Prolog

70 30 40
                                    

Untuk manusia di bumi yang tersakiti. Tetap kuat, tetap hormat. Kecewa secukupnya, benci sedikit saja. Dan beri maaf sebesar-besarnya

-ABHIZARA-

••°°○○°°••


"KAMU SELINGKUH DARI AKU KAN? JAWAB MAS!" teriak perempuan itu dengan suara bergetar. Butiran bening telah bercucuran dari matanya, dadanya terasa sesak saat mengetahui kenyataan itu.

"JAWAAB JANGAN DIEM AJA! AKU PUNYA BUKTI FOTO KALIAN BERDUA!" ucapnya sembari memperlihatkan ponsel ke depan wajah suaminya.

"JAWAABBB MAASS!"

"AKHH DIEMM!" bentak pria itu sembari mendorong kasar perempuan di depannya hingga terjatuh ke lantai.

"IYAA! KENAPA? WAJAR SAYA NYARI PEREMPUAN LAIN!"

"KAMU TUH UDAH NGGA CANTIK, PENYAKITAN LAGI! SEDANGKAN SAYA MASIH SEHAT, WAJARLAH SAYA CARI PEREMPUAN YANG LEBIH BAIK DARI KAMU!" tegasnya sambil menunjuk tepat diwajah istrinya.

"TEGA KAMU? JAHAT KAMU MAS!" ucap Ranty, nama dari perempuan itu.

"AKHH DIEMM!" bentak Rendy dengan keras, membuat Ranty seketika terdiam ketakutan.

Tak lama dari luar, Juna berlari menghampiri Mama nya yang tengah terduduk lemas "Mamah nggapapa?" tanyanya dengan mengelus lembut pundak perempuan itu, mencoba menenangkan dirinya.

Dengan cepat, Juna berdiri dan memandang tajam wajah Papa nya.

"CUKUP! UDAH CUKUP PAPA PERLAKUIN MAMA KAYA GINI! AKU NGGA NYANGKA, BAHWA ADA MANUSIA YANG KEJAM SEPERTI PAPA!" teriak Juna dengan lantang. Rasanya emosi yang ada di dalam tubuhnya kini meluap dengan hebat.

PLAKK

Satu tamparan yang keras berhasil Juna dapatkan dari tangan Papa nya, membuat cowo itu menoleh ke kanan.

"ANAK KURANGAJAR KAMU YA! BERANI NGOMONG SEPERTI ITU DI DEPAN PAPA KAMU?!" teriak Rendy dengan keras.

Juna tersenyum licik "DAN PAPA? BERANI NYAKITIN MAMA DI DEPAN AKU?! PA--"

"Aaaakkhh s-ssakitt m-mmas.." perempuan itu merintih kesakitan dengan nafas yang terengah, sembari mencengkeram kuat dadanya.

Juna lantas terduduk di samping Mama nya dan memeluk erat perempuan itu, tangan kanannya menopang badan Ranty yang lemah sedangkan tangan kirinya menepuk pelan pipi sang Mama.

"Ma..mama kuat ya? Juna panggilin ambulan secepatnya. Mama bertahan ya?" ucapnya lirih. Air mata yang sedari tadi ia tahan, kini mengalir begitu saja membasahi kedua pipi nya.

••°°○○°°••


"Dok, bagaimana keadaan Mama saya?" tanya Juna saat melihat seorang dokter keluar dari ruang UGD.

"Saat ini kondisinya tengah kritis. Tapi, jangan khawatir, sekarang Mama kamu sudah dalam penanganan kami" jelas Dokter itu

"Makasih, Dok"

"Baik, sama-sama" Dokter itu lalu pergi meninggalkan Juna. Cowo itu terus saja menatap Mama nya yang terbaring di dalam melalui lubang kaca yang ada di pintu. Matanya menangis kala melihat tubuh yang ia sayangi tak berdaya. Bahagianya terkubur, hatinya hancur.

Tiba-tiba mata Juna tak sengaja menatap Papa nya yang tengah berbincang dengan salah satu suster tak jauh dari tempatnya berdiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tiba-tiba mata Juna tak sengaja menatap Papa nya yang tengah berbincang dengan salah satu suster tak jauh dari tempatnya berdiri. Juna lalu berjalan cepat menghampiri mereka berdua.

"GILA! MAMA SAKIT DAN PAPA MALAH ASIK SELINGKUH SAMA DIA!" Jari telunjuknya ia arahkan ke depan wajah perempuan itu.

"Juna, tenang dulu. Jangan emosi di Rumah Sakit ya?" ucap Linda, nama suster itu.

"PEREMPUAN NGGA ADA HARGA DIRI! PEREMPUAN MURAHAN! LEBIH MURAH DARI PADA PERMEN YANG GOPEAN DAPET TIGA!" Juna sangat tersulut emosi. Mereka bertiga kini menjadi pusat perhatian semua orang.

"Tolong, jangan buat keributan di sini. Jika ada masalah, lebih baik di selesaikan di luar. Jangan di dalam Rumah Sakit" pinta salah satu Dokter yang kini ada di tengah-tengah mereka.

"Untuk suster Linda, mohon jangan melanggar peraturan ketenangan di sini. Atau nanti suster akan mendapatkan sanksi yang tegas" ucap Dokter itu dengan memandang Linda yang nampak tertunduk malu.

"Pecat aja perempuan ini, Dok. Rumah Sakit ini akan tercoreng jika ada perempuan selingkuhan seperti dia!"

Dengan cepat Rendy langsung menyeret lengan Juna untuk pergi dan ikut bersamanya. Sekarang mereka sudah bepindah di tempat yang sepi.

PLAKK

Sekali lagi, sang Papa melayangkan tamparan keras di pipi sebelah kiri Juna. Perlahan tangan cowo itu mengelus pipi nya seraya menoleh menatap wajah Rendy.

Jari telunjuk Rendy kini menunjuk lurus ke mata sang Putra "KAMU ANAK YANG NGGA TAU MALU! BISA NYA CUMAN MEMPERMALUKAN PAPA TERUS-TERUSAN!" bentaknya dengan suara yang menekan.

"LAH, KAN PAPA YANG BUAT MALU. KENAPA JADI NYALAHIN AKU? NGGA SADAR DIRI BANGET" cetus Juna dengan santai.

"BERAN--"

"Maaf, dengan keluarga Ibu Ranty?" tanya seorang suster yang datang tiba-tiba.

Juna dan Rendy sontak menoleh dan mengangguk.

"Iyaa, sus. Kenapa dengan mama saya?" tanya Juna dengan heran.

"Hmm..silakan temui Mama Anda sekarang"

Dengan wajah yang bingung dan perasaan yang tidak enak, Juna lantas berlari cepat menghampiri ruangan Mama nya.

Saat Juna membuka pintu, kedua mata nya menatap lekat tubuh sang Mama yang sudah terbalut dengan selimut putih. Perlahan langkahnya berjalan dengan lemas, kedua tangannya dengan gemetar menyentuh kedua pundak sang Mama di hadapannya.

"Ma..mama ko di tutupin kaya gini? Bangun, Ma!" ucap Juna dengan lirih sembari menggoyangkan perlahan tubuh Ranty.

"Maaf, kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Tetapi, entah kenapa kondisi pasien tiba-tiba menurun. Mama anda..kini sudah meninggal" ucap Dokter itu memberitahu.

Juna mendongak menatap Dokter di hadapannya, kepalanya menggeleng tak percaya.

"JANGAN BOHONG DOKTER! MAMA SAYA NGGA MENINGGAL! DIA LAGI TIDURR!!" teriak nya dengan keras. Air mata yang sedari tadi sudah turun, kini bertambah derasnya. Perlahan tubuhnya lemas dan terjatuh ke bawah.

"Yang sabar ya" ucap Dokter itu dengan menepuk pundak Juna. Tak lama, ia lalu beranjak pergi meninggalkan Juna dan Papa nya disana.

"Maaa..ngga mung--kiinn" dengan suara yang amat memilukan, cowo itu menangis.

"J-juna, k-kamu yang sab--" ucap Rendy sembari memegang kedua pundak Putranya.

Dengan kasar, Juna melepas dan mendorong tubuh sang Papa "AKKKHHH PERGI!! PAPA YANG UDAH BUAT MAMA JADI MENINGGAL KAYA GINI!"

Perlahan Juna berdiri, pandangannya kini menatap lekat netra pria itu "PUAS? INI KAN YANG PAPA MAU? IYA KAN!!"

"Na..ini bukan waktu yang tepat buat nyalahin orang lain. Ini takdir, Na"

"Takdir? Iya, takdir yang di buat sama Papa!"

"Siapapun boleh pergi, asal jangan Ma-maa.. AKKHHH!!" Cowo itu memeluk tubuh Semestanya dengan erat sembari terus menangis, pelukan untuk yang terakhir kali dalam seumur hidupnya. Nanti, besok, lusa dan selamanya, ia tidak akan mampu memeluk sosok itu lagi.

Tubuhnya telah hilang menuju keabadian, seluruh ucapan dan perlakuannya kini hanya bisa dikenang tidak dapat di ulang. Cahaya sang anak itu telah redup, pergi dengan bersih tanpa meninggalkan bayangan apapun. Yang pergi masih bisa kembali, tapi yang mati akan selamanya pergi tanpa kembali.

ABHIZARA (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang