BAB. 3 AWAN

454 75 0
                                    


"Lu homo jev?." ucap Bima yang terkaget-kaget, ketika tau apa yang di maksud jevan.

"Yang paling penting lu suka sama laki?!." tanya kedua temannya kepada jevan.

Jevan hanya bersedekap dada terus berdiri dan berjalan menuju ranjang, lalu duduk di pinggir ranjang, masih menatap kedua temannya itu dengan datar.

"Gue cuma suka sama Awan."

"Kelamaan ngejomblo jadi gay, njingg." Arvin berceletuk.

Jevan menaikkan sebelah alisnya, "kenapa? Lu mau unfriend?."

"Gue juga gak butuh kali, temen kayak lu pada."

"Hey, santai bos! Bukan gitu maksud kita!"

"Kita gak masalahin lu suka sama cowok atau cewek, yang penting lu tetep jadi jevan temen gue!." Bima pindah duduk disamping jevan, lalu menepuk punggung si lelaki yang sama tampannya dengannya.

Arvin menggulum bibir menatap jevan dan Bima, lalu menunduk. tadi dia gak bermaksud buat ngomong kayak gitu.

"Tadi itu si avin lagi becanda, maklum orang nya kan gak bisa serius." Bima natap arvin yang masih nunduk itu.

Tapi arvin yang denger omongan Bima langsung dongak, terus ngangguk kecil. Dia berdiri dan berjalan mendekati jevan dan bima.

"Sorry jev, tadi gue cuma becanda, dan gue gamau pertemanan kita hancur, cuma gara gara masalah seksualitas." nada bicara arvin bergetar. seperti ada hal yang sedang ia tutupi.

Jevan terkekeh kecil, menatap temannya yang berdiri sambil nunduk di depannya ini. Tangan jevan langsung narik tangan arvin, ke sebelah nya.

Dan itu membuat tubuh arvin kepangkuan bima.

Jevan tersenyum lebar, memerhatikan kedua temannya yang lagi pangkuan itu.

"Bangke! Ngapa lu narik gue!!" arvin mau berdiri, tapi bima nahan pinggang arvin.

"Dah, lu berdua ngehomo aja, gue mau ngapel." canda jevan, kepada kedua temannya itu.

Jevan ngambil jaket kulitnya, lalu keluar dari kamar, dan meninggalkan kedua temannya itu yang lagi adu mulut.

Awan lagi duduk di salah satu bangku panjang yang sudah di siapkan di sekolah, dia sudah pulang, pelajaran hari ini sudah selesai. Dan sekarang dia sedang menunggu gocar yang sudah di pesan beberapa menit lalu, sambil scroll insta.

Lelaki yang memiliki tinggi 170 cm itu tidak memiliki kendaraan, seperti motor atau sepeda, apa lagi mobil.

Tak!

Awan ngerasa kepalanya di timpuk, lalu awan mendongak, menatap wajah lelaki yang lagi berdiri di depannya ini, dia mengerjap-ngerjapkan matanya, menatapnya bingung.

"Belum pulang lu?." tanya jevan, dengan sikap songong nya.

"Belum,mas–" jawab nya dengan sedikit ketakutan.

"Jevan!, gue bukan mas mas."

Awan tersenyum kecil, lalu bertanya kepada jevan. "mas jevan lagi ngapain disini?."

Jevan memasang wajah datar melihat wajah Awan yang tersenyum, padahal dia pengen banget mengunyel unyel pipi lelaki pendek itu.

"Mau ngambil hp." jawab jevan, dengan pura pura sedang mencari handphone nya.

"Oh ketinggalan?"

Jevan mengangguk kecil, "lu? Ngapain disini, engga pulang?."

"Lagi mesen go-" belum juga berbicara, sudah ada suara tiin. yang sumber suaranya dari gocar pesanan awan tadi.

Tiin

Tiin

Tiin

Awan berdiri dan menatap salah satu orang yang memakai seragam gocar, yang warna hijau itu.

"Gue duluan ya–"

"Bang maaf, dia gak jadi mesen. Nih uang nya saya yang ganti, Abangnya pergi aja." iseng nya, yang berbicara kepada supir gocar.

Pak ojek nya natap jevan lalu uang yang di suguhin di depan wajahnya, lalu tersenyum dan mengangguk, tangannya menerima uang itu.

"Ya, tidak apa-apa mas. Makasih ya." ojek yang tadi di pesan awan pergi meninggalkan area sekolah.

Awan melotot seketika, "lah? kok pergi?!"

Jevan membalikkan badan dan menatap Awan dengan memasukkan kedua tangan nya di dalam saku, "bang ojek nya gak mau nganter lu, dia mau nya lu pulang ama gue."

tbc. -sorry ya update nya dikit, akuu lagi sibuk banget sama rl. tapi semoga kalian suka sama update kali ini, Makasih sudah menyempatkan baca cerita ku-

Dibalik Awan ✔ [NOMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang