fourteen

99 6 1
                                    

Jangan lupa buat vote yaa ^^
Happy reading :)

***

Hari ini benar-benar merupakan hari menjengkelkan untuk Shaina. Belum cukup dari pagi suasana hatinya dibuat kacau oleh Melvin, dan adiknya yang cerewet itu, saat ini pun dirinya harus menanggung risiko karena melupakan setelan olahraga-nya yang ditinggalkan di rumah. Alhasil, dirinya harus memungguti bola tenis yang dimainkan teman sekelasnya, sebagai hukuman.

Padahal gadis itu sudah meletakkan setelan olahraga miliknya di samping tas kemarin malam, tetapi bisa-bisanya dia melupakan bagian yang penting, yaitu memasukkannya ke dalam tas itu.

Memang, bersikap buru-buru tidak pernah memberi keuntungan baginya.

Shaina mengambil bola yang berdatangan ke arahnya dengan asal memasukkan ke keranjang troli. Sesekali dia memukul pelan pahanya yang terasa pegal karena berjongkok cukup lama.

Bisa saja dia kabur dari hukuman dan hanya duduk di pinggir lapangan sampai pelajaran olahraga selesai, apalagi Pak Hendra-- sang guru olahraga tidak berada di tempat karena tiba-tiba diadakan rapat di tengah pelajaran berlangsung. Namun, perkataan dari ketua kelasnya itu membuatnya menghentikan rencananya.

"Sha, apa susahnya, sih, ngerjain hukuman lo sampai selesai?" ucap seorang laki-laki yang muncul dari belakang Shaina sesaat gadis itu baru akan meninggalkan lapangan. "Kalau lo kabur dari hukuman, akan nambah masalah, kan? Pak Hendra nanti juga bakal ngasih hukuman baru lagi buat lo."

"Gue mau ke kantin, perlu persetujuan lo?"

Gara-gara Melvin juga dirinya tidak sarapan tadi pagi, niatnya setelah berangkat bersama Melvin, Shaina mampir ke kantin terlebih dahulu membeli pengganjal untuk perutnya atau menyuruh Yoyo mengantarkan makanan Tanpa disangka, rencana itu tidak terealisasikan.

"Di samping lapangan ada air mineral." Melvin menunjuk meja persegi panjang di pojok lapangan, beberapa botol air mineral berjejer rapi di atasnya. "Kalau haus, tinggal ambil yang di sana."

Ditengah obrolan keduanya, gadis yang rambutnya dikuncir kuda mendatangi mereka berdua, dan berkata, "Vin, enggak papa. Biarin Shaina istirahat dulu. Nanti gue yang nerusin ngambil bolanya."

Memang biasanya tugas ball person saat latihan atau pelajaran olahraga ini dikerjakan bergantian. Namun, karena melakukan kesalahan, Shaina seorang diri yang melakukannya. Dia diperbolehkan istirahat tetapi meninggalkan lapangan, tentu beda lagi.

Kenza mengambil troli bola tenis yang terletak tidak jauh dari Shaina, lalu mulai memunguti bola-bola seukuran telapak tangannya itu.

Melvin mengambil alih troli dari tangan Kenza. "Za, enggak perlu. Ini tugas Shaina.

Bukannya Melvin ingin sengaja mempersulit Shaina, tetapi dia mencoba bersikap adil kepada semua anggota kelasnya. Peraturan tetaplah peraturan yang harus diikuti. Justru dia memberikan arahan pada Shaina untuk terbiasa patuh, bukan selalu bersikap memberontak.

Shaina memicingkan mata kepada kenza, kemudian beralih menatap Melvin yang juga tengah menatapnya seolah memberi isyarat untuk segera melanjutkan hukumannya.

"Enggak papa, Vin. Biarin Shaina istirahat dulu." Kenza masih mencoba memberikan Shaina bantuan.

Melvin memperbolehkan Shaina untuk beristirahat di sekitar lapangan, bukan kabur, apalagi berasalan ingin ke kantin.

Laki-laki itu berputar badan, lalu melangkah mengambil air mineral di tempat yang tadi dia tunjukkan ke Shaina.

Sedang kedua gadis itu menatap langkah Melvin yang berjalan menjauhi mereka. Mata Shaina beralih, tatapannya tajam seperti biasa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 18 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sweet and WitchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang