nggak bilang gitu."

Kenza pikir, apabila dia menyatakan perasaannya, gadis itu akan mendapat ekspresi senang dari Melvin. Bukankah Melvin menyukainya juga? Namun, kenapa dia justru menampakkan wajah kebingungan?

"Terimakasih, Za. Udah berani ngungkapin isi hati lo." Melvin membuka mulutnya, dan mengatupkan lagi. Dia memilih kalimat yang akan dia lontarkan kepada Kenza, agar tidak membuat Kenza berkecil hati.

Kenza menantikan perkataan selanjutnya, dia berharap setelah ini akan menjadi hari paling bahagianya.

"Tapi, gue belum bisa nerima perasaan lo, Za. Gue ... suka sama orang lain. Dan gue nggak mau bohongin perasaan sendiri."

Sweet and WitchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang