Alunan piano terdengar beriringan dengan vokal sang penyanyi laki-laki di panggung mini itu. Para pengunjung kafe pun menikmati lagu yang dinyanyikan, bahkan ada seorang gadis yang meneteskan air mata karena lirik lagunya mewakili perasaan dia saat ini.
🎵Why can't you love me?
hold me so close, maybe we can be lucky.🎵
Sejuknya angin sore yang menerobos celah-celah jendela menjadikan suasana semakin dramatis. Tangisnya semakin menjadi, badannya bergetar dengan raungan semakin membesar. Anehnya, bukannya terganggu, orang-orang di kafe itu justru menatap iba kepada sang gadis.
Shaina mengerutkan dahi. Patah hati memang membuat orang kehilangan rasa malu, seperti gadis yang menangis itu. "Kenapa harus tempat ini, sih."
Shaina heran, kenapa Mamanya--Julia yang biasanya sangat sibuk itu tiba-tiba memintanya untuk datang ke tempat ini. Jika sebelumnya Julia memilih restaurant bintang lima, sekarang dia memilih kafe dengan ramai pengunjung.
Entah apa alasannya, Shaina tidak peduli, selama ia bisa bertemu sang Mama. Karena jujur, Shaina sangat merindukan sosoknya. Mamanya itu jarang sekali pulang ke rumah karena kesibukan pekerjaannya sebagai designer di perusahaan milik keluarga Shaina.
Julia terkadang membatalkan janji makan malam di luar, tetapi kali ini wanita paruh baya itu menepati janjinya, meskipun datang telat dari jam seharusnya. Shaina yang lebih dahulu datang, lagi-lagi harus memaklumi.
"Bukannya anak muda kayak kamu suka yah tempat romantis kayak gini?"
"Romantis?" Shaina mengedarkan pandangan ke sekeliling kafe. "Gaduh namanya," gumamnya.
"Suara Ryan dari dulu memang bagus, yah."
Shaina mengangguk singkat. Dia akui memang suara laki-laki itu memang bagus dan enak didengar.
"Sekarang Mama tahu, alasan Ryan rekomendasiin tempat ini. Selain karena deket dari perusahaan, ternyata dia juga mau show off di depan kamu." Julia pelan-pelan menyesap americano coffee yang masih mengepul uapnya. Di sela-sela minum, ia tersenyum anggun. "Mama juga baru tahu, kalau kafe ini milik Tante Rima."
Gadis yang menggunakan sweater ungu dengan rok skirt itu menghela napas ringan. Sekarang Shaina mengerti. Julia ingin membuatnya dan Ryan lebih dekat dengan mengadakan pertemuan ini. Klise sekali. Shaina tentu saja mengetahui siapa itu Rima, yang merupakan Ibu dari Ryan, dan sekaligus kolega Julia.
Sejak mengetahui kalau putrinya itu bersekolah di tempat yang sama dengan Ryan, Julia gencar mengatur pertemuan Shaina dan Ryan. Terkadang secara tidak langsung membuat mereka berdua berkencan. Shaina juga bingung, Mamanya itu termasuk wanita karir yang lebih sibuk mengurus pekerjaannya dibanding putri semata wayangnya. Namun, ada saja waktu untuk mengatur rencana 'perjodohan' ini.
"Ryan udah punya pacar, Mama juga tahu kan? Lagian Sha juga sama sekali nggak tertarik sama dia."
"Ryan belum bilang sama kamu? Tenang, mereka udah putus, kok. Ryan sendiri yang bilang ke Mama, mau balikan lagi sama mantannya." Julia tertawa di balik tangannya. "Bahasa Mama kayak anak muda yah."
"Sama anaknya sendiri kayak nggak ada waktu sama sekali."
Julia tahu banyak tentang Ryan. Karena Rima juga bekerja di tempat yang tak jauh dari perusahaan Julia bekerja, jadi ketika Ryan mengunjungi Mamanya itu, sesekali dia mampir juga ke tempat Julia bekerja untuk sekedar mengobrol. Itu pun jika Julia tidak sedang sibuk. Banyak topik yang mereka bicarakan, salah satunya tentang Shaina yang mendominasi percakapan antara mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet and Witch
Teen FictionMelvin yang dikenal sebagai siswa yang ramah itu hanya bersikap ketus kepada Shaina. Tidak ada yang mengetahui alasan Melvin selalu memasang wajah dingin setiap berhadapan dengan gadis itu, selain dirinya sendiri. Hingga Shaina dan Melvin membuat k...