"Kalian berdua masuk ikut saya" Bu Ida lalu masuk ke Ruangan Kepala Sekolah diikuti oleh Juna dan Bagas di belakangnya.
"Permisi, Pak. Ada sesuatu yang ingin saya bicarakan dengan Bapak" ucap Bu Ida yang berdiri di depan meja Pak Rendy.
"Silahkan duduk" ucapnya mempersilahkan duduk. Bu Ida lalu menjelaskan peristiwa yang membuatnya harus membawa Juna dan Bagas ke sini. Sementara mereka berdua hanya berdiri dibelakang menunggu percakapan Bu Ida selesai.
"Saya serahkan semua keputusan kepada Bapak. Saya mohon, kasih efek yang jera pada mereka, terlebih untuk Juna"
"Baik, Bu. Terimakasih, biar saya yang urus mereka" ujar Pak Rendy sambil melirik Juna dan Bagas.
"Kalau begitu, saya pamit. Permisi Pak" Bu Ida kemudian berjalan keluar meninggalkan mereka bertiga didalam.
Pak Rendy lalu berdiri dari duduknya dan berjalan menghampiri Juna dan Bagas.
PLAKK...
Rendy menapar kembali pipi putranya, tepat di hadapan Bagas. Entah sudah berapa kali Juna merasakan panasnya tamparan dari tangan sang Papa.
"Kamu benar-benar membuat malu Papah, Juna!"
"Bisa-bisanya kamu ngerokok di sekolah! Mau jadi berandalan kaya temen kamu ini hah!" bentak Pak Rendy dengan emosi. Tatapannya sesaat melirik ke arah Bagas.
Juna menoleh tajam "Shit! Jaga mulut anda, jangan berani ngehina temen saya!" jawabnya dengan tegas.
Rendy menggeleng tak percaya "Kamu benar-benar kelewat batas, Juna! Kalau kamu masih nekat kaya gini terus. Papah ngga segan-segan pindahin kamu ke sekolah lain!" ancam Rendy dengan keras.
"Anda pikir bisa mindahin saya begitu aja? Ngga bakal! Semua rahasia anda ada di saya. Anda lupa? Pak Rendy yang terhormat?" ucapnya sambil tersenyum miring.
Pak Rendy terdiam sejenak, kini jari telunjuknya ia arahkan tepat diwajah Juna "Jangan berani mengancam Papa kamu! Papa ngga takut!"
Juna terkekeh kecil mendengar itu "Ngga takut? Oke. Saya sebarin bukti-bukti perseli--"
"Stop Juna stop! Keluar kamu sekarang!" teriak Rendy dengan lantang. Jarinya menunjuk ke arah pintu memberi isyarat agar Juna segera keluar.
"Gitu dong dari tadi" ucapnya sambil tersenyum "Ayo, Gas ke kantin"
Mereka berdua lalu berjalan keluar dari ruangan kepala sekolah. Kini langkah mereka menuju kantin, sungguh Juna menyesali kenapa harus berlama-lama di ruangan itu.
"Na, sebenernya ada apa sih? Gue bingung" tanya Bagas yang berjalan disamping Juna dengan wajah yang penasaran. Cowo itu sekali lagi harus melihat dan mendengar perseteruan antara Juna dengan ayahnya yang semakin membuatnya penasaran.
"Lo ngga perlu tau, ini privasi" jawabnya dengan tetap berjalan.
"Na, bentar lagi masuk kita ke kelas aja"
"Masih lama kali"
"Sepuluh menit lagi, Na. Paling cuman bisa makan batagor seplastik"
"Lumayan" cetus Juna.
Sesampainya di Kantin, Juna dan Bagas lalu bergegas untuk duduk dimeja yang biasa mereka tempati. Disana masih ada Bobby, Gio dan juga Mega yang tengah makan.
"Tuh, Juna Bagas tuh!" teriak Bobby sambil menunjuk ke arah Juna dan Bagas yang tengah berjalan ke arah mereka. Mata Gio,Mega, dan Bobby seketika menatap mereka berdua.
"Lo berdua kenapa sih? Dapet hukuman apa?" tanya Gio yang menatap heran Juna dan Bagas.
"Nih si Juna, gila!" cetus Bagas yang kini sudah duduk disamping Mega. Sepertinya cowo itu masih rada kesal dengan sikap nekat Juna tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABHIZARA (ON GOING)
Fiksi Remaja⚠️Mengandung banyak Masalah, Baper, Kekerasan, Teka-teki, Penyelidikan, Teror dan Kasus yang harus di pecahkan. Rumit ya gess ***** "Selama nafas gue masih ada. Gue akan cari tau semuanya!" "Dan kalau sampe gue tau, lo yang udah bunuh Mama gue. Seri...