Banyak hal yang tersembunyi dan harus di sembunyikan. Mereka menyebutnya dengan rahasia. Kenapa harus ada rahasia? Entahlah. Karena tidak semua orang harus tahu tentang kita.
Tidak ada yang lebih baik dari diri sendiri, tidak perlu percaya 100% dengan manusia sekitarmu.
[Flashback]
"Cepatlah!"
Lelaki itu berjalan tertatih sembari memegang kaki sebelah kanannya yang terluka akibat reruntuhan gedung. Tidak parah, namun bisa membuatnya berjalan seperti itu. Aji, lelaki yang terluka.
Pria yang ada di depannya terus meneriakinya untuk berjalan lebih cepat lagi, situasi begitu chaos semua orang berlari tanpa memperhatikan apa yang ada di depan mereka. Bertubrukan satu sama lain, yang kalah akan terinjak, hanya masalah keberuntungan bisa selamat dalam kerumunan manusia itu, tidak beruntung maka hanya bisa kembali pada sang pencipta.
Aji terus berjalan, melangkahkan kakinya lebih cepat lagi, sementara pria tadi mengulurkan tangannya.
"Biar aku merangkulmu, kita harus cepat berlindung."
Gempa dengan skala mencapai 8,1 SR mengguncang kota tempat Aji tinggal, gedung-gedung roboh, tanah terbuka, pohon-pohon tumbang membuat akses jalan menjadi sulit.
Alarm penanda tsunami berbunyi dengan lantangnya, membuat semua orang panik termasuk Aji dan pria yang membawanya.
15 menit berjalan, mereka sampai pada titik evakuasi.
Hanya selisih satu menit setelahnya, air menghantam dan menghancurkan se isi kota. Mereka hanya bisa menyaksikan keindahan yang dibuat sang pencipta itu dari bukit yang tidak terlalu tinggi yang mereka daki untuk menyelamatkan diri.
"Terimakasih, kamu menyelamatkan nyawaku." Aji berterimakasih padanya. Pria itu hanya mengangguk dan tersenyum simpul.
"Siapa namamu?" Aji bertanya.
"Albert ... Panggil saja Albert."
[Off]
"Cukup! Apa yang kau mau?!" Aji berteriak saat Albert mengarahkan pistolnya pada Juan.
Albert tersenyum licik, menghela napasnya cukup panjang, menggoyangkan lehernya hingga menimbulkan suara pergeseran tulang lehernya, sepertinya dia cukup lelah.
"Apa dia benar Angkasa?" tanyanya.
Angkasa langsung menatap Aji, ada hubungan apa ayahnya dan Albert, dan juga dirinya. Situasi nampak bingung, Aji tidak bisa menjawab pertanyaannya.
Suasana menjadi lebih menegangkan ketika Albert hampir menekan pelatuknya saat ujung pistol berada tepat di kepala Juan. Mereka semua tidak bisa berkutik, diam atau mati. Kata yang bisa menjelaskan maksud Albert saat ini.
"Apa mau mu?" Aji bertanya.
"Kenapa kau terus mengatakan 'apa mau mu apa mau mu' aku tidak menginginkan apapun dari manusia sepertimu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa [✓]
Fanfiction» H a m a d a A s a h i Malam itu, malam dimana Hujan merenggut salah satu saudara Angkasa. Memberi dampak buruk baik fisik maupun mental keluarganya. Semua berubah, semenjak tragedi itu. ✍︎ zareestx_ Rank : #1 asahi (27/01/22) #1 kematian (04/03/2...