nine

91 28 1
                                    

Happy reading

***


"Bu Kia dateng!"

Setengah populasi pelajar di kelas itu membulatkan mata ketika suara seorang siswi menyapa indera pendengaran mereka di pagi hari ini. Jam pelajaran pertama juga belum dimulai.

Salah satu siswa penghuni kelas IPA 2 terlihat panik. "Cuy, bukannya jadwal ngajar Bu Kia kemarin, ya?"

Orang-orang di sekitarnya menggelengkan kepala. Mereka juga tidak tahu. Jatung mereka sama-sama berpacu lebih cepat. Kalau sudah menyangkut tentang guru pengampu pelajaran Matematika itu, suasana gaduh pun bisa berubah menjadi teduh. Mereka semua akan terdiam jika nama 'Bu Kia' terdengar.

Kegiatan semuanya seketika terhenti saat guru yang terkenal bersifat dingin itu telah berada di dalam ruangan. Pendingin ruangan terasa tidak bekerja maksimal pada momen menegangkan ini. Bukannya merasa sejuk, justru tubuh mereka berkeringat--dingin.

Berdiri di depan papan tulis, guru dengan rambut dikuncir kuda itu melirik pelajar di kelas dengan tatapan tajam. Setelah mengetahui jika tidak ada kursi kosong--artinya tidak ada murid yang terlambat, wanita berkacamata itu menghela napas ringan.

Sebelum mulai berbicara, Bu Kia menaikkan bridge kacamata ke pangkal hidung. "Melvin Reynaldi, tolong nanti kumpulin tugas temen-temen kamu yang kemarin Ibu kasih, ya!" titahnya kepada sang ketua kelas.

"Baik, Bu."

Guru Matematika itu meninggalkan ruangan, sesaat mendengar jawaban Melvin.

Sebagian pelajar kelas IPA 2 menghembuskan napas lega. Ada juga yang jantungnya berdegup kencang, sebab belum menuntaskan tugas.

Melvin mengitari setiap bangku di dua barisan meja sebelah kiri, sedangkan wakil ketua kelas, di sebelah kanan.

"Sha, Sha!"

Siswa yang berlarian dari depan kelas menghentikan langkah Melvin. Laki-laki berambut ikal itu mendapat perhatian dari seluruh pelajar di ruangan. Kakinya tertuntun ke depan Melvin.

"Berisik lo, Yo. Ngapain? Kelas Ryan bukan di sini."

Nicko memasang badan, saat melihat figur laki-laki itu. Jika saja tidak dicekal oleh Melvin, Nicko bisa saja mengusirnya sekarang juga. Melvin merentangkan lengannya di depan Nicko untuk menghetikannya membuat kegaduhan. Nicko sempat mengelak, karena bagaimanapun, Yoyo adalah teman dari orang yang menyebabkan Dion ke rumah sakit.

Yoyo mengacungkan jari tengahnya ke arah siswa yang dihalangi langkahnya oleh Melvin. Dia tidak mengubrisnya, karena sekarang bukan waktunya mengurusi perkataan Nicko, dan lebih memilih berdiri di sisi Shaina.

"Shayang, sepupu gue yang paling cantik. Bantuin gue, please. Lihat jawaban tugas MTK lo." Melirik Shaina yang tidak merespon, Yoyo membujuk kembali. "Cuman nomor empat sampai sepuluh. Ya, ya?"

Shaina menyandarkan punggung, tangannya dilipat ke dada. Mengangkat kepala, gadis dengan rambut terurai itu menatap tajam siswa di sampingnya. "Enggak. Risiko lo sendiri," ucapnya.

"Gue semalem ketiduran."

Shaina merotasikan matanya, jelas-jelas kemarin malam sepupunya itu sendiri yang memohon agar ikut menemani Shaina berjaga di ruang inap Julia. Walaupun ada asisten pribadi yang stand by di samping Julia, tetapi tidak mungkin Shaina merasa nyaman tidur di rumah, sedangkan Mamanya terbaring di tempat yang menurutnya tidak nyaman.

Sweet and WitchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang