Dua sosok yang baru keluar dari ruang penyelidikan lekas menepi dan menjauh dari hiruk-pikuk sekitarnya. Sesekali mereka menoleh ke kanan-kiri, mengecek keheningan ujung kamar mandi laki-laki tempat ini. Setelah benar-benar sepi, salah satu di antaranya menawarkan sebatang rokok, sekaligus membantu menyalakannya menggunakan korek api tak bermerek.
"Maaf, ya, Pak. Lagi-lagi saya harus merepotkan."
"Bukan masalah, Pak Pram. Urusan seperti ini tidak perlu memerlukan usaha besar untuk menyelesaikannya."
Pram mengangguk sambil mengembuskan kepulan asap dari mulutnya. "Syukurlah kalau begitu. Pencalonan saya bisa kacau kalau Pak Fauzan diadili lebih jauh dan membawa-bawa nama saya. Nanti tambahannya akan ditransfer. Bapak nggak usah khawatir."
"Tenang saja, Pak. Tapi, hanya ini yang bisa saya lakukan. Untuk denda, peringatan dan pengawasan lebih lanjut, itu sudah menjadi prosedur yang berlaku."
"Nggak masalah," Lelaki yang menepuk pundak rekan di sampingnya itu lantas tersenyum, "ini saja sudah cukup."
Setelah membuang puntung ke tempat sampah, Pram keluar toilet. Ia disambut banyaknya wartawan yang menunggu. Dengan senyuman yang menyamarkan kepanikannya selama Fauzan diinterogasi, ia mengajak mereka yang haus berita ke tempat yang lebih luas. Masuk televisi dengan background kamar mandi tentu tidak elite, pikirnya.
"Bagaimana hasil penyelidikannya, Pak? Apa benar Bapak bekerja sama dengan Pak Fauzan atas kasus ini?"
"Pelan-pelan, ya. Masalah ini nggak perlu dibesar-besarkan. Saya di sini sebagai salah satu tim pengawas yang mengevaluasi Kemuning, tidak ada kerja sama apa-apa. Semuanya selesai. Kementerian sudah turun tangan," jelasnya dengan nada pelan dan tenang.
"Lalu, tindakan apa yang dilakukan selanjutnya, Pak?"
"Selama penyidik menggali lebih dalam tentang permasalahan di Kemuning, kementerian pendidikan akan turut memantau sekaligus meluncurkan program baru sebagai bentuk pengawasan."
"Program baru apa, Pak? Bisa dijelaskan?"
Tanpa keberatan, lebih tepatnya ia memang menginginkan demikian, Pram menjelaskan setiap detail rencana yang sudah ia susun sebelumnya. Agenda yang seharusnya diluncurkan mendekati pemilihan kabinet baru kini harus menyeruak lebih awal untuk menyelamatkan reputasinya. Dengan berbunga-bunga, ia memaparkan bahwa adanya program baru ini akan menyamaratakan perlakuan tiap sekolah terhadap siswanya, yang dianggap menjadi jawaban kasus SMA Kemuning.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] Stepb: The Other Sin ✔
Teen Fiction[Disarankan Baca Stepb: The Guilty One terlebih dulu] Setelah kematian adiknya, Ari kembali menginjak SMA Kemuning dengan harapan menemukan angin segar. Perundungan dua tahun lalu ternyata masih hidup dan menuntunnya pada fakta-fakta tersembunyi. Ma...