Lima

1.1K 192 3
                                    

Langkah kaki pria itu membawanya mendekati nisan itu. Sebatang rokok yang menyala terselip di sela-sela jarinya.

Hening untuk sesaat.

"Maaf aku baru mengunjungimu, Yuki. Belakangan ini pekerjaanku di kantor lumayan banyak."

Akeno menghembuskan asap rokok dari bibirnya.

"Adik kita sudah menemukan kebahagiaannya sekarang. Kamu tau, perlahan dia mulai jadi (Name) yang dulu. Aku tau kamu pasti ikut senang." Ucap Akeno.

"Namun maaf, aku tidak pernah berani mengatakan hal yang satu itu." Ucap Akeno lirih. Ia menatap sendu nisan Yuki.

"Kalau aku mengatakannya, (Name) akan membenciku kan? Semua yang terjadi itu karena kesalahanku." Ucap Akeno.

"Aku tidak sanggup jika dia akan menatapku dengan sorot penuh kebencian."

"Bisakah kamu tolong kakakmu ini, Yuki? Dia kembali lagi, dan aku tidak siap mengatakan semuanya pada (Name)."

Ada satu hal yang hanya diketahui oleh Yuki dan Akeno. Kejadian masa lampau yang tidak pernah (Name) tau.

"Sudah lama ya, Akeno-san."

Suara itu membuat Akeno membelalakan matanya dan menoleh. Irisnya menatap wanita bersurai pirang itu.

"Kamu masih saja tampan seperti dua tahun yang lalu."

"Rasanya seperti reuni yang manis ya." Anna tertawa pelan.

"Aku, kamu, dan Yuki."

Akeno memasukan kedua tangannya ke dalam saku celananya dan mengepalkannya kuat kuat.

"Aku hanya akan mengatakan ini satu kali, Anna." Desis Akeno. "Jangan ganggu adikku."
.......

Ada yang aneh dengan Akeno malam ini. Biasanya pria itu selalu bersemangat. Apa ini karena faktor malam ini Wakasa tidak bisa ikut makan malam dengan mereka?

"Ada apa, aniki?" Tanya (Name) akhirnya.

Akeno tersentak dari lamunannya. Ia menatap wajah (Name) sebelum akhirnya tersenyum.

"Tidak." Jawabnya.

"Kamu ada masalah dengan Narumi?" (Name) masih berusaha menebak.

"Tidak, (Name)." Jawab Akeno lagi. "Sudah, ayo kita makan." Ajak Akeno setelahnya.

(Name) akhirnya menurut. Ini tidak biasa. Akeno biasanya akan berisik, entah sekedar menggodanya atau membicarakan rekan rekan kerja pria itu di kantornya.

(Name) mulai sedikit khawatir.

Makan malam mereka berjalan dalam keheningan.

"Aniki, kamu benar benar baik baik saja kan?" Tanya (Name).

Akeno tersenyum dan mengacak acak surai (Name). "Cerewet sekali, aku baik baik saja."

(Name) menghela nafas.

"Aku harap yang membebani pikiranmu bukan Anna. Tenang saja, ini urusanku dengan dia."

(Name) menunjukkan otot lengannya sembari menyengir, "Jangan lupa kalau aku ini kuat. Aku pasti akan menghajar nenek lampir itu kalau dia macam macam."

Akeno akhirnya tertawa pelan. "Dasar bocah bar bar."

"Hei!" Protes (Name) tidak terima.

"Aku ke kamar dulu." Pamit Akeno setelah menepuk lembut puncak kepala (Name).

(Name) sendiri tersenyum tipis. Setidaknya ia berhasil menghibur Akeno. Semoga apapun masalah kakaknya itu, semua akan selesai dengan cepat.

"Aku tidak mau kamu membenciku." Lirih Akeno yang tidak dapat (Name) dengar.
.......

Wakasa's Mine (2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang