SIR-37

297 41 33
                                    

Happy reading...

***

"Jennie, Aku merindukan Karina aku merindukan Yeri, dimana sekarang dua gadis itu?"

Jennie menolehkan pandangannya, dua gadis cantik itu terlihat duduk ditepi balkon kamar Wendy. Malam ini Jennie terakhir menginap dirumahnya karena Wendy berfikir dirinya sudah baik-baik saja.

"Kau tidak merindukan Irena?"

"Aku?" Tanya Wendy. Jennie pun mengangguk. "Aku sangat merindukannya, dia adalah teman kecilku, Bahkan kami tumbuh bersama walaupun aku dan Irene terpaut satu tahun Irene selalu memahamiku. Irene selalu mengerti dengan kesedihanku, Irene selallu menemani sepiku, Aku sudah menganggap Irene sebagai ibuku. Sejak dulu Irene selalu mengalah bersikap hangat dan dewasa, Aku banyak sekali dituntun olehnya hingga aku dewasa aku tidak menampik jika peran Irene di hidupku cukup besar dan berpengaruh, Tapi saat aku memahami kebaikannya kenapa aku menerima kekecewaan? Bahkan aku tidak menyangka jika Irena wanita yang ku anggap sebagai kakakku adalah wanita yang mengahancurkanku, Aku dihancurkan oleh seseorang yang berperan penting dalam hidupku".

"Tidak perlu kau ingat segala tentang gadis itu, Kau cukup memahami saja. Bagaimana dia kepadamu memang mungkin kita tidak boleh melupakan kebaikan seseorang hanya karena sebuah kesalahan, Tapi sebentar kesalahan apa yang ia buat sehingga batinmu terluka, hingga sekarang aku yakin kau belum bisa melupakan kesalahannya bukan? ".

Wendy mengangguk mendegar ucapan Jennie.

"Kau tahu? Hidupku sudah ku serahkan seluruhnya pada Sehun dan peran Irene disini adalah menjadi penengah disaat aku sedang kecewa dengan keadaan atau dengan Sehun, Irene selalu mengatakan jika aku tidak boleh menyerah, Aku harus kembali dan kembali seberapa kali pun Sehun menyakitiku, Irene meyakinkan diriku jika Sehun akan berubah, Tapi nyatanya ucapan tidak sesuai dengan kenyataan".

"Sudah?" Sahut Jennie, Wendy mengangguk lagi dengan berjalan ke arah balkon dan menyandarkan tubuhnya disana.

"Angin malam ini cukup besar, Duduklah disini aku tidak ingin nanti kau kembali demam".

"Sebentar, Aku hanya ingin merasakan angin malam yang sudah lama tidak menyentuh permukaan kulitku".

Jennie mengulas senyumnya kemudian ikut beranjak dan berdiri di samping Wendy.

"Kau tahu, Ternyata tidak semua orang bisa kita percaya sekalipun itu saudaramu".

Wendy mengangguk membenarkan ucapan Jennie. "Benar, Aku sampai tidak sadar jika ternyata yang selama ini dekat denganku itu adalah musuhku".

Jennie tersenyum kecil. "Aku dekat denganmu, tapi aku tidak seperti itu". Ucapnya.

Wendy mengelus punggung Jennie. "Tentu saja, Kau yang terbaik Jen".

Keduanya beradu tatap, Jennie tersenyum ke arah Wendy begitupula sebaliknya.

"Aku harap setelah kejadian ini, Semuanya akan menjadi cambuk untukmu menahan perasaan dengan seseorang yang kau cintai itu memang sakit, Tapi ini yang terbaik tidak ada lagi yang harus di pertahankan olehmu, Disini kau sudah lelah". Ucap Jennie seraya menunjuk dada Wendy.

"Mm aku akan membetengi diriku, Tapi kau harus ingat. Tetap disampingku karena tanpamu entah bagaimana nanti aku". Ucap Wendy dengan meraih kedua tangan Jennie.

STUCK IN ROMANCE [PCY-SSW] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang