Empat Belas

2.7K 51 3
                                    

Langit terlihat menggelap dan tak membiarkan matahari menyinari bumi siang itu. Tiupan angin yang cukup kencang membuat daun-daun di taman rumah sakit berguguran. Kelvin yang terlihat sedang berjalan di lorong rumah sakit menghentikan langkahnya sejenak dan memperhatikan langit gelap yang menunjukan bentar lagi akan datang hujan. Sudah dua minggu dia tidak menghubungi Alicia, dia sedang berusaha mencerna setiap kalimat Alicia malam itu.

"Listen, Gw ga ada perasaan apa-apa sama lo, Vin. Please jangan salah paham. Semua yang kita lakuin kemarin kan berdasarkan mau sama mau. " Kelvin mengingat kembali setiap kalimat yang dilontarkan Alicia. Kelvin masih ga habis pikir dengan Alicia, bagaimana bisa Alicia berpikir dirinya mau melakukan hal itu hanya dengan dasar mau sama mau.

"Perempuan aneh." Ucap Kelvin akhirnya. Kelvin melanjutkan langkah kakinya menuju ruangannya, hari ini dia bisa pulang lebih awal karena dia sudah melakukan dua shift kerja tanpa henti akibat operasi besar yang harus dia lakukan sejak kemarin.

Di tempat yang berbeda, Alicia sedang duduk di kursinya sambil melihat hp dengan tatapan kosong. Alicia terlihat memainkan pulpen sambil sesekali melirik hpnya berharap layar hpnya menyala dan benar saja layar hp Alicia menyala menandakan ada notification masuk. Buru-buru Alicia membuka layar hpnya dan seketika dahi Alicia mengkerut saat mendapati nama Erick di sana.

Alicia membuka chat Erick yang berbunyi "Kita perlu bicara." Alicia langsung menghapus chat pria tersebut dan menaruh kembali hpnya di meja.

"Ga tau malu." Ucap Alicia ke dirinya sendiri. Alicia kembali berusaha memfokuskan perhatiannya ke laptopnya namun gagal karena hpnya berbunyi lagi. Alicia membuka kembali hpnya dan mendapati nama Erick di sana.

From : Erick

Mau sampai kapan lo menghindar ?

Selesai membaca pesan Erick, Alicia langsung menelfon pria tersebut.

"Mau lo apa sih ?" Tanya Alicia marah saat telfon terhubung.

"Kita perlu bicara."

"Ga ada yang perlu dibicarakan lagi. Semua udah jelas bego."

"Apanya yang udah jelas ? Apa lo ga bisa relain gw."

"Ha ? Maksud lo apa sih ?" Tanya Alicia bingung dengan ucapan Erick.

"Gw tau lo kecewa karena gw selingkuhin lo dan wajar kok lo marah. Tapi apa perlu kamu ngerusak perusahaan yang aku udah bangun ?"

"Gw ga paham arah pembicaraan kita ini ke mana." 

"Kalau putus ya udah putus aja, ga usah sampai main ngerusak perusahaan gw. Apa lo ga rela gw selingkuhin ?"

"Woi bangs*** ! Cewe mana yang rela di selingkuhin ? Harusnya lo minta maaf dulu sama gw bukannya malah main ngomong gw rusakin perusahaan lo." Alicia marah karena sudah tidak tahan dengan ucapan Erick yang tidak tau diri. Sekretaris Alicia yang berada di luar kaget mendengar makian dari dalam ruang Alicia dan hanya bisa duduk meringkuk di kursinya.

"Ck !" Erick berdecak di sana.

"Gw ga tau apapun tentang perusahaan lo, jadi stop menyalahkan apapun yang terjadi dengan perusahaan lo ke gw."

"Lo bisa tanya ke bokap lo. Jangan ganggu gw dan perusahaan gw." Erick langsung menutup telfonnya dan Alicia terdiam saat mendengar kata "Bokap" terucap dari mulut Erick. Alicia seketika langsung paham semua yang dibicarakan tadi. 

"Kenapa Papahnya selalu ikut campur masalah pribadi gw sih." Alicia mengerang kesal dengan tindakan Papahnya yang seperti anak muda menunjukan kekuasaan berlebih. Ini sebabnya Alicia tidak ingin keluarganya tau tentang alasan dirinya putus, mereka akan sangat mampu menghabisi siapapun yang menyakiti Alicia tapi bukan itu yang Alicia harapkan. Alicia berpikir keluarganya terlalu berlebihan walau Alicia tau niat mereka baik. 

Alicia berjalan ke arah kaca kantornya yang menampilkan pemandangan hijau dari taman gedung perusahaannya yang berada di lantai sepuluh. Gedungnya terdiri dari dua gedung, yang satu berlantai lima puluh lima dan gedung yang satunya hanya berlantai sepuluh. Untuk rooftop gedung satunya sengaja dibuat taman untuk menenangkan pikiran karyawan pada saat jam istirahat mereka. Alicia kembali larut dalam pikirannya.

Ringtone hp Alicia berbunyi, membuat Alicia tersadar dari lamunannya dan dia berjalan ke mejanya. Alicia langsung mengangkat panggilan tersebut tanpa melihat dengan jelas siapa yang menelfonnya.

"I miss you." Ucap suara pria dari seberang sana yang mampu membuat mata Alicia melebar dan tersenyum. Sedetik kemudia Alicia tersadar dan berusaha mengatur suaranya agar tidak terlalu terdengar bahagia karena pria yang ditunggu-tunggu akhirnya menelfonnya.

"Siapa ya ?" Tanya Alicia pura-pura.

"Aku tau kamu juga kangen sama aku." Alicia hanya bisa memutar kedua matanya mendengar ucapan Kelvin kepedean walau itu memang benar.

"Wait ! Wait ! Gw kangen ?" Tanya Alicia dalam hatinya.



---------------------------------------------------------------------------------------

Jangan lupa untuk selalu vote ceritanya ya, karena vote itu gratis.

Terima kasih

Love ? Take it or Leave it !!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang