31• 🌔

86 15 73
                                    

Ini tidak seperti diriku. Setelah terbangun di pagi hari, aku dan Rebecca langsung sarapan pagi. Jam dinding juga masih menunjukkan pukul dua.

Hari ini adalah hari dimana kami pergi ke Earville. Aku tidak tahu apakah yang dikatakan Caroline kemarin benar, tapi aku tidak ingin memperkirakan apapun, kami harus memastikannya.

"Ini aneh, dia tidak pernah memberiku kabar dan sekarang dia sakit," gumam Rebecca di ruang makan. Selanjutnya, ia menggigit sandwichnya.

"Kau benar, Bibi. Maksudku, saat aku di Earville, kau yang selalu mengirimku surat. Aku tak pernah melihat paman melakukan hal yang sama," aku mengangkat bahu dan menyesap susu cokelatku.

"Meskipun aku sudah bercerai dengannya, sebisa mungkin aku mengiriminya surat untuk memberitahu keseharianku. Aku pernah mencintainya. Sekali. Tapi ... pada akhirnya, kami merasa tidak cocok," Rebecca bercerita. Ia mengambil cangkirnya dan meneguknya.

"Kapan kau tahu kau mulai merasa tidak cocok dengannya, Bibi?"

Rebecca melihatku sebentar, lalu menghela napas. "Itu terjadi begitu saja. Aku memberitahunya untuk tinggal bersamaku di Riensville dan melepas semuanya. Tapi, dia menolak, katanya ideku tidak masuk akal. Selama bertahun-tahun dia mengejar posisinya saat ini, dan kupikir, itu wajar."

Kemudian dia melanjutkan, "menurut sudut pandangku, seperti apapun dia, bagaimana pun bentuknya, dia sudah sangat sempurna di mataku. Namun, semua yang dia tahu, semua yang dia kejar hanya tentang harta dan pengakuan. Dia ingin tinggal di dunia itu, jadi aku melepasnya."

Aku menatapnya, lalu membuang napas, "melihatmu, aku baru sadar kalau sikapmu dan anak-anakmu berbeda. Kau orang yang sangat baik, Bibi."

"Maksudmu Caroline dan Maxim?" Rebecca tertawa, "tentu saja berbeda. Mereka bukan anak kandungku."

Terkejut, aku melebarkan mataku, "apa maksudmu?"

Wanita itu menghela napas, "aku tidak bisa hamil, Eli. Kami mengadopsinya. Sebenarnya, kami tidak benar-benar mengadopsi mereka. Ada seseorang yang meninggalkan bayi mereka di pintu rumah, jadi kami merawatnya."

Aku mengangguk, mulai memahami perbedaan yang terjadi di keluarga kecil ini. Saat teringat sesuatu, aku menatapnya lagi.

"Lalu, bagaimana dengan hak asuh? Kau kan tidak bersama paman lagi."

"Aku tidak mempermasalahkan harus membawa mereka ke Riensville, Eli. Tapi, pamanmu ingin merawat mereka berdua, dia berkata dia tidak ingin kedua anaknya hidup sepertiku. Aku memang hidup sederhana," ujar Rebecca. Dia menipiskan bibirnya.

"Apa maksudnya? Aku merasa baik-baik saja. Aku makan dengan baik. Tidur dengan baik. Paman pasti bergurau," aku tertawa.

"Dia tidak menyukai hobiku. Kau melihat benda-benda aneh di ruangan yang pernah kau bersihkan, bukan? Itu sedikit mengganggunya," Rebecca mengangkat bahunya, merasa tidak terganggu dengan perbincangan ini. Lagipula, itu sudah beberapa tahun yang lalu.

Tiba-tiba terdengar bunyi ketukan pintu. Rebecca berdiri dan mendekat ke arah pintu untuk membukanya. Aku membalikkan tubuhku untuk tahu siapa yang berada di balik pintu itu.

"Oh, halo Leo. Kau ikut juga, Eric?"

"Tentu saja. Aku tidak akan tertinggal. Ini satu-satunya kesempatanku pergi ke Earville," jawab Eric.

Tubuhku membeku di tempat. Rebecca mempersilakan mereka untuk masuk. Baik Eric atau Leo, keduanya duduk di sofa. Leo menatapku, tapi itu bukan tatapan yang dingin atau tajam.

Aku mencoba mengatur ekspresiku untuk tetap tenang. Astaga, aku ingin menghilang saja. Kenapa pikiranku terbawa pada ingatan kemarin malam?

"Leo, apa yang terjadi dengan bibirmu? Itu berdarah," Rebecca mencoba mengobrol dengannya.

One Long Line (Removed To Return)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang