[Sin 2]

404 65 13
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tap. Tap. Satu per satu anak tangga dilewati dengan tergesa-gesa. Peluh yang menetes berpadu dengan debu kotor, saksi kesendirian tempat ini. Tidak ada yang menjamah, tidak ada yang merawat. Sunyi, pantas untuk dijadikan pelarian. Derap dari bawah itulah yang menyelematkan keangkeran atap gedung utama sekolah. Doni segera merebahkan tubuhnya setelah sampai.

Napasnya kembang kempis tak karuan. Ia berdecak, mengumpat, lalu mengernyit dan menutupi wajahnya menggunakan siku kanan. Panas sore ini belum merasakan amukannya. Sial, rutuknya lagi. Ia akan menyalahkan apa dan siapa pun yang mendidihkan tubuhnya. Sosok yang ia pikir ikut mati dua tahun lalu ternyata masih berani muncul.

Lelaki itu lekas duduk. Alisnya bertaut seiring dengan kepalan tangan yang menguat. Lelah, ia seolah dikejar masalah. Bukan tidak sadar diri, melainkan sebaliknya. Doni sangat memahami kehendak mana yang mengaturnya.

"Lo ngapain, sih, Don?"

Sang empunya nama menoleh. Syukurlah, batinnya sekejap. Ia berdiri lalu berkacak pinggang, menatap dua lelaki yang berjalan santai menghampirinya. Ck, mereka mungkin bisa demikian karena porsi rasa bersalah yang berbeda. Doni meludah kemudian duduk di satu-satunya sofa tak terpakai yang ada di sana.

"Mata lo nggak liat pas di BK tadi?"

"Siapa? Ari?"

Sam, lelaki berambut klimis dan berkacamata ikut duduk sambil membaca buku. Doni hanya mengangguk, masa bodoh apakah sahabatnya melihat atau tidak. Sejujurnya, ia malas menyebut nama itu di sini.

"Ya terus kenapa? Paling cuma magang. Tiap semester genap, kan, pasti ada mahasiswa yang datang."

Hah ….

" 'Kenapa' lo bilang?" gertak Doni pada Luis, lelaki yang sibuk membenahi model rambutnya.

"Kok sewot? Santai aja kenapa, sih?"

"Iya, bener kata Luis. Mending lo fokus belajar aja, Don. Bentar lagi ujian sekolah."

"Oh, jadi sekarang lo khawatir sama nilai gue, mentang-mentang udah dapet rekomendasi?"

[2] Stepb: The Other Sin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang