"Pergilah jika kamu tahu di ujung sana tidak ada bahagia. Barangkali kamu bisa menemukan itu di tempat yang berbeda"
••°°○○°°••
Sore itu Juna memutuskan untuk kembali kerumahnya, entah terima atau tidak, kejadian dimasalalu akan sepenuhnya tetap dan tak bisa diganggu gugat. Dengan perlahan ia memasuki garasi rumahnya, dan memarkirkan motornya disebelah mobil Ayahnya. Juna membuka helm fullface yang ia kenakan, sebelum berjalan masuk cowo itu menarik nafasnya dalam-dalam mencoba untuk membuat dirinya lebih tenang.Kakinya perlahan melangkah menuju pintu rumahnya, samar-samar telinganya masih mendengar gelak tawa dari dalam. Emosi yang sedari tadi ia tahan kini muncul kembali bersamaan dengan tawa mereka. Juna lalu masuk ke dalam rumahnya yang tak terkunci.
Baru beberapa langkah, tiba-tiba ia berhenti sesaat sembari melihat ke arah soffa. Terlihat Rendy dan Linda sedang bercengkrama sambil menonton tv entah serial apa. Dengan tulip glass berisi minuman di tangan masing-masing. Melihat kedatangan Juna sontak membuat mereka meletakkan minumannya di meja.
"Juna? Kamu udah pulang?" tanya Rendy yang kini sudah di depan cowo itu.
"DASAR MANUSIA MURAHAN!" emosi bocah itu kembali datang.
"JUNA! NGOMONG APA KAMU HAH!"
"GARA-GARA PEREMPUAN INI, MAMA JADI SAKIT SAMPAI MENINGGAL! DIA YANG UDAH BUNUH MAMA! SADARR PA!" teriaknya penuh amarah sambil menunjuk ke wajah Linda.
"JAGA MULUT KAMU, JUNA! JANGAN SAMPAI KESABARAN PAPA HABIS!"
"Akhh! Sial! Kalau lo bukan perempuan, udah gue abisin sekarang juga!"
"Bukan tante yang bunuh, Mama kamu. Mana buktinya?" tegas perempuan itu membela.
"Terus? Lo pikir Mama gue bisa bunuh diri sendiri? Bisa mati tiba-tiba? Keadaannya yang udah membaik tiba-tiba menurun dalam hitungan detik?"
"PIKIR PAKE OTAK!"
"Selama nafas gue masih ada. Gue akan cari tau semuanya!"
"Dan kalau sampe gue tau, lo yang udah bunuh Mama gue. Seribu turunan lo, ngga bakal hidup tenang!" sambungnya mengancam.
"KAMU SAMA MAMAH KAMU SAMA AJA! BISANYA CUMA NYUSAHIN DAN BUAT MASALAH TERUS!"
Juna tersenyum licik mendengar itu "BUKANNYA PAPA YANG NYUSAHIN MAMA? INGAT! PAPA NGGA AKAN JADI APA-APA KALAU BUKAN KARENA MAMA!"
"DAN UNTUK ANDA" ucapnya kini menunjuk ke arah Linda "SEMUA HARTA YANG ADA DI RUMAH INI ADALAH MILIK MAMA SAYA!"
"BUKAN DIA!" teriaknya kini menatap mata Rendy.
"CUKUP JUNA CUKUP! SEKALI LAGI KAMU BICARA, PAPAH USIR KAMU DARI RUMAH INI!" ancam Rendy dengan amarah.
"OKE!" cowo itu lalu melangkah pergi ke kamarnya meninggalkan Papanya dan perempuan itu.
Sesampainya dikamar, Juna langsung mengambil koper besar berwarna hitam yang ia simpan di bawah tempat tidurnya. Ya! Kali ini ia berniat untuk pergi dan menjauh dari rumah beserta penghuninya.
"Sialan! Gue benci lo semua!" ucapnya. Dengan nafas yang tak teratur, cowo itu dengan cepat mengambil semua baju yang tersimpan di lemarinya dan memasukkannya kedalam koper tanpa dilipat.
Pergerakan Juna terhenti sesaat ketika ia melihat foto keluarga yang terpasang di meja belajarnya. Tangannya perlahan meraih foto itu, ia mengelus lembut wajah yang ada didalamnya. Juna menatap dalam-dalam setiap kenangan yang kembali ia ingat bersama Mama nya.

KAMU SEDANG MEMBACA
ABHIZARA (ON GOING)
Teen Fiction⚠️Mengandung banyak Masalah, Baper, Kekerasan, Teka-teki, Penyelidikan, Teror dan Kasus yang harus di pecahkan. Rumit ya gess ***** "Selama nafas gue masih ada. Gue akan cari tau semuanya!" "Dan kalau sampe gue tau, lo yang udah bunuh Mama gue. Seri...