Part 22

616 50 22
                                    

Minho menghubungi polisi yang datang bersama ambulan yang membawa Stela ke rumah sakit, Minho menghampiri Jisung dan memeluknya.
Dia bersyukur bisa meghindari mobil yang di kendarai Stela. Jika tidak, hal buruk mungkin terjadi pada Jisung. Dia tak akan memaafkan dirinya jika hal buruk terjadi lagi pada Jisung.

"Kau baik-baik saja?"

"Aku baik-baik saja, ayo kita pulang." Ucap Jisung lembut. Minho mengangguk dan melepas pelukannya. Dia menggenggam tangan Jisung dan berjalan menuju mobilnya.

"Apa dia akan baik-baik saja?" Tanya Jisung. Dia khawatir setelah melihat keadaan Stela saat di bawa ke dalam ambulan.

"Entahlah. Dia mungkin baik-baik saja, jadi jangan pikirkan apapun. Kita pulang, kau harus istirahat. Wajahmu terlihat pucat."

Jisung dan Minho pulang, setelah membersihkan diri mereka tidur sambil berpelukan. Jisung masih terlihat syok dengan apa yang terjadi pada dirinya dan Minho tadi. Tubuhnya masih bergetar , dan Minho mencoba menenangkan Jisung dengan mengusap lembut punggungnya.

"Aku tak bisa tidur."

"Mau kunyanyikan lagu pengantar tidur, suaraku cukup merdu."

Jisung mengangguk dan menyamankan posisinya di pelukan Minho. Minho mulai menyanyi sambil mengelus lembut punggung Jisung. Perlahan Jisung mulai merasakan kantuk dan akhirnya dia tertidur. Minho menghentikan nyanyiannya setelah Jisung tidur. Dia merapikan rambut Jisung, dan mengecup keningnya lembut.

"Selamat tidur yeobo." Minhopun menyusul Jisung ke alam mimpi.

~~
Jisung datang ke cafe, kini tak ada bodyguard yang mengawalnya karena Stela sudah tertangkap. Jisung mencoba menjalani kesehariannya lagi.

"Kau baik-baik saja Jisung? Kami sudah dengar semuanya dari Minho. Kenapa tidak istirahat dulu." Jeongin Terlihat khawatir.

"Aku baik-baik saja. Bosan rasanya jika hanya diam di rumah. Dengan menyibukan diri aku bisa sedikit melupakan kejadian kemarin."

"Ku harap ke depannya kalian tak akan mengalami kejadian-kejadian buruk lagi."

"Terima kasih."

Felix datang terakhir dengan wajah yang lesu.

"Felix,ada apa? Wajahmu kusut sekali." Jeongin menghampiri Felix.

"Sudah 2 hari ini Changbin hyung tak bisa di hubungi. Padahal  biasanya sesibuk apapun, dia akan menghubungiku satu kali. Atau hanya sekedar mengirim pesan. Tapi sekarang dia tak menghubungiku, saat ku hubungi dia tak menjawab panggilanku. Aku khawatir padanya."

"Jangan khawatir, dia pasti akan baik-baik saja." Ucap Jisung.

Malamnya, saat mereka akan menutup cafe. Sebuah mobil berhenti tepat di depan cafe. Mereka terlihat kebingungan.
Minho yang datang menjemput Jisung segera menghampiri istrinya itu, khawatir di dalam mobil itu ada seseorang yang mungkin akan mencelakainya.
Saat pintu mobil terbuka, semua terlihat waspada. Tapi mereka terlihat lega saat melihat Changbin keluar dari dalam mobil sambil membawa buket bunga mawar merah di tangannya. Dia menghampiri Felix dan berdiri di depannya. Felix terkejut karena sudah 2 hari ini Changbin tak bisa di hubungi, dan tiba-tiba saja dia datang ke cafe.

"Maaf,  aku sangat sibuk sampai tak bisa menghubungimu." Changbin memberikan bunga itu pada Felix.

Felix menerimanya dengan senang hati, moodnya seketika membaik setelah Changbin datang. Mereka berdua pamit pergi pada teman-temannya.

"Jeongin, kau mau bunga juga?" Tanya Hyunjin.

"Untuk apa? Kita kan bertemu setiap hari, kau tabung saja untuk membeli cincin."

"Baiklah, aku akan rajin menabung untuk melamar pacarku. Ayo pulang."

Chan juga pulang, dia mendesah lesu karena hanya dia yang sendirian. Perjuangannya masih panjang untuk mendapatkan hati Seungmin.

Minho melihat Jisung yang tersenyum senang saat melihat Changbin memberikan bunga pada Felix. Jika dia ingat lagi, dia belum pernah memberikan apapun pada Jisung sejak menikah. Apa perlu dia memberikan Jisung bunga juga. Jika perlu dia bisa membelikan toko bunga untuk Jisungnya.

"Jisung, besok kan akhir pekan. Ayo kita kencan lagi."

"Kenapa tiba-tiba mengajakku kencan?"

"Sudah lama sejak kita kencan dulu, aku ingin menghabiskan waktuku denganmu lebih lama."

"Baiklah. Bagaimana jika kita piknik saja , aku akan siapkan bekalnya. Ibu dan ayahku sering mengajakku piknik, dan mereka terlihat sangat senang. Aku juga ingin mencoba pergi piknik dengan suamiku."

"Aku akan bantu buatkan bekal. Sekarang ayo kita pergi berbelanja." Minho dan Jisung berjalan menuju mobil sambil bergandengan tangan.

Mereka memilih bahan masakan untuk bekal besok, di iringi tatapan orang-orang yang menatap kagum keduanya. Termasuk tatapan iri para jomblo saat melihat kebahagiaan mereka.
Jisung ingin mengambil sesuatu di rak atas, tapi tangannya tak sampai. Minho membantu Jisung mengambilnya, Jisung berterima kasih sambil tersenyum.

~~
Paginya, Jisung membuat bekal sekaligus sarapan di bantu beberapa maid. Mereka membantu memotong dan mencuci sayuran, sedangkan untuk memasak dia melakukannya sendiri. Minho baru datang dan meminta para maid pergi, biar dia yang membantu Jisung di dapur. Saat sedang membuat kimbab, Minho memeluknya dari belakang.
Jisung menyuapi Minho sepotong kimbab.

"Enak."

Jisung kembali memotong kimbabnya dan memasukannya kedalam kotak. Minho juga membuat jus dan memasukannya ke dalam tas.

Minho dan Jisung tiba di taman, mereka duduk di bawah sebuah pohon besar dan makan bersama di sana. Keduanya saling menyuapi makanan sambil sesekali bercanda.
Selesai makan Minho tidur di atas kaki Jisung, sedangkan Jisung mengusap rambut Minho sambil menikmati hembusan angin.

"Aku tak menyangka ternyata hanya hal sederhana seperti ini rasanya sangat menyenangkan."

"Kau tak pernah pergi piknik dengan ayah dan ibu?"

"Tidak. Setiap liburan mereka selalu membawaku berlibur ke luar kota ataupun keluar negeri. Sedangkan akhir pekan mereka masih bekerja di rumah."

Jisung tersenyum, dia lupa jika suaminya ini seorang tuan muda. Untung saja dia tipe tuan muda pekerja keras, bukan tuan muda manja.

Sorenya mereka bersiap pulang, Minho pergi sebentar sementara Jisung menunggu di mobil. Tak lama Minho datang dengan buket bunga di tangannya. Minho memberikan bunga itu pada Jisung.

"Semalam aku melihat Changbin memberikan bunga pada Felix, aku jadi ingin memberikannya juga padamu."

"Terima kasih. Buganya sangat cantik."

"Tidak. Bunga ini terlihat jelek jika di bandingkan dengan istriku yang cantik."

"Dasar kau ini."

Mereka pulang, sesekali Jisung akan menciumi wangi bunga ditangannya.

Polisi menghubungi Minho dan memberitahukan keadaan Stela sudah sadar tapi keadaannya kini lumpuh karena kecelakaan. Keduanya terkejut dan  Jisung meminta Minho untuk mencabut tuntutannya pada Stela.

"Kau yakin akan mencabut tuntutannya?"

"Iya. Kau dengar sendiri kan tentang keadaannya sekarang. Kita kan bukan orang jahat, kita tidak boleh membuat keadaannya jadi semakin buruk. Bagaimana jika kita melihat keadaannya sebentar."

"Kau yakin ingin melihatnya?"

Jisung mengangguk, dan merekapun pergi ke rumah sakit dimana Stela di rawat. Jisung membuka pintu kamar rawat Stela, terlihat gadis itu yang terlihat frustasi dengan keadaannya. Stela melihat Jisung yang masuk ke kamarnya, membuat amarahnya meluap. Dia mengambil gelas yang berada di dekatnya dan melemparkannya tepat ke arah Jisung.

Tbc.

Love by marriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang