Narumi hanya bisa diam mematung. Akeno benar benar tidak memberi perlawanan sedikitpun, dan penampilan pria itu benar benar sudah menakutkan dengan banyaknya luka di tubuhnya.
"(Name), cukup! Dia kakakmu!" Narumi berlari melindungi Akeno. Gadis itu merentangkan tangannya, menghalangi (Name).
(Name) mengusap kasar percikan darah di wajahnya. "Aku belum puas."
Irisnya tertuju pada Anna yang mematung. Ia merasakan sensasi merinding saat bertatapan dengan (Name).
(Name) menyeringai. "Kamu tau, Wakasa itu berandalan. Tapi dia punya moral yang baik. Dia menahan dirinya untuk menghajarmu sejak awal."
"Katanya ia tidak akan berbuat kasar pada seorang wanita."
"Tapi kita sama sama perempuan." (Name) mendekati Anna. Ia mencengkram kuat pergelangan tangan Anna.
"Kamu tau apa artinya? Artinya aku bisa menghajarmu sepuasku."
Mata (Name) berkilat berbahaya. Anna terperangah saat tau tau tubuhnya sudah dibanting dengan luar biasa keras.
"Kalau aku membunuhmu, kakakku tidak akan kembali kan?" Ucap (Name). "Tapi setidaknya aku puas."
"(Name), sudah cukup!" Teriak Narumi.
"Kamu diam." Ucap (Name) dengan nada dingin.
(Name) menendang tubuh Anna dengan kakinya hingga Anna terbatuk.
"Kamu gila!" Sentak Anna.
(Name) berjongkok dan menjambak surai Anna dengan kasar. "Memang. Aku sudah gila. Dan orang gila ini yang akan membunuhmu."
(Name) terperangah saat ia merasakan tubuhnya terangkat dan di bawa paksa menjauh dari Anna. Ia menoleh dan menemukan Wakasa yang sudah melingkarkan tangannya pada pinggang (Name), membawanya menjauh dari Anna.
"Nee-san!" Masao yang juga ikut segera menghampiri Anna.
Narumi sendiri merasa seluruh sendi sendinya lemas. Tubuhnya luruh dan ia sudah tidak bisa menahan tangisnya lagi.
"Sudah cukup, (Name). Sadar dan lihatlah apa yang sudah kamu lakukan!" Ucap Wakasa sembari menahan tubuh (Name).
"Kamu tidak tau apa apa!" Sentak (Name) berusaha melepaskan diri dari kukungan Wakasa.
"Aku tau semuanya. Aku mohon dengarkan aku. Aku kekasihmu, iya kan?" Balas Wakasa belum menyerah.
"Lepaskan aku atau aku akan akhiri hubungan ini!" Ancam (Name).
Wakasa menatap sendu (Name).
"Maafkan aku." Ia memukul tengkuk (Name).
(Name) merasa tatapannya mengabur sebelum semuanya berubah menjadi gelap.
.........Kekacauan yang terjadi dibereskan oleh Wakasa. Ia memerintahkan Masao untuk membawa Anna pergi dan mengobati luka di tubuh gadis itu.
Setelahnya Wakasa menghubungi teman temannya untuk membantunya membawa Akeno yang sudah tidak sadarkan diri.
Wakasa sendiri membawa (Name) yang masih tidak sadarkan diri.
Shin meringis melihat seberapa parah luka Akeno.
"Kekasihmu luar biasa." Takeomi berdecak. "Kamu akan langsung mati di tangannya kalau kamu berselingkuh."
Shin memukul kepala Takeomi. "Lihat situasinya, bodoh."
Wakasa menghela nafas, "Terima kasih sudah datang membantu."
"Tidak masalah." Jawab Benkei.
"Kalian pulang saja. Shin, kamu tidak mungkin meninggalkan bengkelmu terlalu lama kan?" Ucap Wakasa. "Sisanya aku dan Narumi yang akan mengurusnya."