5• 🌔

59 19 8
                                    

Beberapa jam yang lalu, Rebecca bersama Eric dan juga Leo berangkat terlebih dahulu ke kedai. Aku beralasan akan menyusul mereka nanti, sebab aku ingin membersihkan rumah. Padahal, aku begini agar mereka tidak tahu kalau aku akan jalan-jalan sebentar, tawaran Darian rupanya cukup menarik untuk kupenuhi.

Eric sebetulnya tak langsung percaya dengan alasanku, apalagi Leo, keduanya menatapku penuh selidik mengingat biasanya aku semangat untuk pergi ke kedai. Tentunya aku menggunakan senyum terlebarku agar mereka segera melupakan kecurigaannya dan berakhir aku sendirian di rumah ini.

Untuk mengisi waktu, aku membersihkan seisi rumah. Tidak lupa setiap ruangan ku masuki, melihat bagaimana Rebecca dalam mengatur rumahnya. Ruang kamar yang ada di rumah ini sebagian besar Rebecca manfaatkan sebagai ruang baca.

Jika aku perhatikan, banyak sekali buku-buku seperti astrologi, historical, fantasy, dan juga jubah tebal. Sejujurnya, aku tidak begitu mengerti mengapa Rebecca mengoleksi hal-hal seperti itu.

Wewangian yang kucium di setiap ruang bacanya memiliki bau yang khas dan menyengat. Pencahayaan cukup temaram, Rebecca mengatakan matanya akan sakit saat tirai terbuka. Ia tidak bisa melihat sesuatu yang terlalu terang.

Seperti vampir saja dia, tapi rasanya tidak mungkin, makhluk itu kan hanya muncul di dongeng.

Selesai membersihkan ruangan terakhir, aku sedikit menepuk pakaianku agar debu yang menempel dapat tersingkir. Saat kubuka pintunya, aku terperanjat seketika.

"Oh astaga!"

Leo sudah berdiri di depan pintu, menatapku tidak bersahabat.

"Kau mengejutkanku, Leo!" Aku ingin sekali memukulnya saat ini.

"Aku sudah mengetuk," begitu katanya, ekspresinya masih datar. Menyebalkan, apa dia tidak memiliki ekspresi selain itu?

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanyaku dengan mata menyipit. Bukankah seharusnya dia berada di kedai bersama Rebecca dan Eric?

"Kau sendiri, apa yang kau lakukan di dalam sana?" Dia mencondongkan tubuhnya ke arahku, hingga rasanya kepalaku terdorong ke belakang. Wajahnya begitu dekat, aku tidak tahu sejak kapan jantungku berdetak dengan cepat.

Lalu kudengar bunyi klik! dari belakang. Ternyata ia mencoba menutup pintu. Mengesalkan, beberapa detik yang lalu aku mengira dia akan menciumku. Astaga Eli, apa yang membuatmu berpikir seperti itu?

Setelah membuat jantungku berdebar luar biasa, dia berjalan menjauh dariku.

"Rebecca memintaku untuk memberitahumu agar kau mengirim pesan kepadanya saat kau pulang terlambat, karena sepertinya kau akan pergi bersama seseorang."

Tunggu. Darimana dia tahu?

"Apa maksudmu?" Aku menyilangkan tanganku di dada, tidak menduga bahwa Leo akan menebaknya dengan sangat akurat.

"Aku tahu kau berbohong saat mengatakan kau akan menyusul, tapi sepertinya itu hanya akal-akalanmu saja."

"Aku tidak mengerti maksudmu, sepertinya kau salah." Aku berjalan melewati Leo yang saat ini menatapku dengan ekspresi yang tidak aku mengerti.

"Aku hanya akan mengatakan ini sekali, tapi penduduk Riensville tidak seperti yang kau kira."

Laki-laki itu langsung keluar dari rumah tanpa basa-basi lagi. Apa sih maksudnya? Aku mulai bingung.

**

Aku berlari ketika menemukan Darian berada di sana, sesuai dengan kesepakatan kami sebelumnya. Dia melempar senyum kepadaku yang tentu saja kubalas dengan senyuman.

One Long Line (Removed To Return)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang