[Sin 21]

216 46 18
                                        

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dunia memang tidak adil, kata Ari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dunia memang tidak adil, kata Ari. Ia peduli jika setelah ini Tuhan akan melaknatnya. Namun, ia tidak dapat menahan kekesalan yang sejak tadi tersirat di kerutan keningnya. Setelah kejadian di ruang guru, ia diberhentikan dari magangnya, bahkan pihak universitas mencabut beasiswa yang seharusnya tidak ada sangkut pautnya dengan masalah yang ia buat. Kini, yang ia lakukan hanya termangu di depan layar TV, menunggu hasil penyelidikan pertama pada Fauzan. Lambat, memang, butuh lebih dari seminggu untuk mencapai titik ini.

"Assalamualaikum."

Lelaki yang telah menanggalkan perban di kepalanya itu menoleh, menatap sang ibu yang berjalan gontai menghampirinya. Ia pun bangkit dan mengambil alih tas kecil Ani, menuntunnya untuk duduk, lalu menawarkan segelas air putih yang belum diminum sama sekali. Karena kegaduhan yang disebabkan sebelumnya saat bersaksi, Ari dilarang datang ke pengadilan dan wanita yang berambut lepek plus berkeringat itu harus susah payah menggantikannya--sesuai yang Ari mau.

"Gimana hasilnya, Bu?"

Ari lekas mengecilkan volume TV yang belum menayangkan berita apa pun. Ia menggenggam tangan ibunya yang gemetaran. Seketika kelembapan yang dingin dan kelam pun ia rasakan, seolah harap yang sempat digenggam sebelumnya telah runtuh dan musnah. Ani lantas menghela napas dan mengangkat dagu. Ia menatap putranya yang menautkan alis dan berkedip konstan. Antusias dalam binar matanya membuat wanita itu gusar dan kembali deg-degan.

"Pak Fauzan nggak ditetapkan sebagai tersangka."

"Kok bisa?"

"Masalah notable nggak dianggap sebagai penyelewengan. Mereka hanya meminta SMA Kemuning untuk meniadakan program itu dan ke depannya nggak boleh ada perlakuan spesial lagi."

"Terus? Kolusi yang selama ini terjadi, gimana? Nggak dihukum sama sekali?"

Ani menggeleng. "SMA Kemuning dijatuhi denda yang Ibu sendiri kurang tau nominalnya. Pak Fauzan nggak bisa serta-merta dihukum karena notable udah ada jauh sebelum dia menjabat, semacam tradisi baik yang disalahartikan. Jadi, sementara penyidik membebaskan beliau dan akan menyelidiki ini lebih jauh."

"Masalah Rama?"

"Diselesaikan secara kekeluargaan."

"Hah? Tapi--"

[2] Stepb: The Other Sin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang