Sekarang mereka sedang perjalanan menuju hotel tempat pesta pernikahan mereka nanti dan dari tadi Naura hanya diam saja.
"Sayang," panggil Brian dengan memberanikan dirinya karena tidak mungkin mereka diam-diam seperti ini.
Naura hanya diam saja dan memalingkan wajahnya dari Brian.
Brian menghela nafas berat saat Naura tidak menghiraukannya, bahkan untuk menatapnya saja tidak.
Ingatkah Brian untuk memberikan pembelajaran kepada perempuan brengsek itu karena dia sudah membuat perempuan tercintanya marah dan tidak mau menatapnya.
"Sayang maaf," kata Brian dan Naura masih diam saja.
Tidak lama Brian mendengar suara isakana tangis dari Naura dan dengan cepat Brian menepikan mobilnya.
Brian melepas sabuk pengamannya dan memiringkan duduknya menghadap Naura.
Brian melepas sabuk pengaman yang Naura gunakan dan menarik Naura kedalam pelukannya.
"Mas jahat," kata Naura dengan isakan tangisnya dan menghujamkan pukulan di dada Brian.
"Maaf sayang" ucap Brian, "pukul mas sampai kamu puas, tapi jangan batalkan pernikahan kita, mas tidak mau itu terjadi" kata Brian dan membiarkan tubuhnya dipukul oleh Naura.
Lebih baik dia menahan rasa sakit dari pukulan Naura, daripada penyesalan yang panjang karena pernikahan yang dia impikan batal begitu saja hanya karena kesalahpahaman.
Naura berhenti memukul dada Brian dan memeluk Brian dengan erat, menenggelamkan wajahnya di dada Brian dengan air mata yang masih mengalir turun.
"Maaf sayang, sudah buat hati kamu sakit, tapi semua itu salah paham, mas hanya cinta dan sayang sama kamu, tidak ada perempuan lain lagi, kamu satu-satunya perempuan asing yang bisa masuk kedalam hati mas dan tidak pernah ada yang bisa mengeluarkan kamu dari hati mas sampai kapanpun," kata Brian dan memeluk Naura dengan erat.
"Diam," kata Naura yang masih menangis dan Brian memilih diam karena Naura butuh waktu untuk menenangkan dirinya.
Brian mengusap kepala Naura dengan lembut dan mencium puncak kepala Naura berulang kali.
Mungkin lebih dari 10 menit Naura menangis dan akhirnya tenang, Brian melonggarkan pelukannya dan menghapus sisa air mata Naura dengan jari jempolnya.
"Jangan nangis lagi, mas merasa sangat bersalah sudah buat air mata membasahi wajah kamu," kata Brian dengan lembut dan mencium kening Naura.
"Seharusnya memang begitu," kata Naura dan menjauhkan dirinya dari Brian.
"Sayang, jangan marah, mas minta maaf, itu benar-benar kesalahpahaman, mas juga baru kenal dia satu minggu ini karena dia menjadi model produk baru," kata Brian dan menggenggam tangan kanan Naura.
"Pecat dia," perintah Naura.
"Sayang," panggil Brian dengan lembut.
"Pecat dia atau pernikahan kita batal?" Tanya Naura dengan nada yang tegas dan tidak menatap Brian sedikitpun.
"Oke, mas pecat dia," kata Brian dengan cepat.
Lebih baik Brian bayar denda karena pembatalan kontrak kerja, daripada pernikahan yang tinggal 3 hari lagi batal begitu saja.
Brian mengambil hp dari saku jas nya dan langsung menghubungkan Fika.
"Kamu putuskan kontrak dengan model itu dan cari model yang baru, berikan gaji dan dendanya," perintah Brian dan langsung memutuskan sambungan telpon tanpa menunggu Citra bicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
HERO (End)
Teen FictionKamu anak mami dan mami akan melakukan apapun untuk kehidupan kamu. Jangan pernah dengarkan perkataan buruk orang lain, mereka hanya menilai tanpa mengetahui kebenarannya.