•9 🌑 [Pre]

17 2 0
                                    

Semoga msih kuat baca ya 🤧

**

Sepertinya Sunho sedang memfokuskan dirinya pada acara penobatannya yang diadakan tidak lama lagi. Mungkin itu alasan kenapa ia tidak banyak berkeliaran di sekitar istana, seperti biasanya.

Di satu sisi, aku merasa dia cukup keren karena ia mendedikasikan seluruh hidupnya untuk itu, tapi, di sisi lainnya juga, aku merasa sedih melihatnya berada dalam tekanan.

Aku menatap langit. Malam ini langit cukup indah karena bertaburan bintang. Sunho seharusnya melihat ini juga, kalau saja sekarang ia merasa lelah belajar dan memutuskan untuk jalan-jalan sebentar.

Aku tersenyum. Selama kau hidup dengan baik, meski aku tidak bisa melihatmu, itu lebih dari cukup. Sunho, Yang Mulia, aku akan selalu mendukungmu.

Aku menurunkan kepalaku dan menatap ke depan. Aku sedikit terkejut, karena ingin meyakinkan yang kulihat, aku mengusap mataku.

"He? Sunho?"

Tunggu, apa aku berhalusinasi? Aku mengedarkan pandanganku.

Ini di luar istana, apa yang ia lakukan di luar istana sendirian, tanpa pengawal? Apa sebaiknya aku memanggilnya? Tapi, bagaimana jika ia merasa terganggu?

Karena tidak tahu harus melakukan apa, aku memutuskan untuk memanggilnya, "Sunho!"

Lelaki itu berhenti melangkah, aku melebarkan senyumku. Itu benar dia. Aku belum sempat berjalan ke arahnya ketika sesuatu menutupi kepalaku dan dengan cepat aku diseret ke suatu tempat.

"Ya! Apa ini! Lepaskan aku!"

Aku merasakan kepalaku ditutupi oleh karung berbahan linen. Karena tangan dan kakiku tidak bisa diam, bahkan sebelum aku dapat berbuat sesuatu, tangan dan kakiku langsung ditali dan tubuhku diangkat. Rasanya aku diangkat selayaknya karung beras.

"Hei! Lepaskan aku!" Ia tak mendengarku.

"Ya! Seseorang tolong aku!" Aku lagi-lagi berteriak.

Astaga, kemana mereka membawaku? Kenapa tidak ada orang di area ini yang bisa menolongku?

"Diamlah nona!" seru seseorang.

"Bagaimana aku bisa diam jika aku diculik?!!" Aku marah padanya.

"Hwan bilang dia tidak cerewet, tapi dia cerewet sekali," orang dengan suara berbeda berujar.

Apa? Hwan? Apa Hwan yang memintanya?! Dasar berandal itu!! Jika aku melihatnya, aku benar-benar akan menghabisinya.

"Dimana Hwan? DIMANA?!!"

"Kau akan menemuinya sebentar lagi," ujar lelaki yang mengangkatku. Aku memukul punggungnya berkali-kali, tapi ia tidak menggubrisnya atau merasa kesakitan. Jadi yang kubisa hanya terus berteriak.

Sampai kurasakan tubuhku dilempar ke atas tanah, membuatku mengerang kesakitan.

"Lihat siapa ini, dewi pemarah kesayanganku," ujar Hwan sambil terkekeh.

"Dasar gila! Lepaskan aku!" Aku berteriak marah padanya.

"Aku? Gila?" kudengar ia menertawakan ucapannya sendiri. Dalam kondisi kepala tertutup, aku tidak tahu harus berbuat apa.

Dimana ini? Dimana Yejoon? Dimana Sunho?

"Kau yang membuatku seperti ini, Hyera. Kurasa ini akan menyenangkan jika kau tidak ada, bukankah begitu?" ujar Hwan.

"Apa yang kau bicarakan, hah?!"

Lalu tiba-tiba ia mencengkeram leherku, membuatku terbatuk seketika.

One Long Line (Removed To Return)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang