Dua Puluh Dua

1.3K 19 0
                                    

Mobil keluaran BMW i8 berwarna hitam berjalan perlahan memasuki area Lobby apartment Alicia. Alicia yang tersadar bahwa mobil sudah berhenti hanya mengangkatkan alisnya sebelah menyadari bahwa mobil Kelvin berada di Lobby bukan di parkiran. Alicia menghadap ke arah kanan dan mendapati Kelvin yang tersenyum tipis ke arahnya seakan menunggu pertanyaan yang ada di kepala Alicia.

"Kamu ga masuk?" Tanya Alicia dan langsung dijawab gelengan kepala oleh Kelvin.

"Ga Sweety. Aku harus pulang hari ini."

"Kenapa?" Tanya Alicia merasa ada yang aneh dengan Kelvin, tidak seperti biasa Kelvin seperti ini. Biasanya Kelvin akan langsung masuk ke apartmentnya bahkan tanpa ditanya sekalipun olehnya.

"Aku harus packing tonight, sweety." Ucap Kelvin sambil tersenyum dan merapihkan rambut Alicia yang sebenarnya tidak berantakan. Mendengar jawaban Kelvin yang apa adanya hanya membuat Alicia memutar kedua bola matanya karena kesal dengan jawaban Kelvin yang dirasa gamblang.

Melihat tingkah Alicia yang seperti tidak sabaran berhasil membuat Kelvin tertawa menampilkan gigi rapih dan lesung pipinya. "Aku ada seminar kesehatan di Bogor, cuman dua hari kok. Tapi karena dua hari itu, aku butuh mempersiapkan bahan seminarku dan stamina aku, right?" Jelas Kelvin. Alicia hanya bisa menarik nafas kecewa karena dia harus melewati malam sendiri. Seketika Alicia tersadar bahwa selama ini dia tidak tau di mana Kelvin tinggal, seperti apa kehidupannya dan bagaimana keluarganya. 

"So, kamu ga mau turun nih? Apa kamu mengharapkan sesuatu yang...." Kelvin tidak melanjutkan kalimatnya namun matanya yang menyipit dan senyum penuh godaan membuat Alicia hanya bisa heran kenapa pria ini begitu pede dan kegenitan kepadanya. Alih-alih merasa jijik, Alicia menikmati godaan yang diberikan Kelvin sambil tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

"Well, kamu bisa pergi kalau begitu. Aku kalah hahaha." Alicia melepaskan seatbeltnya dan bersiap untuk turun dari mobil merah milik Kelvin namun Kelvin menahan tangan kanan Alicia dan menarik Alicia kedalam pelukannya.

Alicia berada di dalam pelukan Kelvin dan dapat merasakan detak jantung pria itu memompa lebih cepat. Alicia tersenyum dan membalas pelukan Kelvin. Kelvin yang merasakan balasan pelukan dari Alicia hanya bisa tersenyum gembira. Kelvin melepaskan pelukannya dan menangkup kepala Alicia dengan kedua tanganya memandangi seluruh wajah cantik Alicia. Alicia terpaksa harus melihat ke mata grey Kelvin yang terlihat bersinar bahagia dan detik berikutnya Kelvin mencium bibir Alicia. Tidak ada rasa nafsu dalam ciuman tersebut, yang Alicia rasakan hanyalah ciuman ketulusan tanpa tuntutan dan detik itu juga Alicia sadar bahwa diantara mereka ini bukan lagi tentang sex melainkan ada cinta yang tumbuh.

Kelvin melepaskan ciumannya dan bibir Alicia kembali merasa dingin. Suasana berubah canggung, Alicia berusaha mengatur nafas sedangkan Kelvin berusaha terlihat tenang.

"Aku turun ya. Terima kasih Vin." Ucap Alicia menghindari kecanggungan lebih lama di dalam mobil itu.

"Iya Cia. Hati-hati kamu naik ke atasnya  ya." Alicia menjawab dengan menganggukan kepalanya dan berjalan masuk ke dalam apatmentnya. Setelah memastikan Alicia sudah tidak ada di jarak pandangnya, Kelvin langsung melajukan mobilnya menuju ke kediamannya yang berada di daerah Menteng.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Kamu dari mana aja?" Tanya seseorang yang duduk di kursi depan halaman rumah Lilis. Lilis yang kaget dengan suara tersebut langung menjatuhkan tasnya. Aaron bangkit dari kursi yang didudukinya dan berjalan ke arah Lilis berdiri mematung. Aaron mengambil tas Lilis dan memperhatikan Lilis yang sudah lama tidak bisa dia temui.

Lilis mengambil tas dari tangan Aaron dan berjalan perlahan menuju pintu rumahnya. Aaron mengikuti Lilis dari belakang.

"Kamu lebih baik pergi dari sini, Ron." Larang Lilis.

"Kenapa Lis?" 

"Aku ga mau Ayahku liat kamu di sini."

"Emang kenapa kalau Ayah kamu liat aku di sini?" Tanya Aaron tidak mengerti. Lilis memutar badannya dan menghadap ke arah Aaron yang masih terlihat bingung. Lilis menatap ubin rumahnya yang sudah terlihat kusam dan kembali memandang ke mata Aaron sambil mengepal tangan kanannya dengan kuat.

"Dia akan marah dan semua ini akan hancur." Ucap Lilis berusaha mengeluarkan suara sedatar mungkin.

Love ? Take it or Leave it !!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang