(Name) memutuskan bahwa ia akan tetap memasak sarapan. Karena terakhir kali Akeno mencoba memasak, kakak laki lakinya itu malah nyaris membakar dapur mereka.
(Name) mencepol asal surainya dan mulai memeriksa bahan makanan yang tersedia.
Ia melirik jam. Sudah sedikit terlalu siang untuk sarapan. Ia akan membuat omurice saja.
(Name) segera mempersiapkan bahan bahan yang ia butuhkan untuk memasak. Ia bersenandung pelan demi mengusir sepi.
(Name) tersentak saat sebuah tangan melingkar di pinggangnya. Indra penciumannya dapat menghirup dengan baik aroma tubuh Wakasa.
"Wakasa, apa lagi?" Tanya (Name).
"Kamu terlalu menggemaskan, jadi aku tidak bisa menahan diriku. Aku ingin memelukmu seharian penuh." Bisik Wakasa. Pria itu menempelkan keningnya pada bahu (Name).
"Aku sedang memasak. Kamu duduk saja dulu." Ucap (Name).
"Tidak mau lepas." Ucap Wakasa.
(Name) menghela nafas pelan. "Baik, aku akan memberi hadiah ciuman jika kamu mau melepaskanku."
"Oke!" Jawab Wakasa penuh semangat.
"Sialan kamu, Wakasa." Keluh (Name).
Ia berjinjit dan mengecup pipi Wakasa. "Sudah, sekarang jangan ganggu aku."
Wakasa menyengir lebar sembari mengusap lembut pipinya yang baru saja (Name) kecup.
"Aku mau membantu." Ucap Wakasa.
Pada akhirnya (Name) membiarkan Wakasa untuk membantunya. Setidaknya (Name) cukup yakin bahwa Wakasa tidak akan membakar dapur rumahnya.
(Name) melirik Wakasa yang tampak telaten mengaduk telur di dalam mangkuk. Pria itu hanya mengenakan kaus putih polos dan celana joger hitam tapi mengapa bisa terlihat sangat tampan?
Apa memang ini efek (Name) yang sudah terlalu gila mencintai Wakasa?
(Name) terperanjat saat jarinya tidak sengaja terkena pisau.
"Sial!" Umpat (Name) sembari mengibas ngibaskan tangannya.
Wakasa menoleh dan segera menatap ke arah darah segar yang keluar dari luka di jari (Name). Buru buru Wakasa menarik tangan (Name) menuju wastafel dan membersihkan darahnya.
Setelahnya Wakasa mengusap hingga kering tangan (Name) dengan kain bersih.
"Di mana kamu menaruh obat merah?" Tanya Wakasa.
"Ahh, di kotak p3k yang ada di lemari samping televisi." Jawab (Name).
"Tunggu sebentar ya." Wakasa berjalan cepat meninggalkan dapur. Tak lama pria itu kembali dengan kotak p3k di tangannya.
"Kamu harus berhati hati, (Name)." Ucap Wakasa sembari fokus mengobati jari (Name).
"Maaf, tadi aku terlalu asyik memperhatikanmu." Jawab (Name) tanpa sadar. Gadis itu terlalu fokus pada lukanya yang sedang diobati Wakasa sampai tidak sadar kata katanya nyaris membuat jantung Wakasa meledak.
"Wakasa?" Panggil (Name) saat melihat wajah kekasihnya yang kini bersemu merah.
"Wajahmu memerah tuh." Ucap (Name) setelahnya. Sepertinya ia tidak sadar efek dari ucapannya tadi.
Wakasa berdeham, berusaha untuk tidak terlihat salah tingkah. Namun gagal, bibirnya tidak bisa berhenti tersenyum.
"Setelah kita selesai memasak, kamu boleh memandangiku sepuasmu." Ucao Wakasa. Kini gantian wajah (Name) yang bersemu merah.