Dan di sinilah aku, duduk di bagian belakang truk bersama kedua laki-laki yang menatapku dengan pikiran masing-masing.
Menyebalkan, sebetulnya apa masalah lelaki bernama Leo ini sih? Sejak tadi, kulihat ia melirikku dengan tatapan galaknya. Aku ingin sekali berteriak di hadapannya untuk berhenti menatapku seperti itu. Karena jujur saja, ia mulai membuatku takut.
Saat kulihat Eric, aku sudah tahu ia adalah lelaki yang baik. Senyumnya sangat ramah, meski sebetulnya tidak berniat untuk melihatnya, dia selalu melempar senyumnya kepadaku yang lama-lama membuatku malu.
Padahal, tadinya aku berencana untuk duduk di samping Rebecca, tapi wanita itu justru menjadikan kursi di sampingnya sebagai tempat barang-barang kedai. Huft ...
Setelah sampai di kedai, kedua laki-laki itu langsung loncat dari truk untuk mengangkut beberapa kardus. Turun dari truk, aku berjalan mengelilingi area kedai, lokasinya cukup tinggi dan lumayan jauh dari rumah. Berdekatan juga dengan ruko-ruko pedagang lain, seperti pasar kecil.
Selesai memasukkan barang-barang kedai, Eric keluar dan berjalan ke arahku. "Kita sebelumnya tidak berkenalan dengan baik ya? Namaku Eric, aku tinggal tidak jauh dari sini," ujarnya kepadaku.
"Namaku Elisia, aku sepupu Rebecca, aku datang dari Earville."
"Woah Earville, hey Leo, kemarilah," Eric terlihat terpana sesaat sebelum memanggil Leo yang baru keluar dari kedai. Wajahnya menampakkan keengganan ketika bertemu tatap denganku. Hey! Aku juga malas melihatmu.
"Ada apa?" ia bertanya, hanya melihat Eric.
"Elisia bilang dia datang dari Earville, kau juga dari sana kan dulunya?"
Eh, Leo berasal dari Earville juga? Kenapa aku tidak pernah tahu ya? Tidak pernah melihatnya berkeliaran juga jika kita pernah satu kota.
"Sudah kukatakan jangan membahas itu lagi, Eric," ucapnya sedikit malas. "Kau sudah siap kembali? Urusan kita selesai di kedai," lanjutnya, Leo berjalan ke arah truk untuk mengunci pintu belakang.
"Kau mau ikut ke rumahku, Eli?" tawar Eric, matanya sedikit berbinar.
"Yah sebetulnya aku tidak memiliki apapun untuk kutunjukkan padamu, tapi jika kau penasaran dengan hutan hujan, mungkin bisa kutunjukkan kepadamu."
"Dia tidak mungkin penasaran dengan tempat favoritmu itu, Eric," ujar Leo dari jauh.
"Aku penasaran," kataku sedikit melirik Leo. Eric tampak bahagia sekali, wajahnya sedikit mengejek Leo.
"Baiklah, ayo pergi, tapi izinlah kepada Rebecca, aku akan menunggu di truk," Eric berlari ke truknya. Aku mengangguk.
"Rebecca, boleh aku jalan-jalan bersama Eric dan Leo?"
"Pergilah El, aku masih bisa mengatasi kedai ini. Jika butuh bantuanmu, aku akan meneleponmu nanti."
Aku berlari keluar kedai, menemukan Eric sudah di kursi kemudi, tapi Leo tidak kutemukan dimanapun. Segera aku membuka pintu penumpang, memang benar, lelaki itu tidak di dalam mobil.
"Leo tidak ikut?" tanyaku sembari memposisikan diri di kursi.
"Geser," tiba-tiba kudengar suaranya berada di sampingku. Posisi ini membuatku duduk di antara kedua laki-laki ini. Astaga, apa yang lebih memalukan dari ini?
***
"Apa yang kau lakukan di Riensville, El?" Melihatku terdiam, Eric mengoreksi perkataannya, "maaf, bukannya aku bersikap kelewatan, maksudku, di kota ini tidak banyak yang bisa kau temukan selain bukit, hutan, dan gunung, tidak seperti yang biasa kau lihat di Earville. Kota itu bagaikan berlian, semua yang kau inginkan ada, tempat bermain, club, dan beberapa hal menyenangkan lainnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
One Long Line (Removed To Return)
Fantasy[Tahap Revisi] Elisia baru saja datang ke kota itu dan sudah dihadapkan dengan hal-hal tak terduga. Dari ia yang membuka rahasia, terlibat dalam hal yang tidak masuk akal hingga ... jatuh cinta. Copyright © 2020 •••••••••••••••••••••••••••••••••••••...