24• 🌔

83 16 102
                                    

Aku menguap, merentangkan tanganku lebar-lebar. Mataku mengerjap, menyesuaikan cahaya, menggaruk leherku sebelum menoleh ke samping. Aku melihat Leo berbaring di sampingku.

Heh?!

Sekali lagi aku tersentak, berguling ke samping dan turun dari ranjang. Aku mengintip dari bawah, itu sungguh dia. Aku menggelengkan kepalaku tak percaya. Kenapa aku melihatnya di ranjangku lagi?

Aku mengambil bantal dan memukul tubuhnya dengan bantalku.

"Ya! Leo!" seruku.

Ia membuka matanya perlahan, mengernyit ke arahku karena tidurnya terganggu. Leo mengubah posisinya menjadi duduk dan menatapku aneh.

"Kenapa kau berteriak?" ia memijat kepalanya.

Aku melotot, lalu memukulnya sekali lagi dengan bantal. "Kenapa kau tidur di kamarku?! Kau kan tidur bersama Eric!"

Leo menepis bantal yang kuarahkan padanya, "berhenti memukulku!" serunya.

"Makin lama kau makin cabul ya?!" Aku menunjuk dirinya dengan marah dan melempar bantalku hingga mengenai wajahnya.

"Ya! Berhenti memukulku!" Dia ikut marah. Dengan perasaan kesal Leo bangkit dari ranjang dan masuk ke ruang mandi. Aku menghirup napas dan membuang napas cepat. Dia makin membuatku gila.

Keluar dari ruang mandi dia menatapku sebal, "kau tidak ingat apa yang kita lakukan kemarin?" dia bertanya padaku.

Aku terdiam, "kita melakukan apa?" aku meliriknya takut.

Leo tersenyum menyebalkan, "hah, pelupa."

Tak lama terdengar ketukan di pintu, aku berjalan ke arah pintu dan membukanya sedikit. Eric di depan kamarku, sudah berpakaian rapi. "Eli, kau tahu dimana Leo? Aku tak melihatnya di kamar."

"Kenapa mencariku?" Leo muncul di balik tubuhku.

"Ya! Kenapa kau di kamar, Eli?!" Aku ingin menepuk dahiku karena amarah Eric meledak lagi. Bola mataku hampir lepas karena Leo muncul di waktu yang tidak tepat.

"Menurutmu?" Leo bertanya padanya, nadanya terdengar menyebalkan. Saat meliriknya, ekspresinya pun juga menyebalkan.

Seseorang tolong selamatkan aku dari sini

"Kau macam-macam dengannya ya?!" Ia menunjuk Leo tidak senang. Eric mengalihkan pandangannya, "aku akan memberitahu Rebecca," ancamnya dan berlalu dari hadapanku.

"Eric!" sahutku.

Leo keluar dari kamar cepat dan mengejar Eric. Saat berhasil meraih kerah Eric, sedetik kemudian tubuh keduanya menghilang. Aku mengerjap.

Kemana mereka?

Suasana rumah sepi, kemudian terdengar kegaduhan dari luar rumah. Mirip seperti suara teriakan. Jadi aku berlari keluar rumah. Ketika tiba di luar, suara teriakan itu masih terdengar. Dimana mereka?

Aku menengok ke sana kemari lalu pandanganku beralih ke atas. Mataku melotot.

Leo kau gila!

"Jangan macam-macam denganku, Eric," ujar Leo agar keras.

Keduanya berada di pinggir atap rumah. Leo mencengkeram baju yang dikenakan Eric, membuat lelaki itu tampak seperti melayang.

"Leo, turunkan Eric!" Aku berseru padanya. Leo tak mendengarku. Astaga, bagaimana kalau Eric jatuh?

"Apa yang kau lakukan dengannya? Jawab aku?!" Eric berteriak. Meski begitu ekspresi takut terlihat jelas dari wajahnya. Sekali saja Leo melepas cengkeramannya, dia akan langsung terjatuh di atas kebun Rebecca.

One Long Line (Removed To Return)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang