14. Cuddle

50.6K 4.1K 361
                                    

Budayakan memberi vote sebelum baca<3

"Ara!"

"Ara!"

"Ara bangun atau gue hukum lo lagi?!"

"Arrrgghh!"

Asgard mengacak rambutnya frustasi saat Ara tak kunjung sadarkan diri. Asgard sudah menghubungi dokter kenalannya, namun sampai detik ini, dokter itu belum menampakkan batang hidungnya, membuat Asgard kesal setengah mati.

"Ara, bangun sayang." Asgard memindahkan kepala Ara ke pangkuannya. Ia mengusap lembut wajah Ara yang terlihat begitu pucat.

"Sayang, bangun. Gue minta maaf."

Kepanikan Asgard semakin menjadi-jadi kala sekujur tubuh Ara mengeluarkan keringat dingin.

"Sialan, dia cari mati sama gue! Dasar dokter gak becus!"

Dengan hati-hati Asgard memindahkan kepala Ara ke atas bantal. Ia bangkit hendak mengambil ponselnya yang berada di ruang tengah untuk menghubungi dokternya lagi. Namun, sebelum Asgard keluar dari kamar, bel pintu sudah berbunyi.

"Masuk! Cepet periksa istri gue!" suruh Asgard tanpa basa-basi begitu dokter muda itu ia bukakan pintu.

Dokter itu hanya mengangguk patuh, mengikuti Asgard ke kamar di mana Ara berada. Ia sudah cukup tahu dan kenal bagaimana tabiat seorang Asgard Dirgantara. Maka dari itu, ia tidak heran sama sekali dengan penyambutan Asgard yang tidak sopan.

"Ck, gak usah pegang-pegang!" Asgard menyingkirkan tangan dokter itu saat hendak memegang tangan Ara untuk memeriksa denyut nadinya.

"Saya mau periksa denyut nadi pasien."

Asgard menghela napas pelan. Dengan sangat amat terpaksa ia membiarkan dokter itu melakukan apa yang ia mau namun tetap dalam pengawasan ketat Asgard.

"Gak usah lama-lama kalo megang!" peringat Asgard ketus.

Dokter itu menatap Asgard tanpa ekspresi. "Istri kamu mengalami dehidrasi karena kekurangan asupan air dan makanan. Dia juga mengalami hipotensi. Tekanan darahnya sangat rendah. Hal itu yang menyebabkan dia pingsan seperti ini."

"Terus kapan dia sadar?"

"Sebentar lagi juga sadar." Dokter itu memberikan resep obat yang harus Asgard beli. "Ini obat yang harus kamu tebus."

"Ck, kenapa gak sekalian dibawa sih obatnya? Kenapa harus saya yang tebus sendiri? Kurang bayarannya?"

Dokter bernama Rendy itu menghela napas sabar. Kalau Asgard bukan anak dari keluarga Darsa Dirgantara, mungkin ia sudah memarahi Asgard karena bersikap seenaknya. "Kalau gitu, nanti biar bawahan saya yang antar obatnya ke sini."

Asgard mengangguk. "Ya udah, sana pulang," usir nya.

Tanpa menunggu lebih lama lagi, dokter itu langsung pergi. Lagipula dirinya juga enggan berlama-lama berhadapan dengan manusia menyebalkan sejenis Asgard.

"Ara." Asgard duduk di tepi ranjang. Mengusap-usap pipi Ara dengan sayang. "Maafin gue, gue udah bikin lo kaya gini."

"Maaf kemarin gue egois banget, Ra."

Karena Ara tak kunjung sadarkan diri, hal itu membuat Asgard jadi semakin uring-uringan sendiri. Sumpah demi apapun, Asgard tidak suka melihat Ara sakit seperti ini. Asgard tidak tega melihat Ara tekulai lemas dalam keadaan tidak berdaya sama sekali. Jujur, Asgard juga merasa semakin bersalah.

Drrttt...drttt...drtt...

Asgard mengangkat telfon dari Daniel.

"Kenapa?"

ASGARD | My Crazy HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang