Suara suara gaib mulai terdengar, ah pasti Pak Johnny dan Bu Ten lagi beraktivitas malam. Jisung kadang gak bisa tidur karena tembok kamarnya dekat dengar tembok kamar mereka. Jisung dan Haechan memang tetanggan tapi Jisung selalu berangkat pagi agar tidak di jadikan ojek Haechan, cukup waktu SMP saja. Kakinya keram karena harus menggayuh sepeda sambil membonceng buntelan lemak di belakangnya.
Jisung merebahkan diri di kasurnya menatap langit langit kamarnya menyaksikan cicak yang sedang berkencan sebelum cicak yang satunya datang dan membuat cicak lainnya jatuh. RIP. Ternyata yang jatuh cicak betina, dan berakhirlah mereka ngegay.
Hoekkk
Hoekkk
Perut Jisung tiba tiba mulai terasa ada yang mengaduk aduk, rasanya sangat tidak enak. Jisung berlari ke westafel dan memuntahkan isi perutnya, kepalanya rasanya pusing dan tubuhnya lemas.
"Jisung? Kamu kenapa nak? " Luhan memijat mijat tengkuk Jisung.
"Mual Bun, perut Jisung mual"
"Kamu hamil nak?! Ya ampun anakku!!" Luhan sudah nangis bombay sambil meluk meluk anaknya.
"Aku pihak atas Bun!! "
"Oh iya maaf nak"
"Kenapa Sung? " Tiba tiba Sehun masuk toilet kamar anaknya ketika mendengar Jisung yang muntah muntah dan istrinya yang nangis bombay.
"Perut Jisung mual Yah"
"Ngidam? "
"Ish, tidak istri tidak suami sama aja, aku-"
"Iya Ayah tau tokek Arab, maksud Ayah ngidamnya Chenle pindah sama kamu, kan Chenle hamil anak kamu"
"Kok bisa gitu Yah"
"Dulu Ayah juga rasain kayak gitu, Bunda kamu yang hamil tapi Ayah yang rasa ngidamnya. Kamu ke rumahnya Chenle sana, anak kamu pasti rindu bapaknya"
o(〃^▽^〃)o
Jisung berdiri di depan pagar rumah Chenle, dia takut Suho tidak mengizinkannya masuk tapi Jisung rindu anaknya. Dan ibu anaknya, uhuk.
"Panjat pagar aja dah" Jisung memanjat pagar samping rumah Chenle dan melompat ke pohon mangga di halaman rumah Chenle, persis seperti monyet. Setelah itu Jisung melompat ke balkon kamar Chenle, sykur pendaratannya sempurna kalau tidak anak Jisung jadi anak yatim. Lihatlah nak perjuangan ayahmu.
Tok tok
Jisung mengetuk pintu balkon kamar Chenle tidak butuh waktu lama Chenle membuka pintunya.
"Loh Jisung?! " Chenle membulatkan matanya, bagaimana bisa Jisung ada di balkonnya?
"Hehe" Jisung cuma cengir cengir aja lalu mereka masuk, Jisung duduk di sofa kamar Chenle kalau duduk di ranjang nanti beda lagi ceritanya.
"Ini aku bawain kamu buah buahan sama mie ayam" Jisung meletakkan plastik berisi buah buahan dan mie ayam ke atas meja.
"Makasih" Setelah itu mereka diam, sudah 4 bulan mereka tidak saling menyapa atau mengobrol berdua membuat mereka sama sama merasa canggung.
Hiks
Jisung kaget melihat Chenle yang tiba tiba menangis sambil menutup wajahnya dengan tangan.
"Chenle kenapa? " Jisung menghampiri Chenle lalu memeluk tubuh Chenle yang terasa agak berisi, ulululu Jisung suka nih, tapi bukan waktunya.
"Lele...hiks... Lele rindu Jiji" Chenle memeluk Jisung erat seperti tidak ingin pelukkan ini terlepas.
"Jiji juga rindu Lele" Jisung mengusap rambut halus Chenle menyembuhkan kerinduannya kepada buntelan putih ini.
"Chenle jangan sedih lagi ya, kan sudah ada Jisung. Kasihan dedeknya ikut sedih kalau Buna nya sedih" Jisung mengusap air mata yang membasahi pipi putih gembul Chenle, rasanya Jisung ingin menyodot pipi ini gak tahan atuh Jisung sama yang gemes gemes.
"Jisung kenapa kita harus kayak gini? Seharusnya Jisung gak nusuk bo-"
"Sttttt vulgar banget nih buntelan lemak, udah gak perlu di sesali semuanya sudah terjadi. Kalau semua itu gak terjadi gak ada dedeknya dong, Chenle jangan menyesali apa pun yang sudah terjadi ya. Tugas kita cuma bisa menerima aja dan jadiin belajaran" Chenle mengangguk, memang benar yang Jisung katakan tidak ada gunanya menyesalinya.
"Bobo yuk, Chenle butuh istirahat gak boleh begadang" Jisung menuntun Chenle untuk berbaring di ranjang lalu menutup Chenle dengan selimut sampe sebatas leher, Jisung memeluk Chenle erat memberi usapan lembut ke punggung Chenle.
"Chenle"
"Hm? " Chenle mendonggak menatap Jisung, gak kuat Jisung lihatnya gemes banget.
"Chenle emang mau nikah sama Sungchan? " Pertanyaan yang membuat Chenle bungkam beberapa detik.
"Chenle bingung, Chenle di ajari Mama untuk selalu nuruti permintaan Papa, Papa gak mungkin suruh Chenle berbuat yang macem macem. Tapi sejujurnya Chenle gak mau nikah sama Sungchan, Chenle cuma mau sama Jisung. Tapi Chenle gak tau caranya bilang ke Papa" Jisung menggaguk, dia mengerti posisi Chenle memang berat. Chenle terbiasa menuruti semua perintah orang tuanya karena yang dia tau orangtuanya sayang padanya dan tidak mungkin menyesatkannya.
"Nanti kalau seandainya Chenle jadi nikah sama Sungchan, Chenle jangan pisahin Jisung sama dedek bayi ya. Jisung pengen main sama dedek bayi, Jisung pengen dedek bayi pangil Jisung 'Ayah' Jisung pengen dedek bayi tau Jisung ayahnya"
"Iya, Chenle gak akan pisahin dedek sama Jisung kok"
Jisung tersenyum, hatinya perih melontarkan kata kata itu. Kenapa dirinya dan Chenle harus berada di posisi sulit seperti ini, Jisung tidak bisa membayangkan melihat anaknya dan orang yang ia cintai bersama pria lain. Tanpa Jisung sadari air mata mengalir di pipinya, dia tidak kuat jika menyangkut Chenle dan anaknya.
Jisung menunduk menatap Chenle yang ternyata sudah tertidur, Jisung mencium pipi dan dahi Chenle lalu bergerak pelan menduduki tubuhnya. Jisung mengusap perut Chenle yang terlihat membuncit lalu memcium perut buncit yang tertutupi selimut.
"Jaga Buna baik baik, oke? Jangan menyusahkan Buna, Ayah sayang sama dedek, Ayah janji akan temui adek lagi. Adek sehat sehat ya, Ayah sayang dedek dan Buna. I love you"
o(〃^▽^〃)o
Hap
Jisung mendarat tepat dari atas pagar ke bawah, tapi sepertinya hari ini bukan hari keberuntungangannya Jisung karena Jisung kepergok bapak bapak ronda karena dikira maling.
"WOY BERHENTI WOY!! MALLINGGG"
"Kampret! BUUUNNNNNDDDDDDAAAAAAAAA"
Aku capek aku lelah dengan semua ini
Vote★
KAMU SEDANG MEMBACA
TEKDUNG|| Chenji✅ (ChenlexJisung) END
Ficção Adolescente"Jisung ini stiknya udah aku rendem di pipis" "itu bukan stik Chenle" "oh bukan ya? tapi stiknya lucu banget deh ada dua garis nya" "oh itu berarti kam- CHENLE!! " Chenle dan Jisung yang harus menghadapi ujian dari kesalahan yang mereka lakukan, uji...