Erin mengabariku jika ia akan pulang ke Amerika pada tanggal 2 dan akan pulang saat akhir bulan untuk menjenguk kakek neneknya. Ia lalu menemuiku di rumah ibuku dan tiba-tiba berkata:
"Aku ingin belajar tentang agamamu."
"Kenapa tak belajar dengan ayahmu? Ia islam bukan?" tanyaku sambil bermain laptop tak mengacuhkannya.
"Ia sibuk mengurusi bisnisnya dan tak bisa mengajariku."
"Aku ingin menyadarkan kau jika Tuhan tak egois padamu."
"Untuk apa?"
"Kau marah pada Tuhanmu kah? Kau menganggap ia tak adil begitu? Kalau begitu ambilkan Al-Quran dan aku akan mengetuk kepalamu yang dongkol itu."'
Aku mengeluh tapi tetap menurutinya, jika sudah begini Erin tak akan bisa dibantah. Ia akan terus merengek hingga permintaanya terpenuhi atau ia akan sakit hati. Kuambil Al-quran yang sudah berdebu karena sudah bertahun-tahun tak membacanya. Karena sudah bertahun-tahun aku putus asa hingga jauh dari Tuhan
"Ayat mana yang kau cari?" tanyaku memeluk mushaf itu di hadapan Erin.
"Let's start with, Tentang penciptaan manusia serta Adam dan Hawa. Apa tujuan manusia diciptakan di bumi?"
"Really? Aku harus melakukan ini?"
Erin mengangguk-anggguk. Aku membuka ayat-ayat itu lalu membacakannya dengan Erin menyimak di sampingku
"Jadi pada dasarnya Allah menciptakan manusia untuk menjadi khalifah di bumi yanga arti lainnya adalah manusia mempunyai tugas di bumi untuk beribadah, berbuat kebaikan, mencintai sesama mahkluk-Nya, tida dzolim, serta tidak membuat kerusakan di bumi ini dan sebagainya."
"Ok, aku paham, terus lanjut tentang Adam dan Hawa memakan buah terlarang."
Aku menghela nafasku kencang dan membuka ayat-ayat itu.
"Jadi, Tuhan mengirimkan Adam dan Hawa karena takdirnya ada di bumi? Bukan hukuman?"
"Bukan."
"Lalu Tuhan berkata bahwa di dunia manusia akan diberikan cobaan dan penderitaan dan yang ingat pada-Nya atau beribadah pada-Nya akan mendapatkan ampunan dan petunjuk dari-Nya?
"Begitulah."
"Lalu kenapa kau menganggap Allah egois dipshit? Dia memberimu hidup, dia memberimu kenyamanan, dia memberimu orangtua. Untunglah kau bukan orang-orang Afrika yang kelaparan, kan? Masih banyak orang-orang yang lebih susah diluar sana dan menunggu berusaha untuk mendapat keajaiban dari Tuhan."
Aku hanya diam tak bisa berkata-kata. Erin seorang nasrani malah mengetuk kepalaku. Omongannya tak bisa dibantah dan masuk akal. Malah setelah Erin pulang aku membaca surat itu sampai tamat. Nabi Musa, Nabi Ibrahim, Nabi Muhammad, semua manusia diberikan ujian sesuai kemampuannya. Mereka para nabi dan rasul diberikan cobaan lebih dari manusia pada umumnya. Nabi Yunus disadarkan Allah dengan ditelan ikan paus. Nabi Ayyub diberikan cobaan sakit hampir sebagian hidupnya dan sembuh atas ijin Allah.
Tapi aku bukan nabi dan cobaanku tak seberat mereka. Imanku serta ibadahku tak sebanding dengan mereka. Aku tak sekuat mereka. Aku hanya manusia biasa. Sifat mengeluh dan rasa takut tak bisa kuhindari. Putus asa pun tak bisa kulawan. Karena aku memang tak bisa melawan sifat-sifat itu. Allah memang menciptakan manusia dengan sifat tidak sabaran, gampang mengeluh, serta gampang putus asa. Manusia tak kuasa untuk menghapus semua sifat itu. Manusia kadang marah dan benci pada Allah atas ujian yang diberikan. Mereka bahkan berhenti beribadah karena kecewa dan merasa Allah tidak adil. Bahkan banyak yang murtad karena itu. Memang banyak yang tidak adil di dunia, ada yang kaya ada yang miskin, ada yang sehat ada yang sakit. Tapi Allah selalu mengingatkan, seberapa berat ujianmu, ingatlah Allah memberikan itu padamu karena ia cinta padamu dan tak akan memberimu lebih dari yang kau mampu. Ia tak akan meninggalkanmu dan akan memberimu petunjuk serta tak akan meninggalkanmu. Tapi kenapa banyak orang yang meninggalkan Tuhan?
Kenapa aku meninggalkan Tuhan? Padahal ia tak meninggalkanku. Ia juga mencintaiku dan tak menyakitiku. Ia hanya memberiku secuil cobaan yang Ia percaya aku akan mampu mengatasi hal itu. Aku tak bisa Ya Allah... aku lelah... sungguh lelah... Allah pasti tahu aku lelah dan putus asa. Allah pasti tahu aku ingin meninggalkan dunia ini secepatnya. Allah pasti tahu semua kekhawatiranku. Tapi Ia memberikanku kesempatan hidup untuk apa? Jawabannya hanya aku ketahui kalau aku bersabar dan menjalaninya.
Lalu aku melakukan hal yang sudah bertahun-tahun tak aku lakukan. Sembahyang dengan sungguh-sungguh. Sudah lama aku tak beribadah dan berdoa dengan sangat sungguh-sungguh. Sudah lama aku tak bersujud kepada-Nya dengan sungguh-sungguh dan itu merupakan sujud terlama dalam hidupku.
Aku sungguh-sungguh meminta maaf pada Allah dan berharap Ia memaafkanku. Berharap Ia memberikanku sebuah mukjizat. Berharap ia menerima tobatku kembali.
YOU ARE READING
Miracle do Exist
Teen FictionGavin adalah seorang pemuda yang sudah menyerah dalam hidupnya, sampai ia bertemu seorang gadis bernama Erin yang membuka matanya bahwa keajaiban itu ada.