"Aniki!"
Suara itu membuat Akeno yang tengah membaca koran di depan televisi menoleh. Irisnya menatap ke arah Yuki dengan senyum lebarnya. Di samping gadis itu berdiri sosok lainnya.
Gadis berparas cantik dengan surai pirang.
"Ini temanku. Namanya Anna. Dia boleh ikut makan malam dengan kita kan?" Tanya Yuki.
Akeno tersenyum sembari melipat korannya. "Tentu saja." Ia menghampiri Yuki dan menepuk lembut puncak kepala adiknya.
"Aku Akeno, kakak laki laki Yuki." Akeno mengulurkan tangannya sembari masih tersenyum manis.
"Anna." Cicit Anna pelan. Jujur saja ia ada ketakutan tersendiri dengan pria.
"Di mana (Name)?" Tanya Yuki.
Akeno menghembuskan nafasnya. "Kamu tau sendiri adikmu itu. Dia bermain seharian di tempat Narumi dan menolak untuk pulang saat aku hubungi."
Yuki tertawa pelan, "(Name) memang begitu kan."
"Sudahlah, ayo kita makan bertiga. Aku yakin (Name) sudah menghabiskan persediaan makanan di rumah Narumi."
Tawa Yuki meledak mendengarnya. Ia bisa membayangkan (Name) akan berteriak heboh dan mengemukakan protesnya jika mendengar perkataan Akeno barusan.
Anna sendiri terperangah. Rasanya hangat sekali. Ia ingin sekali berada di suasana seperti ini.
Ia menatap berbinar ke arah Akeno dengan senyum cerah pria itu. Seulas senyum tipis terkembang di bibirnya.
-"Hei Anna, kapan kamu mau menerima ajakan kencanku? Kamu tidak perlu jual mahal begitu."
Anna berusaha melepaskan tangan pria yang kini dengan seenaknya merangkul bahunya. Hari ini ia tidak bisa bersama Yuki karena gadis itu sedang sakit.
Rencana awal Anna adalah menjenguk sahabatnya itu, namun ia malah dicegat oleh gerombolan pria dari sekolahnya.
"Ma-maaf." Cicit Anna pelan.
"Huh? Kamu menolakku lagi?!" Rangkulan di bahunya semakin menguat membuat Anna semakin menunduk ketakutan.
Seseorang datang dan segera mencengkram kuat tangan pria tadi.
"Lepaskan." Ucap Akeno dingin.
"Hah!? Siapa kamu?"
Anna sendiri terperangah saat Akeno menarik tangannya dan membawa tubuh Anna bersembunyi di balik punggung tegapnya.
"Bukan urusanmu. Tapi kamu membuat dia tidak nyaman. Bukan seperti itu caranya memperlakukan perempuan, bodoh!" Ucap Akeno.
"Sialan, mau bertingkah sok keren ternyata." Decih pria itu. "Aku lebih dulu mengenalnya. Kamu boleh memakainya setelah aku puas nanti."
BUGH!
Tanpa aba aba Akeno menghantam wajah pria itu. Setelahnya Akeno menarik kasar kerah lawannya. Ia tersenyum tipis.
"Coba ulangi perkataanmu?"
Lawannya terdiam. Hantaman dari kepalan tangan Akeno tadi benar benar menyakitkan.
"Akeno-san!" Anna menarik kemeja Akeno membuat Akeno menghela nafas.
"Kalau aku dengar kamu mengganggu dia lagi, aku akan mencarimu dan kita bisa lihat apa yang terjadi selanjutnya." Akeno melempar tubuh lawannya begitu saja.