Takkan siakan dia, belum tentu ada seperti dia. Satu dunia tau aku bahagia.
Langit biru dan deburan ombak menjadi pemandangan yang menyapa mata (Name) begitu kakinya menginjak pasir pantai yang halus. Sinar matahari segera menyambut (Name) dengan rasa hangatnya.
Hari ini, ia bersama Wakasa, Akeno, dan Narumi memutuskan untuk berkunjung ke pantai.
"Kamu yakin teman temanmu sudah kamu ajak?" (Name) menoleh ke arah Wakasa.
"Sudah." Jawab Wakasa. "Mereka bilang mereka tidak punya pasangan untuk dibawa, jadi mereka tidak mau ikut."
"Pantai?" Gumam Benkei saat Wakasa mengajak teman temannya. (Name) menyarankan agar teman teman Wakasa ikut.
"Aku sibuk di bengkel." Ucap Shin sembari bersiul.
"Tidak, dia hanya tidak punya pasangan untuk diajak." Balas Takeomi. Sebagai balasannya wajah pria itu mendapat lemparan lap kotor dari Shin.
"Berhenti berlagak seakan kamu punya, Omi." Ucap Shin sebelum mengucapkan berbagai kata makian dari mulutnya.
"Kalian menyedihkan." Ejek Wakasa angkuh.
"Setidaknya kami tidak seperti orang yang kesetanan menghajar seorang pria hanya karena dia dekat dengan kekasihnya." Sindir Takeomi.
"Lagipula pemandangan kamu bermesraan dengan (Name) bukan sesuatu yang ingin aku lihat." Benkei buka suara.
"Keparat kalian semua." Maki Wakasa.
"(Name), ayo kita ganti baju dengan yang sudah kita siapkan." Ajak Narumi sembari merangkul bahu (Name).
"(Name), perlu aku temani?" Goda Wakasa. Ucapan pria itu dibalas acungan jari tengah oleh (Name).
(Name) dan Narumi berjalan riang menuju ruang ganti.
Akeno sendiri tersenyum tipis.
"Wakasa-kun, terima kasih sudah menepati janjimu untuk membuat (Name) bahagia." Akeno buka suara.
"Tentu, Akeno-san." Wakasa tersenyum tipis. Ia mendongak menatap langit biru siang ini.
"Kebahagiaan (Name) itu alasan aku bisa berbahagia juga." Lanjut Wakasa.
Akeno tersenyum manis. "Aku tau telah menitipkan (Name) pada pria yang tepat. Terima kasih."
"Apa yang kalian bicarakan?"
Suara Narumi membuat keduanya menoleh.
Tatapan Wakasa segera terpaku pada sosok (Name). Kekasihnya itu mencepol surainya, membuat anak rambutnya membingkai wajah cantik itu. Sebuah bikini berwarna biru muda bermotif bunga melekat sempurna di tubuh (Name).
(Name) membuang muka ke arah lain dengan wajah bersemu merah. Ia mengusap tengkuk belakangnya.
"Bagaimana menurutmu? Narumi bilang bikini ini sangat cocok untukku." Ucap (Name).
Wakasa melepas kemeja pantainya membuat tubuh bagian atas pria itu terlihat. (Name) buru buru mengalihkan wajahnya setelah ia sadar bahwa ia terpaku pada otot perut Wakasa selama beberapa menit.
Wakasa sendiri segera mendekati (Name).
Lalu tanpa basa basi Wakasa memakaikan kemeja itu pada tubuh (Name). Tak hanya itu, pria itu mengancingkan kemejanya dengan santai.
"Hei!" Protes (Name).
"Pemandangan tadi hanya boleh aku yang lihat, oke?" Bisik Wakasa.
"Itu tidak adil! Semuanya bisa melihat otot perutmu!" Protes (Name) sembari memasang wajah dongkol.