DAPUR -
Aku duduk terdiam di bangku sembari memperhatikan makanan-makanan yang telah terhidang rapi di atas meja. Arhan sedang menyiapkan sarapan pagi untuk ku, sebenarnya aku ingin mengambil sendiri. Tetapi, dia memaksa.
"Makan yang banyak." ucap Arhan menyodorkan sebuah nasi dan lauk yang sudah tertata rapi di atas piring.
Aku tersenyum tipis. "Terimakasih, em .. kamu ga makan?" tanyaku malu.
"(Kok gue malah pake bahasa normal si anj, apa gara-gara tadi yak? jujur, gue ngerasa bersalah banget sama Arhan)" batin ku.
"Tidak, saya sudah sarapan saat kamu sedang mandi tadi. Nikmatilah saja, saya akan menunggumu hingga selesai." kata Arhan duduk di hadapan ku.
Aku menelan kasar. "(Kenapa dia nunggu si?! Mana duduk di hadapan gue lagi, pandangan gue kan gabisa bebas jadinya .. duh! Dasar Pria brengsek! Lo kira gue bakal maling gtu? KAGA AANJJ!!)"
"Ekkhm, Zora. Saya mau mempertanyakan sesuatu padamu."
"Ee .. ya? apa?" respon ku.
"Sebelum itu, saya minta maaf, sekali lagi saya meminta maaf padamu. Hari itu, kata-kata yang saya ucapkan sungguh sudah kelewatan. Maafkan saya." ucap Arhan dingin dengan muka datar.
Aku sedikit terkekeh. "Ah .. itu, tidak masalah. Jangan pikiran itu haha."
Komuk muka Arhan berubah drastis. Wajahnya penuh dengan rasa bersalah yang sepertinya sangat dalam. "Hnghh ... saya harap, kamu bisa memaafkan saya." lirihnya lesu.
Aku terdiam tidak merespon.
"(Maaf, Gue belum siap maafin Lo Han)"
......
"Oh ya, Mau tanya apa? Katanya mau tanya." ajuku, mengalihkan topik.
"Ah iya. Apa kamu sudah menentukan jawaban nya? Tentang semalam, yang sudah kita bicarakan. Saya menunggu jawaban mu."
" .......... " aku terdiam menundukkan kepala, aku belum sempat memikirkan ini semalam. Aku terlalu lelah memikirkan kejadian dua hari lalu.
"Zora? Bagaimana?" tanya lagi Arhan yang sudah tak sabar lagi mendengar jawaban dari Zora.
"M-maaf, aku belum bisa menentukan nya." jawab ku gugup, aku takut jika dia marah.
"Oh, begitu ya. Baiklah, tak apa. Kamu saya beri waktu hingga nanti malam. Kamu harus menjawabnya, usahakan tidak ada kata 'bingung'. Oke?" kata Arhan membuat perjanjian padaku, aku mengangguk sebagai tanda aku setuju.
Arhan berdiri lalu berjalan menuju suatu ruangan yang jelas aku tidak tau. Kali ini pandangan ku bisa bebas, tidak ada kecanggungngan dan tidak banyak omong.
Namun beberapa detik kedepan, Arhan kembali dan berdiri membelakangi diriku yang masih duduk manis di ruang makan. Awalnya, aku kebingungan. Ternyata, Arhan hendak menyisirkan rambutku. Itupun dia melakukannya dengan sangat perlahan dan lembut.
"Maaf, saya boleh kan melakukan ini?" tanya Arhan lembut. "Bo-boleh." jawabku gugup.
Aku merasakan gerak gerik tangan Arhan saat bagaimana cara dia menyisirkan rambut ku. Gerakan nya dan tata cara dia menata rambut ku sama sekali dengan cara Ayah menyisir dan menata rambutku.
Aku rindu seketika.
"Sudah. Kamu tampak lebih cantik sekarang." puji Arhan, salah satu tangan nya tengah menyelipkan rambutku ke belakang telingaku. Seluruh bulu kuduk ku langsung berdiri merinding.
"(Sial .. gue teringat sesuatu)"
Aku benar-benar teringat oleh Ayah karna kata-kata yang Arhan ucapakan barusan. Ayah juga selalu berkata seperti itu setelah menyisir rambut ku.
Flashback On-
"Nah sudah, anak Ayah tambah cantik sekarang .."
"Makasi Yah! Terus-terus nyisir rambut Zora ya Yah!"
"Pasti dong!"
Flashback Off-
"(Kenangan yang sangat tidak bisa ku lupakan, Ayah selalu melakukan itu padaku .. setiap hari)" gumam ku, senyuman tipis muncul di ekspresi wajahku.
"Terimakasih. Setelah ini, aku mau pulang. Nanti ada jam kuliah, semua buku-buku kuliah dan pakaian ku ada dirumah." ucapku.
"Baiklah, nanti biar sopir saya yang antarkan kamu untuk pulang." kata Arhan datar, aku langsung menolak mentah-mentah. "Ngga perlu, aku bisa jalan kaki nanti." jawabku santai.
Arhan malah mengomel. "Jalan kaki? Rumah saya dengan rumah kamu sangat jauh. Kamu tidak mungkin jalan kaki. Biarkan sopir saya nanti yang mengantarkan mu pulang." kata Arhan lagi.
"Sudah ku bilang ngga perlu, ya ngga perlu. Aku sudah terbiasa jalan kaki!" cetusku.
"Kamu seorang gadis muda Zora, tidak akan saya biarkan kamu jalan seorang diri di Kota besar seperti ini. Itu berbahaya."
"Ta-tapi-"
"Tidak ada penolakan Zora." Arhan menggeram, Kedua matanya berubah sipit. Dia menatap tajam kearah ku.
"(Ck, sial ..)" batin ku mecucu.
"I-iya .." lirih ku terpaksa.
"Ingat perjanjian kita, waktu terakhir menjawab adalah malam nanti. Saya akan menghubungi mu lewat handphone." ucap Arhan berjalan melewati ku. Dia pergi ke lantai atas.
"(Ini pilihan yang sulit)"
"(Disisi lain .. Arhan ingin membahagiakan ku lewat cara menikah, dan tentang menikah .. jujur aku belum siap. Aku masih terlalu muda untuk menikah. Aku sendiri juga masih kuliah. Itulah yang membuat pilihan menjadi sulit)"
"(Maaf Han, aku belum siap. Kurasa kamu harus mencari wanita lain)"
"(Memang nya dia umur berapa?)" pikirku dalam, wajah nya terlihat muda. Mungkin seumuran dengan ku? Mungkin (?)
°°°
KAMPUS - 08.05.
"Dosen akan datang 10 menit lagi, Lo mau crita apa? Buru." aju Cila, dia adalah sahabat ku.
"Lo tau kan, Ayah dan Ibu gue meninggal gara-gara siapa?" ucapku pelan. Cila langsung mengangguk, dia sangat paham dengan yang aku maksud.
"Tau, si pengusaha besar itu kan." balas Cila berbisik. Aku mengangguk mengiyakan.
"Memangnya kenapa? Gue denger-denger .. dia malah ngga masuk penjara anjr! Parah! Ngga adil banget .. Lo yang sabar yaa .."
Aku terkekeh berusaha menutupi luka. "Hahaha, pasti dong. Ee anu, Gue mau ngmng ke Lo tapi bingung jugaa .." lirih ku ragu.
"Udah ngmng aja, gue bakal rahasiain ini. Memang nya ada apa?" kata Cila di akhiri dengan pertanyaan. Dia bermuka serius kali ini.
"Gue di jodohin sama pengusaha besar itu." balasku berbisik.
°=°
SS BAGIAN CERITA TERFAVORIT MU! UPLOD DI STORY INSTAGRAM DAN JANGAN LUPA TAG SAYA YA:3
KAMU SEDANG MEMBACA
Nyaman ga sama saya? - PRE ORDER
RomansaBerkisah tentang Arhan yang mengejar cinta seorang gadis cantik bernama Zora. Gadis biasa yang terlahir di keluarga biasa, dan hidup di pedesaan dekat Kota. Namun setelah kejadian yang tidak disengaja dimana Arhan seorang CEO muda yang terkenal di d...