three

148 43 13
                                    

Suasana hati Melvin hari ini sangat baik. Ini yang dia inginkan selama bersekolah SMA, tenang tanpa melihat gadis yang menggangu hari damainya. Di kantin pun, dia dapat menyantap makanannya tanpa diinterupsi oleh Shaina.

Melvin tidak tahu alasan gadis itu absen hari ini.

Meskipun begitu, ketidak-hadiran Shaina hari ini menjadi bahan perbincangan murid-murid di Adiwarna High School. Mereka menganggap, absen-nya Shaina hari ini karena dampak aksi gadis itu kemarin yang membuatnya malu untuk datang sementara ke sekolah.

Tidak hanya di kelas, nama Shaina juga disebutkan dalam percakapan siswi-siswi di kantin. Tentunya bukan untuk membicarakan keberaniannya mengajak Melvin menjadi kekasih, tetapi keburukan Shaina di mata mereka.

"Pasti malu banget sih, si Shaina. Sampai nggak masuk sekolah hari ini," ucap perempuan berkuncir kuda sambil menyantap makanannya.

"Bener banget. Lagian udah pasti Melvin nolak dia." Perempuan di depannya mengiyakan. "Kenza yang udah paket komplit pake banget aja nggak bisa dapetin Melvin."

Keduanya tertawa bersamaan.

Melvin yang berada tak jauh dari meja siswi-siswi tadi tentunya mendengar perkataan mereka. Laki-laki itu berdehem dengan niat memberitahu kalau dirinya--orang yang dibicarakan ada di sana.

Gadis berkuncir kuda dan temannya itu menengok ke belakang. Mereka terkejut ketika menyadari Melvin juga ada disana, dan mungkin mendengar percakapan mereka. Sontak, keduanya menutup mulut mereka lalu tersenyum kepada laki-laki itu.

Melvin hanya membalas dengan satu kali anggukan. Senyum tidak diperlihatkannya.

"Kenapa lo, Vin? Keselek?" celetuk Nicko sambil menyantap bakmi. Dia duduk di seberang Melvin dengan di sampingnya Dion.

"Ada yang kangen, mungkin. makanya itu tengorokan kayak ada yang nyangkut," canda Dion.

"Ngarang. Apa hubungannya."

"Sudahlah, kalian para jomblo pasti tidak tahu hal seperti itu."

Nicko mengambil jus mangga milik Dion yang tinggal setengah gelas, lalu menandasnya. "Bilang aja lo nggak punya jawabannya kan?"

"Sialan lo, Ko. Nggak duit gue, nggak jus mangga gue, lo habisin semua."

Nicko menyengir kuda.

"Lebih baik, lo pelajari lagi materi tentang peluang. Kan ulangan kemarin, remidi," saran Melvin kepada Dion.

Melvin menenggak minuman botol rasa cokelat-nya. Terkadang, dia heran dengan kepopuleran Dion. Selain tampan, tidak ada yang bisa diharapkan darinya. Kecuali, jika Dion memiliki bakat tersembunyi yang tidak diketahuinya. Mungkin Melvin masih bisa memaklumi.

Nicko yang tidak terima oleh ucapan Dion, memukul ringan lengan orang di sampingnya. "Iya, Yon. Kita juga jomblo pilihan kali."

"Pilihan apaan. Lo nggak punya pacar karna emang Kenza nggak mau sama lo."

"Kurang ajar nih, anak." Jika saja Dion tidak membayar setiap Nicko makan di kantin, mungkin dia sudah meninju wajah tampan Dion sekarang juga.

Nicko menolehkan kepalanya kepada Melvin. "Vin, mohon maaf nih. Sedikit di lubuk hati terdalam gue, sedikit banget sih tapi. Gue pengin lo pacaran sama Shaina."

"Biar lo ada harapan sama Kenza?" Dion menebak.

"Pinter, bener banget."

Melvin sedikit terkejut mendengar penuturan Nicko, meskipun hanya sebentar. "Tapi, gue nggak tertarik sama ide lo," ucapnya tanpa tekanan.

Sweet and WitchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang