part 6

971 105 8
                                    

Jisung akan berpindah tepat, dia terpeleset karena lantai yang licin karena cat. Membuatnya hampir terjatuh, untung saja Minho sigap menangkap tubuhnya dengan cara memeluk pinggang Jisung sebelum dia terjatuh. Tapi Minho tak bisa menahan keseimbangannya karena licin dan beban tubuh Jisung. Membuat mereka akhirnya terjatuh dengan posisi Minho berada di atas Jisung. Membuat keduanya saling terkejut dan terdiam.

~~
Mendengar suara ribut dari dalam , Changbin dan Jeongin masuk dan terkejut saat melihat posisi Minho dan Jisung.

"Oops, maaf. Lanjutkan saja." Ucap Jeongin.

"Kami tidak melihat apa-apa." Ucap Changbin.

Mereka kembali keluar sambil tersenyum. Sementara Minho dan Jisung segera bangun dengan menahan malu.

Mereka kembali mengecat dinding dengan hati-hati, karena tak mau insiden barusan kembali terjadi.

Jisung menyiapkan makan siang di sebuah meja, dia sengaja memasak terlebih dahulu sebelum pergi ke cafe. Ada banyak jenis makanan buatan Jisung, dan semuanya pasti terasa lezat.

Mereka menikmati makanan buatan Jisung dengan lahap sambil berbincang tentang cafe.
Rencananya Jisung ingin menamai cafenya dengan nama 'Wish cafe' karena memiliki cafe sendiri adalah harapannya, dan kini Jisung bisa mewujudkannya.

"Oh ya, jika kau ingin menambah atau mengganti perabotan di sini, katakan saja padaku. Akan ku bawa kau ke tempat yang bagus dan punya kualitas baik." Ucap Minho.

"Terima kasih Minho."

"Tak masalah."

Jeongin menatap mereka sambil tersenyum. Dia bersyukur Jisung menikah dengan Minho, yang ternyata sangat baik. Usai makan siang, Jisung mengambil pencuci mulut bersama Jeongin.

"Boleh ku tahu seperti apa Jisung itu?" Tanya Minho pada Changbin.

"Kenapa tiba-tiba bertanya seperti itu?"

"Ya, aku hanya ingin tahu saja seperti apa Jisung itu. Kau tahu sendirikan kami menikah karena perjodohan, jadi kami belum tahu sifat masing-masing. Sedangkan kau pasti lebih tahu tentang Jisung."

"Yang aku tahu Jisung sangat menyayangi orang tuanya, itu alasan kenapa Jisung menerima perjodohan kalian. Dia juga sangat mandiri dan penuh tanggung jawab, Jisung tidak pernah mau menyusahkan orang lain. Dia yang selalu membantu teman-temannya, dan sifat ramahnya membuatnya memiliki banyak teman. Tak sedikit juga yang menaruh perasaan padanya, ya meskipun semuanya di tolak."

"Lalu apa hubunganmu dengan Jisung?"

"Saat aku kecil aku pindah ke samping rumah Jisung, sejak itu kami berteman dan bersahabat. Jisung sudah seperti adikku sendiri, dan berkat Jisung juga aku bisa bersama kekasihku Felix. Jadi tak perlu cemburu dengan hubungan kami. Aku ingin sekali menjaga dan melindungi Jisung, dan sekarang aku serahkan dia padamu. Aku tak ingin dia terluka lagi. Pernikahan kalian membuat Jisung harus berpisah dengan kekasihnya yang dulu. Jadi kumohon jaga Jisung, aku tidak mau dia terluka lagi."

"Akan ku usahakan." Setelahnya Minho diam. Dia teringat dengan Stela yang memberinya waktu 6 bulan untuk bersama Jisung. Dia bingung harus melakukan apa setelah 6 bulan berlalu, karena jujur dia mulai merasa nyaman saat di dekat Jisung.

~~
Hari sudah malam saat Minho dan Jisung  sampai di rumah. Jane langsung bertanya tentang cafe. Jisung bercerita jika mereka sedang mendekor ulang cafe itu dan berencana akan menyediakan menu yang banyak, seperti steak, dessert, bahkan kopi. Jane terlihat antusias mendengar cerita Jisung. Sementara Minho dan sang ayah hanya mendengarkan sambil sesekali tersenyum melihat interaksi ke duanya.

Besoknya, Jisung sudah rapi dengan pakaian kasualnya. Minho yang baru bangun bertanya Jisung akan pergi kemana.

Jisung ternyata akan ke wahana bermain bersama Jeongin dan Changbin. Mereka ingin mengenang masa-masa di Sma. Dimana mereka sering pergi ke wahana bermain setiap liburan sekolah sambil menggunakan bus, karena dulu mereka tak punya mobil.

"Kau mau ikut? Tapi kami naik bus dan aku khawatir kau tidak akan nyaman manaiki bus."

Minho memang tak pernah menggunakan transportasi umum lain selain taxi, tapi dia tidak mungkin membiarkan Jisung pergi sendiri.

"Baiklah aku ikut, aku kan harus menemanimu."

"Kalau begitu bersiaplah, aku tunggu di depan."

Tak lama Minho menghampiri Jisung yang sudah menunggunya. Jisung terkejut saat melihat pakaian Minho

"Minho, kita mau ke wahana bermain bukannya ke kantor. Kenapa pakaianmu rapi sekali. Cepat ganti, pakailah baju yang lebih santai seperti yang aku pakai ini. Tak perlu pakai kemeja seperti itu."

"Memangnya apa yang salah dengan pakaianku?"

"Nanti orang-orang akan mengira jika aku sedang pergi ke wahana bersama ayahku. Ayo ganti, atau kau tak perlu ikut sekalian."

"Baiklah, aku akan menggantinya. Tapi pilihkan untukku."

"Baiklah ayo ikut aku."

Mereka kembali masuk ke dalam kamar dan Jisung memilihkan pakaian untuk Minho.
Minho hanya menurut dan memakai pakaian yang diberikan Jisung.

"Hari ini kita akan naik bus. Teman-temanku sudah menungguku di halte. Dulu saat masih Sma, kami tak punya mobil. Kami pergi kemana-mana dengan bus. Baru setelah bekerja kami punya mobil masing-masing. Sekarang kami ingin mengenang masa-masa Sma dulu. Kau tidak keberatan kan kita naik bus ."

"Tentu saja tidak, ayo pergi."

Jisung dan Minho berjalan menuju halte yang tak jauh dari kediaman Minho. Saat di dalam bus, kursi penumpang terlihat penuh. Mereka terpaksa berdiri. Di tengah perjalanan bus berhenti mendadak karena ada penyebrang yang tiba-tiba melintas membuat Jisung hampir terjatuh. Tapi dengan sigap Minho menahan tubuh Jisung dengan cara menarik pingganggnya. Jarak yang begitu dekat membuat mereka merasa canggung, dan dengan segera menjaga jarak.

"Kau baik-baik saja?"

"Iya. Terima kasih. Jika kau tak menolongku aku mungkin sudah jatuh."

"Itu gunanya aku ikut denganmu Jisung. Tapi lain kali jika kau ingin pergi kemanapun bisakah kita naik mobil saja?"

"Kau pasti kepanasan ya."

"Ya. Tapi sudahlah, sudah terlanjur."

Jisung tersenyum. Dia tahu ini pertama kalinya Minho naik bus, dia pasti merasa tidak nyaman. Karena sejak kecil dia sudah terbiasa diberi fasilitas terbaik oleh keluarganya. Jisung mengambil sapu tangan dari dalam saku celananya, dan menyeka keringat di wajah Minho.

Minho menatap wajah Jisung yang tersenyum sambil menyeka keringatnya. Rasa panas dan gerah di tubuhnya tidak dia rasakan lagi karena terlalu fokus melihat Jisung dari jarak dekat.

Tbc

Love by marriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang