(Name) tiba di depan bengkel milik Shinichiro dan langsung menerobos masuk. Di dalamnya sudah sepi mengingat ini juga sudah sore. Hanya terlihat Shinichiro yang tampak sedang berberes.
Pria bersurai hitam itu menoleh dan terperangah menemukan sosok (Name).
"Shin-san." Panggil (Name). Ia berusaha mengatur nafasnya. "Wakasa. Dia di sini kan?"
Shinichiro meletakan lap kotor di tangannya ke atas meja dan berjalan mendekati (Name).
"Wakasa baru pergi beberapa menit yang lalu. Dia terlihat marah." Ucap Shinichiro. "Apa kalian baik baik saja?"
(Name) menggeleng pelan. Dari raut wajahnya terlihat ia sangat cemas.
"Itu pasti karena kesalahanku. Apa kamu tau dia di mana?" Tanya (Name).
"Sebenarnya ada beberapa tempat yang sering dia kunjungi. Jadi aku tidak yakin tentang lokasi pastinya saat ini." Balas Shinichiro.
"Sial." Gumam (Name) pelan. Gadis itu mengarsir surainya frustasi.
"Kamu bisa coba menghubunginya." Saran Shinichiro.
"Ah benar." (Name) buru buru mengambil ponselnya dan mencari kontak Wakasa. Ia segera menghubunginya.
"Apa?" Suara ketus itu menyambut indra pendengaran (Name).
(Name) menghela nafas. Mendengar Wakasa yang biasanya selalu bersikap lembut dan berkata dengan nada hangat kearahnya kini berkata ketus sedikit menyakiti (Name).
Namun ini memang salahnya.
"Aku di bengkel Shin-san untuk menemuimu. Kamu di mana?" Tanya (Name).
Hening. Tidak ada balasan.
"Wakasa? Apa kamu di apartemenmu? Kalau iya, aku akan segera ke sana." Ucap (Name).
"Aku rasa kita perlu waktu sendiri, (Name)." Ucap Wakasa akhirnya.
(Name) mematung. "Apa? Setidaknya biarkan aku meminta maaf langsung denganmu." Ucap (Name).
"Tidak perlu. Aku hanya perlu waktu sendiri."
Panggilan terputus begitu saja. Wakasa memutus panggilan secara sepihak.
(Name) mengusap kasar wajahnya, "Kalau begitu aku pulang dulu, Shin-san. Maaf mengganggu waktumu."
"Ah, iya. Hati hati." Pesan Shin.
(Name) mengangguk.
........"Aku pulang." Suara Akeno membuat (Name) yang tadinya sedang asyik memasak makan malam menoleh. Ia segera berjalan menghampiri Akeno.
"Selamat datang." Sambut (Name).
Akeno mengacak acak surai (Name). "Hari ini Wakasa-kun juga tidak datang?" Tanyanya.
"Yah, begitulah." Balas (Name).
"Ada apa? Kalian bertengkar?" Tanya Akeno.
(Name) tersenyum tipis. "Tidak kok. Saat ini Wakasa sedang berkumpul dengan teman temannya."
"Kamu yakin?" Tanya Akeno.
(Name) menghela nafas. "Aniki berisik sekali deh. Sudah sana cepat mandi agar kita bisa makan malam bersama."
"Baik, baik."
Akeno meletakkan tas kerja dan barang barangnya yang lain ke atas meja yang ada di depan sofa ruang keluarga.
"Aku mandi dulu." Pamitnya.
(Name) bersiap untuk kembali ke dapur dan menyusun menu makan malam mereka. Namun layar ponsel Akeno yang menyala mencuri perhatian (Name).