Hari pertama masuk sekolah setelah libur kenaikan kelas. Tidak hanya itu, ini adalah tahun terakhir (Name) menyandang gelar sebagai siswa sekolah menengah atas.
Dan sudah beberapa bulan ini juga (Name) menyandang status sebagai kekasih Wakasa.
"Pagi!" Seseorang merangkul akrab tubuh (Name) membuat (Name) yang awalnya melamun tersentak kaget.
Ia menoleh dan menatap gadis bersurai merah yang kini sudah menyengir lebar ke arahnya.
"Pagi." Jawab (Name) setelahnya.
Narumi mengeratkan rangkulannya pada bahu (Name). "Uh, aku penasaran apa kita akan satu kelas lagi tahun ini. Semalam aku tidak bisa tidur memikirkannya, aku tau kamu pasti merasakan hal yang sama."
"Kamu membuatku merinding." Komentar (Name) membuat Narumi menyikut perutnya.
"Ayo kita lihat papan pengumuman!" Ajak Narumi dan menarik tangan (Name).
Papan pengumuman pagi ini benar benar ramai. Nampaknya orang lain juga ingin melihat di kelas mana mereka berada. Narumi berusaha membelah kerumunan sembari terus menyeret (Name).
BRAK!
Narumi memukul papan pengumuman itu, membuat (Name) dan orang orang di sekitarnya terperanjat kaget.
"Kita satu kelas, (Name)!" Pekik Narumi setelahnya.
Oh Tuhan, kapan kira kira Narumi berhenti mempermalukan (Name)? Ratapan itu hanya bisa (Name) ucapkan dalam hati.
"Ayo ke kelas." Ajak (Name) yang sudah tidak sanggup menahan rasa malunya.
"Kamu tidak perlu memukul papan dengan kencang seperti tadi." Keluh (Name).
Narumi sendiri menyengir tak berdosa. "Maaf, itu refleksku."
(Name) menggelengkan kepalanya tidak habis pikir.
"Permisi." Suara itu membuat (Name) dan Narumi menghentikan langkahnya. Keduanya kompak menengok ke arah sumber suara.
Tatapan (Name) tertuju ke arah pria dengan surai gelap yang ditata dengan sangat rapi dan seragam sekolah yang terlihat masih baru.
"Ada apa?" Tanya Narumi.
"Maaf aku memanggil kalian. Ini sedikit memalukan sebenarnya." Pria itu meringis sembari mengusap tengkuknya. "Aku anak baru dan harusnya segera mencari kantor guru, namun sepertinya aku tersasar."
"Bisa tolong antarkan aku?" Tanyanya.
"Oh, tentu!" Ucap Naruni hangat.
Pria itu tersenyum cerah, "Terima kasih banyak. Aku Hayato Masao, murid pindahan dari Kyoto. Tahun ini aku menjadi murid tahun kedua."
"Oh, aku Narumi, dan ini temanku, (Name)." Ucap Narumi. "Kami murid tahun ketiga."
"Oh, jadi kalian seniorku. Maaf kalau aku jadi merepotkan." Ucap Masao ramah.
"Santai saja. Iya kan, (Name)?" Tanya Narumi.
"Benar." Jawab (Name) seadanya. Barusan ia menerima pesan dari Wakasa, fokusnya saat ini tentu saja membalas pesan kekasihnya.
"Jadi, apa alasanmu pindah ke Tokyo?" Tanya Narumi.
"Aku mencari suasana baru. Dan kebetulan juga kakakku berkuliah di sini. Dia tiga tahun lebih tua dariku." Cerita Masao. Sepasang mata Masao melirik ke arah (Name) yang masih sibuk dengan ponselnya.
"Begitu ternyata." Sahut Narumi.
Ketiganya tiba di depan kantor guru.
"Sekali lagi terima kasih banyak." Ucap Masao sembari tersenyum hangat.